Ekspektasi terkadang dekat dengan dunia hayal, dunia dogeng, dunia fantasi yang semuanya tak lebih dari sekedar imaji belaka.
Ah Hinata, berharap kisah Naruhina tersemat jua dalam kisah kasihnya. Namun apa daya, realita tak seperti imaji. Bahkan dia bingung dimanakah kini dia berada? Dalam mimpikah, atau dalam dunia nyata yang menyakitkan.
Yang ia ingat tentang kisah panjangnya tentang meraih 'Naruhina,' seperti dalam dongeng Kishimoto.
Berawal dari dirinya yang menyerahkan 'mahkota' kebanggannya sebagai wanita kepada Naruto. Putra dari politisi Namikaze. Dia hamil namun sang penerus Namikaze grup itu enggan mengakuinya.
Hinata hancur, namun ia ingat perjalanannya masih panjang. Ada beberapa dongeng yang mengisahkan luka terlebih dahulu kemudian bahagia. Hinata percaya, suatu saat nanti ia akan mendapatkan Naruto. Mereka akan menjadi Naruhina.
Berjuang sendiri membesarkan sang buah hati, sebab Hyuga merasa tercoreng namanya dengan keberadaan sang Anak 'Haram'. Hinata terlempar dari keluarga yang sudah mengasuhnya sejak kecil. Ah dunia, hanya demi nama baik ia bisa terusir begitu saja. Dimana belas kasih mereka yang sudah merawatnya sejak kecil?
Ah lupakan sebab akhirnya Anak Hinata lahir. Ia beri nama Boruto, persis ayahnya. Memiliki Kumis, rambut berwarna kuning dan bola mata yang selalu membuat Hinata Jatuh cinta. Bola mata sewarna langit biru.
Anak itu lahir tanpa ayah, tapi percayalah meski ada beberapa gunjingan tapi tak sehebat zaman dulu. Sebab sekarang negara Asia sudah 'freesex', terbiasa melihat bayi dibuang. Negara ini sudah terbiasa mendengar aborsi, sehingga melihat wanita hamil mempertahankan bayi tanpa ayah menjadi 'sosok pahlawan baru' bagi masyarakat. Tapi tetap saja dia ada satu atau lima orang yang menggunjing dirinya. Biarlah, negara saat ini sudah maju. Urus saja urusanmu, abaikan perkataan mereka (Gongongan). Begitu faham Hinata menguatkan hatinya.
Boruto? Dia enjoy saja, sebab anak zaman ini sudah bebas berekspresi. Terbiasa melihat wanita single parent. Jadi, dia tidak ada masalah dengan teman-temannya. Mereka generasi bebas, dan itu menyelamatkan Boruto dari status 'kolot sang kakek, anak haram'.
Hidup itu berat, ketika sudah merasa waktunya untuk keluar dari persembunyian. Hinata mencari alamat Naruot dan berniat pindah ke daerah lelaki itu tinggal. Naruto tinggal di Tokyo, pusat Kota. Akhirnya Hinata dan Boruto pindah. Hinata harus menguras kocek untuk biaya perpindahan, dan harus kehilangan hampir semua simpanannya demi membeli apartment di sebelah Naruto. Biarlah sebab ini jalan mendapatkan Narutonya.
Ekspektasi tak seindah realita, begitulah seharusnya logo yang Hinata ingat. Bertemu dengan Naruto dimana status lelaki itu sudah memiliki Istri beranak satu. Bukan hanya itu yang mengejutkan.
"Aku tau kau sudah merawat anakku dengan baik, terimakasih Hinata. Aku sudah menyediakan uang jauh sebelum hari ini tiba."
"Ma-maksudmu?"
"Aku sudah memiliki Istri dan anak. Aku sudah berkomitmen, jadi kumohon jangan meminta yang aneh-aneh. Kau hanya masa lalu, dan anak dari hubungan kita adalah hasil dari kesalahan"
"APA MAKSUDMU?" Hinata murka, namun Naruto masih setia bersikap kalem. Tenang tak terprediksi.
"Aku akan bertanggung jawab membiayai hidupnya, sampai ia dewasa. Aku mengurus kebutuhannya."
Hinata geram, bukan ini yang dia inginkan. Bukan.
"Aku tidak terima!"
"Maafkan aku Hinata"
"Aku akan membongkar hubungan yang pernah kita lalui"
"Maafkan aku, tapi aku sudah terbuka dengn istriku. Dia bahkan menyarankanku sejak dulu untuk menjumpai Boruto dan dirimu."
"Apa?"
-
Nah... begitulah Ekspektasi selalu stagnan dalam imaji. Tak pernah seindah realita.Dan kini Hinata bingung, dimanakah ia berada?
Semua orang meneriaki namanya. Bau anyir tercium jelas di sekitarnya. Dimana dia?
-
Tbc
Yo Gengs~ ane back dengan Naruhina :v Anzaaaaaay ga ngartilah ini gimana. Nikmatin ajalah yah. Jangan minta update, karena ane bocah ngidul, ngilang dan timbul :v wkwkwkw
sankyu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspektasi
FanfictionEkspektasi terkadang dekat dengan dunia hayal, dunia dogeng, dunia fantasi yang semuanya tak lebih dari sekedar imaji belaka. Ah Hinata, berharap Naruhina tersemat dalam kisahnya. Namun apa daya, Ekspektasi tak semulus yang ia kira. Lalu akhirnya, b...