03.

1.3K 96 1
                                    

Saat sampai di rumah sakit milik keluarga Stephan's, Harry langsung menggendong adiknya ala bridal style dengan muka yang memerah karena panik.

"WOOYY SUSTER!! TOLONGIN ADEK GUE WOOY!!" teriak Harry dengan ke-panikannya dan ke-tidak tahu malunya. Padahal dia sedang di rumah sakit, tapi teriak kek di hutan.

Tipikal Harry kalau sedang panik, urat malu nya putus.

Semua suster yang melihat itu dengan paniknya juga mengambil kasur dorong yang berada di rumah sakit itu dan dengan segera menuju ke Harry yang sedang sangat panik.

"Lama banget sih!" Bentak Harry dengan kesal.

"Ma--maaf tuan, kami akan segera membawa nona Hazel ke dokter untuk di tangani" ucap salah satu suster dengan gugup.

"Cepetaann langsung bawa adek gue ke dokter wey!" bentak Harry, lagi.

Suster itu pun beserta suster yang lainnya langsung pergi setelah di bentak oleh Harry.

Di rumah sakit ini, semua dokter, suster, OB, security, dll, sudah mengetahui siapa itu Harry dan siapa itu Hazel. Maka dari itu, saat Harry berteriak seperti orang kesetanan, tidak ada orang satupun yang berani memarahinya/menegurnya.

*********

Harry sedang menunggu di depan ruang UGD, adiknya drop tidak seperti biasanya.

Ya tuhan gue bisa di begal ama emak kalo ketahuan ga jaga Hajel bener-bener. Terima nasib lu ae lah Har ucap Harry dengan dramatisnya.

Dia memang suka mendramatisirkan keadaan huft. Lagipula, mana ada ibu yang tega begal anaknya sendiri? Ck.

Ceklek

Mendengar suara pintu terbuka, Harry langsung menghampiri dokter Adam.

"Gimana dok keadaan adek saya?"

"Adik anda tidak apa-apa. Dia hanya kelelahan dan mengalami drop yang baru dia rasakan lagi. Dia masih mengingat traumanya yang dulu. Anda bisa melihat adik anda"

"Dia udah sadar dok?"

"Sudah, cuma dia hanya menatap kosong ke depan tanpa mau berbicara. Tolong kamu ajak dia bicara ya, agar dia bisa kembali ke semula."

"Baik dok, makasih."

"Sama-sama. Kalau begitu, saya duluan ya, Harry."

Harry hanya menganggukan kepalanya dan langsung membuka pintu tersebut dengan perlahan.

"Hazel." panggil Harry dengan lembut.

Yang di panggil, hanya menatap ke arah jendela dengan pandangan kosong. Mukanya pucat pasi, pipinya yang biasanya merona, sekarang sangat putih, bibirnya yang biasanya selalu tersenyum cerah, sekarang tidak ada senyum itu lagi. Yang ada hanyalah kekosongan di matanya dan kesedihan di bibirnya.

Dia pandai menyembunyikan ekspresinya ucap Harry dalam hati, karena dia tau, bahwa sebenarnya Hazel sedang menahan tangisnya.

"Hazel, lo ga boleh begini terus. Lo harus lupain masa lalu lo. Lo ilangin rasa trauma lo itu, Jel. Jadilah Hazel yang gue kenal, bukan Hazel yang kayak begini. Gue ga tega ngeliat adek gue kayak gini. Please, Jel." ucap Harry sambil menggenggam lembut tangan Hazel.

"Dia masih hidup, Kak?" tanya Hazel dengan suara yang lemah.

Hazel akan memanggil Harry dengan sebutan 'kak' jika ia dalam keadaan tertentu, seperti sekarang ini.

"Engga, Zel. Dia udah tenang di sana. Lo lupain dia ya? Lo harus inget sama janji lo, Zel." ujar Harry masih dengan suara yang lembut.

Senyum Hazel muncul, meskipun hanya senyum tipis.

"NAH!! ITU BARU ADEK GUEE!" ucap Harry sambil berteriak senang melihat adiknya sudah mulai tersenyum lagi.

"Apaansi lo? Pergi sono. Gue mau tidur. Capek batin hayati bang" ujar Hazel dengan dramatis sambil tangan kanannya memegang dadanya, seakan-akan dadanya habis tertusuk pisau.

"Baru juga sehari masuk rumah sakit. Alay nya udah kambuh aja lo."

"Ngaca dulu sono, baru ngomong gitu ke gue. Udah sana ah gue pengen tidue beneran tau."

"Iye iye, Ndoro"

**********

Keesokkan paginya, Hazel bangun dengan muka bantalnya.

Dia merasa bosan.

Tapi dia tidak tahu harus ngapain.

Harry sekolah.

Mama papanya kerja.

Dokter ganteng a.k.a dokter Adam belum dateng meriksa dia.

Emang deh idup gue menyendiri mulu huft ucap Hazel dalam hati.

"Gue ngapain ya sekarang?"

"Bete kan gue."

"Atau gue ke taman aja kali ya?"

"Ih kok gue gila sih ngomong sendiri?"

"Bodo amat deh gue mau ke taman aja."

Dengan perlahan, dia turun dari ranjang sambil memegangi infusannya. Lalu berjalan menuju taman rumah sakit ini.

Saat sudah sampai taman, dia langsung duduk di bangku taman itu dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. 

Pas lagi enak-enaknya menghirup udara pagi taman rumah sakit ini, tiba-tiba ada yang manggil dia. Dan tubuhnya seketika membeku.

*********

Holaa eperon! Maafkan baru di update lagi. Huehehe.

Tolong maklumi, daku kelas 9, banyak tugas, minggu depan udah mulai tru out, terus ulangan2 yg lainnya lagi. Jadi susah bagi waktu sama buat cerita ini. Hehe

Jadi lanjut cerita ini, kalo lagi sempet aja.

Vommets yak😘😘

Thanks,

Salam Jomblo.

You ((HIATUS SEMENTARA!))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang