Chapter 5

7.2K 589 32
                                    

@Mikecoolbingitz500-001

"Kehilangan sesosok orang yang sangat aku cintai. Terutama dia adalah cinta pertamaku. Dia telah direnggut paksa dari dunia ini. Semuanya terasa seperti tiga perempat jiwaku juga ikut pergi. Menyisakan kenangan dan memori yang sangat sulit untuk dilupakan. Seakan-akan menjadi trauma yang mendalam. Tapi, ingatlah satu hal. Aku merindukanmu, dan juga selalu mencintaimu."

-Diperbaharui pada 11 November 2013-

Mike pernah atau mungkin masih mencintai seorang perempuan? Jadi, sebenarnya dia dulu itu normal? Kenapa sekarang dia menjadi gay, sih? Aku merasa semakin penasaran.

Terlalu banyak kemungkinan yang sedang berperang di otakku sekarang. Sepertinya, aku harus tidur dulu untuk menghilangkan kepenatan. Sekadar info untuk kalian, selain hobi makan, aku juga hobi tidur.

***

KRING KRING KRING

Jam wekerku sudah berbunyi. Sumpah, aku sangat tidak berminat pergi ke kampus. Bukan karena malas sama materi yang diberikan oleh para dosen. Aku hanya malas bertemu ... Ah, sudahlah.

Sesampainya di kampus, aku mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih pada Kessya, karena telah bersedia mengantarku. Kan, apa yang kukatakan tadi itu benar. Tuh satpam udah stay aja di pos. Daripada aku digoda pak satpam, mending muter arah aja. Ga masalah kalau lebih jauh, asal ngga papasan sama si muka abstrak. Bukannya aku, tapi malah dia yang baper. Huh.

Nah, dengan begini aku bisa memulai kegiatan ngampusku dengan tenang hari ini.

KRIUK KRIUK

Sialan. Perutku sedang DWP, saking kelaparannya, om, tante. Cacing-cacing di perut kembali memberontak minta dipuaskan. Sangat disayangkan, aku tidak bisa pergi ke kantin saat ini. Aku dan Gladys sekarang sedang berada di ruangan pak dosen. Bukan cuma kami berdua, ada alien make up tebel juga di sini. Kita bertiga lagi diceramahin bapak dosen.

#Flashback

"Aduh, sorry. Gue ga sengaja. Sorry banget, ya."

Gladys berusaha meminta maaf pada Bianca. Cewek penggoda nan ganas yang tadi tak sengaja Gladys senggol sampai jatuh. Bianca. Dia itu cewek yang terkenal sangat liar, cabai, kejam, songong, dan sejenisnya di kampus ini.

Bianca geram dan meraih kerah kemeja yang dikenakan Gladys. "Sorry kata lo, hah?! Lo kira gue ga malu jatuh dan diperhatiin semua orang?! Bitch you!"

"We santai dong, cabe lokal. Selaw aja. Dia kan udah minta maaf, lo-nya aja yang songong. More than bitch aja belagu. Lagian, kan lo emang seneng jadi pusat perhatian dengan baju kurang bahan yang lo pakai itu. Cuih," hinaku padanya.

"SIALAN! Lo berani sama gue, hah?!"

"Gue gak takut sama sekali sama perempuan murahan penikmat belaian kayak lo!"

Bianca mulai menjambak rambutku secara membabi buta. Aku heran, tuh orang kan emang cabe jablay. Tapi, kok malah sewot baru dikatain begitu?

Aku yang tidak mau kalah, juga balas menjambak rambutnya yang di cat merah menyala itu. Semua yang melihat kami mulai berteriak heboh. Pertarungan sengit antara pembela kaum perempuan alim dan pecandu om-om tajir. Karena keributan yang terjadi, dosen super killer datang memisahkan kami dan membawa kami ke ruangannya.

"Kalian pikir kampus ini ring tinju? Kalian pikir ke kampus cuma untuk adu otot? Kalian ini perempuan, tapi kelakuan persis cabe kena tilang," oceh dosen killer. Aku lupa siapa nama dosen ini, suer.

Fakers Gonna Fake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang