Eight

695 74 12
                                    

Newt POV

Tuhan dia cantik sekali.

Dia masih sama seperti yang dulu, Tinaku.

Bermata coklat terang yang sangay serasi dengan rambutnya.

Kulitnya sangat halus dan berwarma kecoklatan.

Dia sangat amat terlihat cantik.

"Newt?" Panggil Tina dengan hembusan nafas yang banyak.

Aku baru tersadar jika aku sangat dekat dengannya. Mungkin ia akan takut kepadaku setelah ini. Tapi tak apa, aku mencintainya.

"Astaga, maafkan aku Tina." kataku sambil sedikit menjauh. Ia tersenyum, sangat manis, hampir seperti dulu. "Santai saja, ingatan-ingatan itu mulai bermunculan ya?" tanya Tina kepadaku."Hm-mm. Entah mengapa, bayangan-bayangan itu terus berputar di dalam benakku." jawabku dengan sedikit ragu. "Baiklah, aku rasa setelah kau sembuh Thomas akan mengajakmu keluardari sini bersamanya." katanya. Aku menatapnya kaget. "Kurasa tidak, aku kan telah terinfeksi." kataku smabil tersenyum kecut. Tina berjalan mendekatiku dan merangkulku.

"Aku yakin kau mampu bertahan dari virus ini. Karena aku mengenalmu, kau telah menyelamatkan hidupku, pasti kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri dari virus ini." kata Tina meyakinkanku. "Kau yakin sekali Tin." kataku sedikit mencibir. "Huh baiklah, aku hanya mencoba menghiburmu. Tapi aku serius dengan kata-kataku. Aku sangat yakin padamu." katanya lagi. Aku hanya tersenyum tipis mendengarnya, sangat miris ketika aku dipertemukan oleh seseorang dari masalalu namun akhirnya seperti ini, aku terjangkit virus flare seperti ini.

"Kau memiliki teman-teman disekelilingmu, Newt. Kami akan selalu di barisan depan." kata Tina lagi sambil beranjak pergi. Aku mrmikirkan kata-kata Tina dengan cepat, namun sakit kepala itu datang lagi, entah karena virus ataupun ingatan-ingatan yang akan kembali muncul.

"Hei Newt sedang apa kau disini?" Tanya Abigail.

Pertanyaan Abgigail membuatku tersentak. Ya, aku disini sedang mengamati Tina.

"Hmm aku hanya hmm, Thomas mencariku." Jawabku ragu.

"Thomas? Bukankah selama ini ia di isolasi dari kau dan yang lain?" Tanya Abigail.

"Yah tapi aku hanya ingin bertanya sesuatu padanya." Jawabku lagi

"Katakan padaku. Aku yang akan bicara padanya." Kata Abigail. "Tidak. Tidak jadi." Kataku sambil melangkah pergi.

Apa barusan? Ingatan apa yang muncul? Mengapa hanya sepotong? Mata potongan yang lain?

Terkadang menjadi seorang yang lupa akan segalanya memang tak enak. Karena kau tak bisa menginga kembali masa lalumu. Kenangan manis bersama keluarga maupun sahabat tak bisa kau kenang kembali.

"Newt? Boleh aku masuk?" Panggil Thomas. "Masuk saja. Tidak dikunci." Balasku.

Aku memandangi ruangan putih ini. Kosong. Hanya ada kekosongan. Namun dibalik ruangan ini jelas ada sesuatu yang kotor. Hanya terlihat bersih saja dari luar. Namun kebusukan datang dari dalam.

"Kau tahu. Besok kita akan keluar darisini." Kata Thomas. "Bagaimana caranya?" Tanyaku. "Kabur. Seperti biasa." Jawab Thomas.

"Kau yakin akan mengajakku? Sebentar lagi aku akan memjadi crank." Kataku tanpa melihat Thomas. "Newt. Kau masih newt. Kau belum berubah. Selagi kau belum berubah kau masih newt. Tak akan ada yg bisa mengubahmu." Kata Thomas.

"Thanks Tommy." Kataku sambil menatapnya. "Jadi, kau ikut kan?" Tanya Thomas. "Pasti." Jawabku dengan mantap.

Author POV

"Bagaimana?" Tanya Tina. "Dia baik saja dan dia mau ikut." Jawab Thomas. "Syukurlah, trims Thom." Kata Tina.

"Tak usah berterimakasih. Newt adalah temanku. Begitu juga kau, minho, Frypan, teresa. Meski dia terkena flare ataupun tidak aku pasti tetap membawanya pergi dari neraka ini." Kata Thomas sambil berjalan pergi meninggalkan tina.

"Thomas!" Panggil Tina sambil berlari memeluk Thomas. Thomas terkejut karena beberapa tahun terakhir ini tak ada yang memberikan kasih sayang padanya.

Tina mendekap Thomas dengan erat. Berbeda dengan thomas, ia bingung harus membalasnya atau tidak. Namun, sebelum Thomas sempat membalas pelukan Tina, Tina melepaskan pelukannya.

"You're the best bro ever!" Teriak Tina sambil mencium pipi kiri Thomas.

'Sister not doing this' batin thomas. Tapi thomas hanya diam, menyaksikan Tina berlari menjauh darinya.

Tiba-tiba seseorang membungkam mulut Thomas.

"Brenda?" Tanya Thomas. "Ya ini aku." Jawab Brenda. "Cih masih berani kau berdiri di hadapanku?" Tanya Thomas denga sinis.

"Dengar, aku disini tidak ingin bertengkat denganmu. Aku ingin memperingatkanmu bahwa besok kalian satu persatu akan dimasukkan di glade, lagi." Ucap Brenda.

"Dan kau? Membantu mereka?" Tanya thomas lagi dengan sedikit kebencian. "Tidak. Aku disini ingin membantumu. Kau tahu? Aku merasa berutang budi padamu saat di scorch. Aku minta maaf padamu karena telah menghianatimu, tapi itu perjanjiannya. Seorang Goosevan tak pernah mengingkari janjinya." Jelas Brenda.

"Apa jaminanmu tak akan menghianati kami lagi?" Tanya Thomas. "Nyawa. Kau bisa membawaku. Jika aku menghianatimu lagi kau bisa membunuhku. Aku akan siapkan rencana untuk kalian, tenang saja Jorge juga dipihak kalian." Jawab Brenda.

Mereka menyepakati perjanjian yang ada. Besok. Mereka berharap bisa keluar dari gedung WICKED.

Haii

Maafin tasha ya jarang update banget:(

Sebenernya tasha udah mau uldate dari lama

Tapi karena sibuk jadi ga semoet deh

Jangan lupa voments ya!!

Semakin banyak yg voments bikin tasha seneng

Semakin tasha seneng semakin cepet update deh

Yeayyy

The Death Cure: Finding Minho (Thomas Sangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang