Chapter 18

4.6K 428 36
                                    

"E-ELO?" Aku fix kaget maksimal. Dia itu ...

"Hai princess. Ketemu lagi, hehe."

You know, lah. Siapa lagi yang manggil aku dengan sebutan princess selain Calvin? Seketika itu juga aku ingin pingsan, tapi ini bukan lagi seni teater. Mimpi aja kalau pingsan sekarang. Aku bisa di cap 'si lebay pencari perhatian.'

Aku menghampiri daddy, dan membisikan sesuatu padanya. "Daddy, kok ga bilang sih yang dijodohin sama aku itu dia?"

"Yah, daddy mana tau. Udah kamu duduk sana."

"Oh, ini toh anakmu. Cantik ya, imut pula. Calvin mau gak papi jodohin sama dia?" Tanya Om Mark (papinya Calvin) secara blak-blakan.

"Mau kok, pi. Siapa juga yang ga mau, ya kan, beb?"

Detik itu juga aku tersedak minuman. Waras aja Calvin setuju dan manggil aku beb.

"Loh, kalian sudah saling mengenal? Bagus kalau begitu. Kita jodohin aja mereka, ya gak Al?" Albert itu nama daddy aku biasa dipanggil Al.
Tolong, daddy kumohon jangan.

"Ya kalo aku sih, terserah anakku saja, toh dia yang ngejalanin."

Akhirnya. Puji Tuhan. Makasi banyak daddy. Pasti muka aku ga nahan ngenesnya, makanya daddy kesian.

"Kalau begitu nak Tessya mau, kan?" Kali ini giliran maminya Calvin yang bertanya.

"Maaf sebelumnya tante, om, Calvin. Tessya bukannya ga mau. Tapi, Tessya tidak mencintai Calvin. Calvin pantas menerima yang lebih baik. Tessya juga terlanjur mencintai seseorang. Sekali lagi maaf ya, tante, om," mohonku dengan raut muka bersalah. Kenapa suasana di sini tiba-tiba menjadi canggung?

"Hei, sudahlah tak apa. Tante juga tak akan memaksamu untuk menerima perjodohan ini."

Syukurlah, lega banget. Tapi aku lihat Calvin menatapku dengan senyum terpaksa. Ga kayak senyum yang biasanya dia tunjukin ke aku. Vin, sorry banget, aku ga bisa. Aku cinta sama Mike bukan lo. Lagipula Gladys suka sama lo, ga mungkin aku terima perjodohan ini.

Aku menyalurkan tatapan maaf, dan dia membalasnya dengan tatapan 'iya ga papa. santai aja.' Setelah acara dinner selesai, aku kembali ke kamar.

"Sumpah, demi apa lo dijodohin sama Calvin?!" Teriakan Claudya membuat telingaku terasa sakit.

Aku lagi teleponan sama Clau. Abis dia nanya aku mulu tentang dinner hari ini. Sekalian aja curhat. Lagian ga mungkin kan curhat ke Gladys. Sudah pernah kukatakan bukan, kalau aku ngga mungkin ngembat gebetan sahabat sendiri.

"Volume lo kecilin, geblek. Iya, ternyata papinya Calvin sama daddy gue temenan."

"Terus terus, lo terima atau engga?"

"Ya, enggalah. Gue ga suka sama dia."

"Gila lo. Ngapain nolak Calvin? Mabok ni anak."

Aku capek. Mending langsung putusin sambungan. Daripada kena imbas omelannya Clau. Lagian, cinta tak bisa dipaksakan.

Dijamin besok hidup aku kagak tenang. Firasat aku ga enak soal besok.

***

"TESSYAAA! Buruan ikut gue ke lapangan sekarang." Gladys menarik paksa tanganku menuju lapangan.

"Ini ada acara apaan, sih? Kok ramai banget?" Tanyaku keheranan. Anak-anak pada ngumpul bahkan ada yang terlihat lagi videoin sesuatu. Aku mencoba berjinjit untuk melihat ke tengah lapangan. Walaupun aku tinggi, tapi tetap saja hamparan manusia di depan menyulitkanku.

Fakers Gonna Fake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang