Part 3

40 7 0
                                    

Masih ingat kalo ini bukan hanya cerita satu orang saja kan?

Di tempat lain. Seorang gadis dengan buku binder bersampulkan warna hijau tosca di dekapannya. Ia tengah berjalan santai menuju kelas selanjutnya.

Shyla anara kireina. Gadis dengan perawakan biasa-biasa saja. Model rambut blow sebahu dengan warna coklat gelap. Memang tidak ada yang spesial dari dia, dia bukan tipe gadis mall seperti kebayakan, ia lebih suka tempat yang sunyi dan menenangkan dan dia seorang pecinta kopi.
Satu lagi, shyla seorang penulis puisi dan cerita yang handal. Tapi anehnya ia tidak pernah sekalipun mempubliskan semua hasil tulisannya publik . Entah kenapa.

" hahh tidak terasa aku mahasiswa sekarang." gumam gadis ini sambil menapat sekeliling kampus.

Sambil memejamkan mata, shyla menghirup setiap oksigen, merasakan aroma universitas setia bakti. Tapi, aroma lain tertanggap penciuman Shyla.

" aroma ini... Seperti ..."
Brukkk,,, tanpa sengaja seorang dari belakang menabrak badan Shyla kuat hingga membuatnya jatuh tersungkur.

" Awwww..." ringis Shyla kesakitan

" maaf aku sedikit terburu-buru." sesal laki-laki itu.

Tunggu. Ini bau parfume yang dipakai Arvel.

" aku sungguh minta maaf. Mari aku bantu? " laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk membantu Shyla berdiri.

Tangan ini...

Ragu-ragu Shyla menyambut tangan itu dan menatap wajahnya. Benar saja itu dia. Dia yang selalu menjadi tokoh dalam setiap ceritanya, yang menjadi objek setiap puisi-puisinya. Dia Arvel Athala kapten tim futsal waktu SMA.
Dia selalu bisa membuat sebuah senyum terlukis di bibir Shyla setelah mencetak gol di setiap permainannya.

" kau alumni SMA Setia Bakti kan?" tanya Laki-laki bernama Arvel itu.

"i iya."

" siapa namamu?? Shyla.. Arana..." katanya coba mengingat

" Shyla Anara Kireina." potong Shyla.

" ahh ya itu. Senang bisa bertemu dengan mu lagi." Arvel tersenyum sambil mengulurkan tanganya kembali.

Ya tuhan, apa ini mimpi??

" ehh iya aku juga. " kata Shyla terbata menyambut tangan Arvel.

Jantungnya berdetak hebat merasakan sentuhan lembut dan kehangatan dari genggaman tangan Arvel.

" aku harus pergi sudah di tunggu seseorang. Sekali lagi aku minta maaf." kata Arvel berlalu pergi

Shyla tak melepaskan pandangannya pada punggung Arvel yang semakin menjauh tapi Shyla tiba-tiba saja tersentak saat melihat Arvel berbalik menghadap dirinya.

" senang bisa berbicara dengamu.." kata Arvel setengah berteriak lalu bener- benar pergi.

Pipi Shyla seketika memerah, senyum bahagia terukir jelas di wajahnya. Tak bisa Shyla ungkapkan betapa senangnya dia hari ini.

............................................

Maaf lama.. Akhir" ini tugas sekola menumpuk.

Plis vote dan komen cerita ini. Komen dan vote dari kalian berharga bagiku ^^

MournfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang