Chapter 21

4.7K 400 25
                                    

Gladys? Keenard? Pegangan tangan? Wait ... Ada yang salah dengan mereka. Aha! Mending aku mata-matain mereka. Aneh ini aneh. Untung aku menbawa kacamata jablay, jadi penyamaran bisa tertutupi. Aku duduk agak jauh dari bangku mereka.

Banyak pertanyaan yang muncul di benakku saat ini. Ini aku list pertanyaannya:

1. Kenapa mereka berdua bisa ada di sini?
2. Sejak kapan Gladys dan Keenard terlihat akrab? (Karena setauku, mereka baru kenalan waktu aku jadi guide nya Keenard.)
3. Ngapain Keenard megang-megang tangan Gladys mesra gitu?
4. Bukannya Gladys ada di kantin kampus?
5. Kenapa dia membohongi diriku?
6. Apa masih ada banyak hal yang mereka sembunyikan dan aku tak tau sama sekali?

Apakah kalian tau jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku tadi? Yang tau aku kasih 1 rumah mewah, 1 mobil sport, 1 motor ninja, 1 iphone 6s+, 1 mackbook apple, dan uang tunai 1 milyar.

Eh ga deng, becanda. Aku aja gak punya itu semua, masa aku ngasih lo pada. Oke, serius. Ini aku ga paham sama sekali. Konflik rumit yang melanda hidupku. Kalau ini lagi di FTV, pasti aku sudah bunuh diri lebih dulu.

***

Mike's POV (Ini khusus POV-nya Mike waktu bicara empat mata sama Tessya)

Aku harus berbicara dengan Tessya. Sebelum Claudya ngintilin aku lagi.
Pas banget tuh Tessya baru mau jalan ke toilet, mungkin.

"Gue mau ngomong sama lo. Tapi ga di sini. Di taman belakang gimana?"
Aku menariknya sampai di taman belakang yang sepi.

"Lo cinta kan sama gue?"

"Hah?" Dia melongo mendengar pertanyaanku. Wajahnya, sumpah lucu, haha. Tapi aku menahan tawaku, gengsi, dong.

"Ga usah basa-basi. Lo cinta gue, kan? Tapi gue gak cinta sama lo."

"Lo salah kalo sampai jatuh cinta sama gue."

"Karena sampai kapanpun, gue gak akan bales perasaan lo."
Aku mengakhiri pembicaraanku. Frontal memang, tapi aku begitu agar dia mengerti.

"Salah gue cinta sama lo? Salah gue berharap sama lo? Salahin takdir yang buat gue ada di posisi saat ini. Ini jadi salah satu bukti kalau kita tak akan pernah tau kepada siapa dan kapan kita jatuh cinta." Suaranya mulai bergetar dan bulir-bulir air turun dari matanya.

A-apa dia menangis? Aku terdiam di tempat. Ja-jadi dia benar-benar tulus denganku? Harus kuakui, hatiku sedikit tersentuh.

"Coba sini lo tukeran posisi sama gue cukup lima menit aja. Biar lo tau gimana rasanya mencintai tapi tidak dicintai. Rasanya berjuang tapi tak pernah dihargai."

Aku belum sempet membalas perkataannya, tiba-tiba Clau dateng dari arah belakang dan menampar Tessya. Aku nga nyangka, Clau bisa sekasar ini.

"Oh, jadi lo cinta sama Mike? Kenapa lo ga bilang dari awal? Ternyata lo beneran mau nikung gue, ya? Gue bener-bener kecewa sama lo, Sya." Claudya terlihat begitu emosi.

Kenapa dia hanya menyalahkan Tessya? Ini bukan sepenuhnya salah Tessya. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Clau terlihat menyeramkan.

"Awalnya gue yakin semua akan indah pada waktunya. Semua pantas mendapat kebahagian mereka. Tapi lo! Lo dengan teganya menghancurkan mimpi-mimpi yang gue susun secara rapi. Emang lo ngerasa kalau Mike akan bales perasaan lo? Lo harusnya sadar diri, Sya. Lo bener-bener ga punya hati!" Dia kembali melanjutkan kalimat kekecewaannya pada Tessya.

Daripada ini makin ribet mending aku mengajak Claudya pergi. Aku tidak tega melihat Tessya menangis begitu. Entah kenapa, hatiku ikut merasakan sakit yang begitu menyayat.

Fakers Gonna Fake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang