Chapter 11

5K 446 33
                                    

"Mike!"

Aduh, itu suara mami. Si mami ngapain coba dateng ke kampusku? Anakmu sungguh malu. Masa udah kuliah, masih aja dicariin maminya? Yang ada dikata anak mami, lagi.

Lagi pula, aku membawa mobilku sendiri. Untung aja kampus sudah sepi, kalau engga? Oh iya, aku lupa memberitahu kalian. Jadi, mami sudah pulang dari Perancis dini hari tadi. Sedangkan papi masih di sana sampai sebulan lagi. Ada proyek yang harus diambil alih oleh papi. Makanya, jangan heran kalau sekarang mami bisa ada di sini.

"Mami, ngapain pakai acara ke sini, sih?"

"Mami mau ngasih tau sesuatu. Udah dari tadi, loh, mami keliling cari kamu. Untung ada yang ngasi tau mami tadi," jawab mami.

"Kan bisa nanti di rumah aja kasih taunya."

"Engga. Mami sibuk. Oh ya, nanti Om Jefi mau ke rumah kita. Dia juga ngajak istri sama kedua anaknya alias sepupu-sepupu kamu. Nanti kamu temenin sepupu-sepupumu itu main, ya."

Om Jefi itu adik kandung papi. Terakhir aku ketemu dia sekitar tujuh tahun yang lalu, waktu dia belum menikah. Ga lama kemudian, dia melangsungkan pernikahan di New York, dan kebetulan aku tidak bisa menghadirinya.

"Kenapa harus Mike, sih? Titipin aja di panti asuhan untuk sementara waktu. Gampang, kan?"

"Gila aja, kamu. Mami ga mau tau, kamu harus pulang. Sekarang!"

Aku menutup kedua telingaku, karena mendengar teriakan super kencang dari mami. "Iya, bawel ah. Nanti mami keriput baru tau rasa."

"Agak tai ya, lo. Gue kutuk juga lo lama-lama jadi batu akik. Ew," ucap mami dan langsung pergi meninggalkanku:

Dih mami udah tua masih aja sok pakai bahasa gaul. Berasa masih ABG, ya. Biasa, mami termasuk member 'Mama Muda Gawls.'

***

"Oweekk ... Oweekk ..."

Kampret mami. Sialan. Masa aku disuruh ngurus sepupu yang umurnya masih tiga tahun dan satunya lagi  tujuh bulan. Berasa jadi baby sitter. Aku mana bisa ngurus bayi gini, mana nangis mulu kerjaannya. Dan kejamnya lagi om Jefi dan istrinya pergi hangout. Pait, ya. Mana pembantu-pembantu di sini udah pada pulang lagi.

"Duh, cup cup ya, dede kecil. Ini abang ganteng ada di sini," hiburku untuk menenangkan Tomy--sepupuku yang berumur tujuh bulan-- agar tidak menangis.

"Aduh, Rino! Kamu jangan lari-larian, dong. Nanti kepeleset terus jatuh, terus kepala bocor, kan abang yang disalahin nanti. Kalau mau mati mending langsung terjun dari lantai atas. Gampang, nanti pasti langsung mati. Tinggal kubur, selesai. Tapi, masalahnya nanti abang yang disalahin, bocil."

"Bialin, atu ndak peduli. Telselah atu, dong," balas Rino sambil menjulurkan lidahnya.

Bener-bener parah. Anak sulung om Jefi mah bandel, susah dibilangin. Lama-lama aku mandiin pakai sunl*ght mama lemon, supaya sifat membandelnya berkurang. Sekalian disikat pakai da*a kekuatan sepuluh tangan, agar cepat selesai.

Ting nong ting nong

Ini siapa lagi yang bertamu ke rumah orang disaat sibuk begini? Sambil menggendong Tomy, aku membukakan pintu utama.

Fakers Gonna Fake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang