Setelah dua minggu Dena ada pekerjaan mendadak yang melibatkan Dena sebagai salah satu panitia dalam fashion week besar - besaran itu, akhirnya mereka bertemu lagi. Di sebuah jalan pinggir kota Magelang.
Tepat pukul empat sore mereka bertemu di jalan yang dikhususkan untuk mereka - mereka yang tidak menggunakan kendaraan bermotor.
Dena yang sedang berjalan seraya menceritakan pengalamannya selama dua minggu itu tiba tiba tersentak karena menabrak dada bidang yang entah milik siapa yang belun diketahui Dena. Saat Dena menundukkab kepalanya, Dena melihat dua pasang sepatu pantofel yang sangat mengkilap bahkan tanpa noda dan goresan satu pun yang tercetak disana. Saat Dena mendongakkan kepalanya ke atas, tiba - tiba saja memori yang ada waktu itu telah disimpannya rapat rapat kiti seakan terulang begitu saja.
Setelah mengetahui siapa pemilik sepatu pantofel yang tanpa noda dan goresan satupun itu Dena langsung menampakkan barisan gigi putihnya yang sedikit kurang rapi. Karena Dena bingung harus berbuat apalagi selain memberikan senyumnya itu.
Mata mereka bertemu satu sama lain setelah Dena memberikan senyumnya kepada bang Handi itu. Lelaki yang di idam - idamkannya selama beberapa bulan terakhir ini.
***
Tiba tiba saja Mira mendapat telphon dari adiknya. Adik Mira masih kecil. Tidak seperti adikku yang sudah mulai meranjak remaja. Adik Mira berumur sekitar 8 tahun. Selama 8 tahun itu Mira merawat adikknya dengan susah payah. Sekarang Mira merangkap sebagai seorang kakak sekaligus orang tua bagi adiknya itu. Ibunya meninggal setelah melahirkan adiknya. Ayahnya juga sudah tidak ada semenjak penyakit yang mengidap ayahnya semakin parah dan tidak bisa diatasi lagi. Sekarang Mira hanya hidup berdua dengan adiknya. Sedangkan saudara - saudaranya jauh dari Mira dan adiknya.
"Den adikku minta dijemput, kamu aku tinggal gakpapa?" tanya Mira dengan raut wajah yang seketika berubah derastis setelah menerima telphon yang entah dari siapa Dena pun juga tidak tau. Mungkin adiknya.
"Kamu gak apa apa Mir?" tanya Dena tak kalah khawatirnya melihat raut wajah sahabatnya itu berubah seketika setelah menerima telphon tadi.
"Gak apa apa kok Den, tadi katanya adikku habis kepleset terus ada luja sedikit, jadi dia minta jemput aku. Kalo gitu aku duluan ya Den, bang." tanpa menunggu jawaban dari mulut Dena, Mira pergi secepat kilat mencari taksi untuk menjemput adiknya. Pandangan Dena yang masih memandang pundak Mira dari belakang tiba - tiba dikagetkan dengab tepukan dipundaknya.
"Kamu gapapa Den? Disini ada orang juga loh jangan di kacangin juga." sahut bang Handi seraya melambaikan tangannya di depan hadapanku yang masih memandang pundak belakang Mira yang sudah mulai menghilang.
"Eh iya bang maaf." sambil terbata bata Dena menhawab perkataan babg Handi.
"Aku cuma kasian sama Mira. Dia jauh dari saudara - saudaranya, orang tuanya udah gak ada. Dan sekarang dia harus ngurus adiknya sendiri." sambar Dena yang sedari tadi tidak sadar jika sedang dipandangi bang Handi.
***
Mereka berjalan menyusuri alun - alun kota sejuta bunga yang cukup dipenuhi orang - orang karena hari ini hari libur.
"Makan yuk Den. Laper nih." ajak babg Handi sambil mengelus perut ratanya itu."Terserah abang aja deh." sahut Dena sedikit tidak bersemangat.
"Oke."
***
Tarikan tangan bang Handi yang bisa di bilang lumayan kancang membuat bercak merah dibagian pergelangan tangan kanan Dena. Tetapi Dena tidak menghiraukan bercak merah di bagian pergelangan tangannya itu. Dia masih memikirkan masalah Mira dan adiknya. Dia takut terjadi apa - apa dengan Mira dan adiknya.
Dena sudah menganggap Mira dan adiknya seperti keluarganya sendiri. Mama dan ayah Dena bahkan juga menyayangi Mira dan adiknya seperti anaknya sendiri.
Sorry kalo garing. Ini partnya no edit, saya lagi banyak tugas sekolah jadi bikinnya no edit. Maaf juga nggak bisa fast updet hehehe
Enjoy for next part ❤❤❤
Sorry for typo!!
Don't Be Silent Readers ok!
Vommet please!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Aku Memilih Mu (Slow Update)
Novela JuvenilSeorang anak tentara yang dikenalkan dengan lingkungan tentara pula. Yang di didik secara disiplin. Yang dikelilingi orang-orang militer pula. Adena Mahatvavirya.... Menyukai salah satu dari banyaknya orang yang dikenalkan ayahnya dan selalu menjadi...