Boruto memandang kesegala penjuru ruangan. Disana banyak sekali PC dan juga senjata seperti shotgun dan entah senjata apalagi mulai dari kecil hingga ASTAGA ITU APA?
Boruto segera memanglingkan wajahnya. Dia menemukan foto telanjang sang ibu yang ada di sebuah ruang khusus yang menurutnya itu adalah Kamar tidur sang ayah.
"Ah aku lupa menyimpannya. Kau sudah melihatnya yah?" Tanya Naruto yang pipinya kini memerah.
Demi dewa neptunus, kini Boruto tau bahwa ayahnya adalah lelaki normal yang mencintai satu wanita yang astagaaaa pikiran Boruto sudah berkelana membayangkan betapa bejat perilaku sang ayah atas foto-foto ibunya.
Jadi, Ayah juga mencintai sang ibu?
Boruto menghela nafas dengan berat seperti beratnya menghadapi kenyataan bahwa sang ayah adalah lelaki egois yang selalu mengambil keputusan tanpa memikirkan kebahagiaan dirinya dan sang ibu.
Dengan penuh penyesalan sang ayah meminta maaf atas tindakannya selama ini yang menelantarkan mereka berdua. Alasannya cukup klise menurut Boruto. Ayahnya ingin menjaga keselamatan mereka dari para penjahat, sebab pekerjaan sang ayah sangat berbahaya. Ayahnya seorang hacker yang bertugas memberingus mafia bahkan memberantas para teroris.
Kakeknya memiliki uang dan dia bisa menjaga dirinya. Lantas kenapa Boruto dan Hinata harus menjadi korban, jika sang kakek dan juga Hyuga adalah orang kaya pastilah dengan uang itu mereka juga bisa di selamatkan. Tapi ternyata Namikaze dan Hyuga adalah musuh besar. Dalam dunia perpolitikan lawan kita adalah musuh tebesar kita dan mereka adalah orang-orang yang haus akan kekuasaan.
Jadi, sudah tentu Boruto dan Hinata akan di tolak oleh sang Kakek. Dan mungkin itulah yang menyebabkan sang ibu pergi dikarenakan tidak ingin mengungkit siapa ayah dari janinnya, karena bisa saja nyawa Boruto terancam.
"Aku sangat mencintainya, sungguh aku sangat mencintanya Boruto"
Ah ya kenyataan ayahnya pun memiliki musuh bebuyutan juga membuat Boruto sadar akan nyawa mereka. Tapi bukankah itu memang bagian dari resiko hidup?
Akatsuki adalah sekelompok yang sangat haus akan kehancuran sang ayah dan itulah kenapa Naruto tidak pernah datang kepada mereka. Ayahnya hanya bisa melihat dari jarak yang jauh. Dia bahkan tidak bisa memperistri Hinata.
"Kematian itu pasti. Namun kebahagiaan itu perlu didatangkan. Aku tidak tau kenapa ayah memilih menjadi seorang yang pengecut begini. Bukankah setiap nyawa yang melekat meliki tingkat resikonya sendiri? Ibu tidak akan peduli profesimu yang mengerikan ini, sebab yang ada di benaknya adalah bagaimana caranya agar dia bisa bahagia dengan orang yang dia cintai. Aku menyesal telah lahir dari sperma pengecut milikmu. Kebahagiaan itu kita yang mencari, sedangkan kematian dia menunggu saat yang tepat. Berhenti bersikap sok Hero."
Karena faktanya tanpa diketahui ibunya adalah harta berharga sang ayah, dia tetap kecelakaan dan nyaris meninggal. Ibunya tetap terbaring lemah dengan penderitaan yang masih melekat dalam dirinya. Dengan asumsi cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Begitulah hidup, apapun yang kita rencanakan tuhanlah sang penentu benar dan salah. Sayangnya sang ayah memilih rencana untuk menyiksa dirinya dan orang yang dia cintai dengan tujuan seolah terlihat mulia padahal bagi Bortuo itu hal terbodoh dalam hidupnya.
Mati? Padahal semua pasti mati, kenapa harus takut hal yang pasti akan terjadi.
Bahagia, belum tentu setiap orang merasakannya. Kenapa hidup yang mudah ini menjadi terlihat begitu rumit. Ah inilah ekspektasi, terkadang manusia sangat ahli dalam memikirkan strategi sampai lupa tujuan hidup yang paling sederhana.
Hidup untuk bahagia.
-
End (?)
Gomen telat, dan yah... itu END.
Arigato gozaimasu atas perhatiannya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspektasi
FanfictionEkspektasi terkadang dekat dengan dunia hayal, dunia dogeng, dunia fantasi yang semuanya tak lebih dari sekedar imaji belaka. Ah Hinata, berharap Naruhina tersemat dalam kisahnya. Namun apa daya, Ekspektasi tak semulus yang ia kira. Lalu akhirnya, b...