Cinta

37 6 3
                                    

Vanka duduk bersandar di punggir jendala kamar yang langsung menghadap rembulan, entah kenapa bulan malam ini indah sekali.

Otaknya mulai memutar kembali memori, saat Vanka melihat Levi keluar dari gerbang sekolah.

Levi ngapain baru pulang magrib,, ekskul basket perasaan sudah pulang dari beberapa jam sebelumnnya..

Jangan-jangan Levi nungguin aku dijemput?

Astaga, benar Levi melakukannya?

Vanka mulai nyengir-nyengir sendiri, rona merah dipipinya mampu membuat jeritnya pecah sangking girangnya.

" kyaaa,, Levi sweet banget sih..."

"ekhm ekhm siapa yang sweet." kakak perempuanya sudah siap di ambang pintu dengan tangan melipat didepan dada di barengi senyum jahil yang mengisyaratkan banyak pertanyaan yang menggoda.

" bukan siapa-siapa kok kak shyl hehe." jawab Vanka sambil menunjukan deratan gigi putih miliknya.

" jadi kamu ngga mau cerita sama kakakmu ini." pura-pura kecewa Shyla duduk di pinggir ranjang yang berbalut seprai tosca polos, tidak jauh dari tempat Vanka duduk.

" hehe bukan gitu kak. Vanka cuma lagi menghayal aja."

" kebanyakan menghayal tidak baik Van."

Hening...

" kak " panggil Vanka kecil tanpa menatap kakaknya itu

" iya van?"

" Vanka sudah pantas merasakan cinta belum?" sontak Shyla tertawa terpingkal-pingkal mendengar pertanyaan konyol terlontal begitu saja dari bibir mungil adik bungsunya.

Setelah tawanya mereda Shyla baru menggapi pertanyaan polos adiknya.

" tidak ada batas umur untuk merasakan cinta Vanka."

" maksud kakak?"

" cinta bisa datang sama siapun, kapanmu disetiap usia manusia.
Dari sejak kita bayi pun kita sudah merasakan cinta yang di berikan ayah sama bunda. Pertanyaan lucu Van." masih dengan sedikit tawa Shyla menghampiri adiknya dan menggosok lembut pucuk kepalanya penuh kasih sayang.

" bukan cinta yang seperti itu kak. Cinta terhadap lawan jenis kita,rasa menyukai seseorang." kata Vanka seolah meluruskan persepsi kakak yang salah menafsirkan.

Shyla memutar rubuh Vanka hingga menghadapnya dan berjongkok menggosok telapak tangan adiknya lembut.

" adik kakak udah gede rupanya."

Shyla menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyum. Senyum jahil lebih tepatnya

" kakak. I'm serious."

" kakak juga serius Vanka sayang."

" tidak salah kamu suka sama sesorang tapi ingat batasan. Kamu masih anak sekolah jangan sampai rasa sukamu mengganggu sekolah." sebisa mungkin Shyla memberi pengertian kepada Vanka agar adik kesayangannya ini tidak salah jalan karna perasaan.

" ini cuma perasaan suka sepihak kak, apa pantas di sebut cinta?" suaranya terdengar sedikit parau

" semua rasa sayang yang tulus itu cinta van, mungkin kamu masih belum bisa ngerti maknanya tpi yang harus kamu tahu cinta tidak mengenal kata sepihak yang ada hanya bahagia melihat dia bahagia. Itu saja. "

Perkataan Shyla benar, cinta tidak mengenal kata sepihak asalkan dia bahagia itu sudah cukup.

Dirinya masih terlalu muda untuk bisa mengartikan cinta yang sesungguhnya.

" laki-laki itu yang ada di dalam buku sketsa mu iti bukan?" apa selama ini Shyla melihat semua gambarannya? Dia juga tahu kalo Vanka sudah sejak sd suka menggambar, oh ayolah mereka saudara kandung juga tinggal bersama.jadi pasti saja dia tahu. Membuat mata Vanka membelalak lebar.

" kak tahu semua yang dilakukan adik kecil kakak ini." lagi Shyla kembali menggosok pucuk kepala Vanka sebelum melangkah ke ambang pintu

" kalo kamu sudah bisa merasakan cinta maka lambat laun rasa sakit juga akan kamu rasakan van. Tidurlah, selamat malam adik kecil kakak." kini Shyla benar memghilang pintu kamar sudah tertutup rapat.

Vanka takut ngerasain sakit kak, tapi Vanka sudah terlanjur jatuh cinta...

~ ••• ~

Semoga cinta terbalaskan...

Ini hanya perasaan sepihak, apa pantas di sebut cinta?

Pertanyaan Vanka terus saja terngiang di kepala Shyla. Walaupun ia bisa menjawab pertanyaan itu tapi ada sedikit keraguan dalam dirinya.

Bagai mana jika jawaban nya sebenarnya adalah rasa suka sepihak bukanlah cinta melainkan sikap egois semata...

Perasaan Shyla sangat gusar, dia takut apa yang ia bagi dengan adiknya itu salah.

Tuhan pasti punya jawaban lain yang masih ia sembunyikan...

MournfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang