Bagian 1

1.1K 69 0
                                    

Malam hujan deras 7 tahun lalu

Suara deritan mobil, petir saling menyambar dan hujan lebat serta angin kencang tak menggoyahkan sepasang ibu dan anak itu untuk terus memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. seorang gadis berusia 15 tahun menggigil ketakutan akan tindakan ibunya yang tak menghiraukan keselamatan mereka.

isakan tangisan sudah tak terbendukan lagi, dipegang tangan ibunya yang berada diatas kemudi. "Bu, Inas takut. Inas mohon pelankan mobilnya." tangan dingin itu menyentuh tangan ibunya yang penuh luka. sedetik kemudia dia menyadari luka yang tertoreh ditangan sang ibu. wajah pucatnya semakin memucat.

"Kita harus segera meninggalkan kota ini Nak, sebelum orang itu menangkap kita lagi." demi menenangkan wajah ketakutan anak perempuan satu-satunya, ibu itu tersenyum tanpa mengurangi kecepatan laju mobilnya.

Anak perempuan itu hanya mengangguk, digeser merapat kearah sandaran kursi tubuh kecilnya. tak henti-henti mulutnya merapalkan doa keselamatan bagi dirinya dan sang ibu.

Mobil melaju dengan kencang, sang ibu semakin panik ketika dilihatnya dari arah spion. di belakang, mobil yang mengejarnya semakin mendekat.

"Ibu...." anak perempuan itu tahu, akan kepanikan ibunya. air mata yang sempat mengering, kini kembali membasahi pipi tirusnya, isakan terdengar semakin kencang.

"Jangan menangis nak, ibu akan melindungi mu. sekarang ibu mohon rapatkan pegangan mu pada seat belt."

Meskipun dengan suara isakan yang masih tertahan, anak perempuan itu mengangguk, mengiyakan perintah dari sang ibu.

Mobil yang sempat berada di belakang, kini mobil itu hampir berada disampingnya. dengan penuh kecemasan sang ibu memacu lebih kencang lagi mobilnya. hujan yang semakin deras menjadi saksi bisu akan peristiwa saling kejar mengejar kedua mobil itu.

Seolah jalan raya malam ini menjadi sirkuit balapan bagi dirinya dan mobil laki-laki itu. sang ibu terus memacu kecepatan. demi ketentraman hidup anaknya, dia bersumpah dalam hati, kali ini dia akan pergi dari kota ini, sembunyi dari laki-laki pemilik mobil yang mengejarnya itu.


"Ibu......hikss hiksss" tangisan anak perempuannya semakin menambah kepanikan dirinya.

"Sayang, jangan menangis. kita akan baik-baik saja."

"Inas takut bu, bagaimana jika paman abu lahab menangkap kita lagi. Inas takut."

"Tidak nak, kali ini ibu tidak akan membiarkan paman jahat mu itu kembali menyakiti kita. sudah cukup dia selalu membuat masalah dalam keluarga kita."

"Inas takut, takut bu. Inas tidak mau dipisahkan lagi dari ibu. Inas ingin hidup bersama ibu." digenggam tangan anaknya, mencoba menyalurkan ketenangan untuk anak perempuannya.

Tangisan ketakutan anaknya seakan menyayat hati sang ibu. anak perempuannya yang selama ini hidup ketakutan bersama pamannya.

Tubuh kecilnya meringkung dikursi sebelah, isakan tangisan tak henti terdengar dari mulutnya. dengan keadaan mobil melaju kencang serta hujan deras mengguyur, sang ibu tak menyadari
adanya mobil yang berhenti dari arah yang berlawanan, karena saat ini posisinya berada di antara pertigaan jalan.

Dengan kecepatan yang penuh, sang ibu terlambat untuk menginjak rem. mobil mereka terhempas menabrak mobil didepannya tadi.

Suara dentuman keras, kas suara kecelakaan mobil. asap mengepul. suara keheningan malam yang sunyi tiba-tiba menjadi gemuruh akan suara teriakan dari para manusia yang berteduh di pinggiran toko-toko samping jalan.

Di dalam mobil. anak perempuan itu semakin menjerit melihat keadaan ibunya yang penuh dengan darah. mata terpejam, lalu hilang kesadaran. di lain sisi, keadaan dalam mobil yang ditabrak tak jauh berbeda dari keadaan mobil yang menabrak. seorang laki-laki, perempuan dan anak yang masih balita tak sadarkan diri.

-

-

-

-

To be Continued





Another HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang