Beautiful Events

1.3K 122 12
                                    


" Sei-kun, kau mau mengajakku kemana ? "

Kuroko merasa bingung sendiri. Ia pergi dengan Akashi menaiki mobil ke suatu gunung yang tidak ia ketahui. Kemudian berhenti disuatu tempat dan memasuki hutan. Sungguh ia tak tahu apa yang dipikirkan Akashi. Mereka terus berjalan melalui jalan setapak. Kuroko diam – diam merasa khawatir, kenapa Akashi mengajaknya ke tempat ini ? Jangan – jangan Akashi mau bertindak tidak baik disini ? Atau yang paling buruk, Akashi mulai lelah dengannya dan bermaksud membunuh atau meninggalkannya disini. Setega itukah ? Oke, kau mulai paranoid sendiri, Kuroko. Akashi hanya murni membantu mencari inspirasi untukmu kok.

Tiba – tiba langkah Akashi berhenti, membuat Kuroko yang sedang konflik batin hampir menabrak punggung yang ada di depannya. Akashi yang menoleh membuat Kuroko sempat tersentak, menggigil ketakutan. Akashi yang memperhatikan pun bingung, apa yang membuat Tetsuyanya ketakutan ?

" Tetsuya. " Panggil Akashi.

" A-ah. Iya, Sei-kun ? " Jawab Kuroko dengan bibir bergetar. Kuroko merutuki suaranya yang sedikit bergetar, membuat Akashi semakin terpaut heran. Namun, Akashi pada akhirnya mengabaikan hal itu, dan menautkan kembali genggaman jari mereka yang sempat tertunda.

" Kita sudah sampai. "

Kuroko mengerjapkan matanya berulang kali. Mata Sapphire nya berbinar takkala menatap air yang mengalir dengan indah dengan nuansa alam yang asri. Air terjun. Objek itulah yang kini menjadi pusat perhatian penuh si baby blue. Kaki kecilnya refleks berjalan mendekati aliran sungai yang tenang dan jernih dibawah naungan air terjun tersebut. Ia menutup matanya rileks ketika tangan kanannya ia celupkan pada air, suhu dingin pada air itu secara perlahan merambat ke tangan putih pucat itu. Bebatuan – bebatuan disekitarnya nampak menghiasi setiap sudut jarak pandangnya ditambah tumbuh – tumbuhan di sela – selanya. Kuroko sempat melupakan eksistensi sesosok iris heterocrome di belakangnya. Sontak saja makhluk bersurai merah yang tak lain adalah Akashi langsung mendekati kekasihnya yang masih asyik di dunianya sendiri.

Tangan Akashi kini merengkuh hangat pinggang Kuroko yang tentu terkejut dengan aksinya tiba – tiba. Salahkan Kuroko yang bisa – bisanya sempat melupakan dirinya.

" Tetsuya. "

Kuroko bergidik.

" Iya, Sei-kun ? " Bergidik atau apa pun, wajah datar khasnya tak akan mudah hilang begitu saja. Ia tak menoleh pada sang kekasih yang ia yakini kini tengah mengendus lehernya.

" Aku bisa kesal loh kalau kau abaikan begitu saja... " Nada merajuk keluar dari sang surai merah. Kuroko hanya terkikik geli, mengingat kekasih yang selalu merasa absolut dan dingin ini menjadi kekanak – kanakan ketika hanya bersamanya.

" Maafkan aku, Sei-kun. Bongkahan batu – batu disini seperti telah ditata rapi disisi aliran sungai ini. Warna air ini juga sangat jernih dan sejuk, aku sangat suka. " Tangannya memegang tangan akashi yang merengkuh pinggangnya, tanda membalas perlakuan lawan bicaranya.

" Benarkah ? Syukurlah, Tempat ini indah sekaligus dapat menghilangkan depresi dan menambah ide bukan ? " Tanya Akashi dengan tangan masih setia merengkuh pinggang makhluk manis di depannya. Ingatkan Akashi untuk mengabadikan moment ini di kameranya.

" Iya. Ini benar – benar indah, Sei-kun. Terima kasih. " Ucap Kuroko tulus seraya menoleh memamerkan senyum termanis yang ia miliki. Akashi sempat menutup hidungnya.

Akashi butuh tisu saat ini juga.

Mereka masih diam tak bergeming, tidak bergerak dari posisi mereka, sebelum Akashi bersuara menggoda " Aku jadi ingin menciummu, Tetsuya. "

Give Me Inspiration!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang