Tina POV
Astaga dia menciumku lagi, dan untuk kedua kalinya aku tak bisa menolaknya. Ya Tuhan.
"Maaf." Katanya. "It's okay, but I have to go." Kataku. "Tetaplah disini." Ujarnya sambil menahan tanganku.
Aku termangu ria. Entah apa yang membawaku, aku langsung duduk di sebelah Newt.
"Ada apa?" Tanyaku. "Hmm mungkin aku sudah mengingat beberapa memori di otakku." Jawab Newt. "Benarkah?" Tanyaku senang. "Uhm-hm." Jawabnya.
Mendengar ingatan Newt sudah pulih aku merasa senang. Setidaknha ia bisa memberitahuku alasannya mengapa ia menggantikan posisiku dulu. Padahal kami tak saling mengenal. Maksudku, tidak dekat.
"Kenapa?" Tanyanya. "Tidak ada." Jawabku sambil tersenyum.
Keheningan menyelimuti kami berdua.
"Kau ingat alasan mengapa kau menggantikan posisi ku?" Tanyaku memecah keheningan. "Ya. Tentu saja." Jawabnya sambil memiringkan sudut bibirnya. "Apa?" Tanyaku lagi.
Newt terdiam. Ia terdiam sambil menatapku. Aku berusaha menvari tahu apa yang sedang di pikirkan Newt sekarang.
"Karena, aku mencintaimu." Ujar Newt. "Apa? Kita kan tidak dekat sama sekali. Bicara satu sama lain pun bisa dihitung memakai jari." Balasku. "Karena aku takut padamu. Aku takut jika aku berusaha mendekatimu kau malah mengacuhkan ku. Aku memang pengecut. " kata Newt.
Aku kebingungan harus menjawab apa. Aku menjadi salah tingkah. Aku berusaha tidak membalas tatapannya padaku. Ku kira aku tak bisa.
"Sudahlah tak usah kau pikirkan ketakutanmu. Aku tidak seperti itu." Kataku sambil mengelus pipi Newt.
Newt melirik ke arah tanganku yang masih berada di pipinya. Aku langsung menarik tanganku.
"Apa kau akan tetap bersikap seperti ini?" Tanyanya. "Hah? Mungkin?" Jawabku tak yakin. "Meski aku sudah menjadi crank? Apa kah kau tidak akan meninggalkanku?" Tanyanya.
Aku terdiam. WTF. kalau sudah menjadi crank bukan kah dia akan kehilangan akal sehatnya? Apa aku akan dikenalnya?
"Kenapa terdiam?" Tanya Newt agak ketus.
Newt POV
Oh ya ampun. Mata hijaunya menyengatku lagi. Tapi aku tersadar bahwa ia tak akan melakukan pertanyaanku yang terakhir.
"Kenapa tidak menjawab?" Tanyaku sedikit ketus. "Entahlah Newt, aku mungkin harus tidur. Aku sangat mengantuk." Jawabnya sambil meninggalkanku.
Aku tahu dia gugup. Selagi dia hendak berdiri, secara reflek aku memegangi tangannya.
"Kau jangan pergi. Disini aja, temani aku." Kataku tanpa berfikir terlebih dahulu.
Tina hanya mengangkat satu alisnya, lalu berjalan berbalik ke arahku. "Baiklah." Katanya.
"Apa kau sudah mengingat semuanya?" Tanya Tina. "Kurasa belum. Tapi setiap mimpi-mimpi itu muncul kepalaku terasa sangat sakit." Jawabku.
"Kupikir, kau tak perlu memaksakannya." Katanya. "Uhm-hm." Balas ku singkat.
Aku termenung sejenak. Mekikirkan apa yang harus ku katakan agar membuat Tina nyaman di dekatku.
"Kau liat hewan itu?" Tanya Tina tiba-tiba. "Ya. Apa namanya?" Balasku.
"Itu fireflies. Katanya, mereka adalah jelmaan dari orang-orang yang sudah tiada untuk bertemu dengan orang yang mereka sayangi." Jelasnya.
"Semakin banyak disini."kataku singkat. "Ya. Mungkin mereka ingin bertemu dengan kita." Kata Tina.
"Mereka siapa?" Tanyaku. "Keluarga. Teman. Sahabat. Atau siapa pun yang menyayangi kita." Jawabnya.
"Apa kau pikir aku dulu mempunyai keluarga?" Tanyaku.
Tina tertawa. Aku memperhatikannya saat ia tertawa.
"Apa kau melihat Tina?"
"Tidak."
"Apa kau melihat Tina?"
"Tidak."
Aku berlari menyusuri WICKED untuk mencari Tina.
"TINA!"
Ia tak menjawab. Aku langsung menyusulnya.
Aku melihatnya menangis.
"Hei ada apa?"
"Gixel menjadi crank."
"Siapa Gixel?"
"Temanku."
"Gixel yang dulu tinggal di samping rumahmu?"
"Ya."
"Mungkin ia akan menjadi crank yang paling gila. Dulu ia pernah melempariku dengan sepatu-sepatunya saat aku mengejeknya."
Tina tertawa.
"Kau bisa saja. Kau siapa?"
"Newt. Kau?"
"Tina. Aku harus segera pergi, Thomas memanggilku."
Aku merasa sangat pusing saat melihat mimpi minpi itu lagi. Kurasa aku akan...
"NEWWWWT!"
Mungkin itu kata kata terakhir sebelum aku pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Cure: Finding Minho (Thomas Sangster)
Fanfiction"Aku menatapnya dengan dalam. Aku seperti pernah melihatnya. Saat aku berada didekatnya perasaanku menjadi aneh. Aku merasa aku sudah lama mengenalnya. Semakin aku berusaha mengingatnya semakin sakit kepala ku ini. Oh, ya tuhan." - Newt