SITUASI SIAGA

20 2 3
                                    

Pagi ini sungguh cerah, secerah perasaan Shyla. Jika di ibaratkan dengan taman, perasaan hatinya saat ini seperti taman penuh dengan bunga yang bermekaran. Entah kenapa Shyla tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

" Duh senangnya yang semalem di antar pulang sama cowok." Goda Shyla saat di ruang makan.

"Apa sih de?" Shyla hanya tersipu malu mendengar adik bungsu-nya itu.

"Udah berangakat sekolah sana. Tu jemputan udah dateng." Suruh Shyla sambil melihat kearah "Jemputan" Vanka.

"Sialan Mbak Shyla aku di bilang jemputan." Celetuk Valda yang mendengar perkataan Shyla. Shyla hanya terkekeh melihat nya.

"Lah kan emang jemputan." Setelah ber-pamit-an dengan seluruh anggota keluarga Vanka melesat cepat menuju motor Valda dan di iring dengan si pemilik motor tersebut.

"Van, Pulang sekolah nanti kita jalan dulu yuk?"

"Oke, tidak baik kan menolak rejeki. Hehe"

Sudah hal biasa jika mereka sering menghabiskan waktu bersama. Hanya selama SMA ini kegiatan mereka itu sudah sangat jarang dilakukan mengingat tugas yang menumpuk tiada habisnya.

Di ruang kelas seperti biasa Vanka melakukan tugas piket.

Dan secara sengaja Syerin menyenggol pot bunga yang tersusun rapih pada pinggir pintu. Semua orang sontak melihat kearah benda yang terjatuh tadi, termasuk Vanka dan juga Valda. Sadar akan kewajibannya Vanka segera penghampiri tumpahan isi pot yang berserakan dilantai tapi saat sedang mengumpulkan kembali tanah dalam pot dengan tangannya tiba-tiba saja Syerin menginjak tangan itu kuat lalu detik berikutnya ia berlaga seolah tidak sengaja melakukannya.

"Awww.." Ringis Vanka memegang tangannya yang sudah memerah padam.

"Ya ampun Vanka, maafkan aku. Apa tangan mu baik-baik saja?, Aku sungguh tidak tahu jika tanganmu terinjak oleh ku. Tadinya aku hanya berniat untuk membantumu membersihkan tanah ini tapi ternyata kaki ini tanpa sengaja melukai tanganmu."

"Ah aku tidak apa-apa, hanya merah sedikit di kasih salep juga akan hilang." Vanka bukannya takut dengan Syiren ia hanya tidak ingin mencari masalah dengan gadis itu, dan lagi jika Vanka sampai memberikan tinjunya pada gadis manis ini maka Levi tidak akan mungkin bisa memaafkannya.

"Kalo begitu aku pergi. Ah sekali lagi maaf ya Van." Wanita itu melesat pergi begitu saja.

~•••~

Di kantin saat jam Istirahat, Vanka masih saja memegangi tangannya yang terasa perih.

"Kau harusnya menghajar dia tadi. jika kau tetap diam seperti ini dia akan terus menindasmu." Omel Valda sambil memoleskan salep pereda rasa sakit.

"Kau terlalu berlebihan ini kali pertama dia melukai tanganku dan itu pun tanpa di sengaja."

"Yaa aku tahu kau bodoh tapi tidak kah kau sadar dia sengaja melukai mu sebagai tanda peringatan agar kau berenti menyukai kekasihnya." Awalnya Vanka berpikir seperti itu tapi sulit dipercaya Syerin bisa melakukan semua ini wanita sebaik dan se-ramah Syerin tidak akan mampu melakukan hal kejam seperti itu.

Tanpa Vanka sadari orang yang tengah ia pikirkan berada dalam kantin itu dan juga menghampiri mereka.

"Eo Vanka. bagaimana keadaan tangan mu?" tanya Syerin dengan ekspresi yang sangat-biasa saja.

"Eum Ya sudah membaik." Jawab Vanka terlihat tegar karna pada kenyataannya tangan-nya masih sangat perih.

"Tanganmu kenapa Van?" Tanya Levi khawatir. Sangat.

Sambil melirik kearah Syerin yang hanya menatapnya sambil menaikan sebelah alisnya. Membuat Levi semakin meng-khawatir-kan keadaan Vanka bukan untuk keadaannya sekarang tapi keadaan gadis itu nantinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MournfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang