-sebelum Boruto pindah- *1
Umur Boruto kini genap lima belas tahun, sejak itu pula dia tidak pernah ingin mengingat wajah Ayahnya. Di lima belas tahun hidupnya, hanya satu yang ingin dia hindari. Hanya satu yang ingin ia temui dan dialah sang ayah. Dia tidak ingin bertemu namun merindu. Dia tidak ingin menyapa namun lidahnya menari-nari seolah ingin mengucapkan nama sang ayah.
Naruto Namikaze, nama itu selalu menjadi mimpi buruknya dimana dia selalu merasa hidupnya tak berguna. Lahir tanpa ada yang menginginkan keberadaannya. Ayahnya tidak mengakuinya, kakeknya bahkan enggan mengijinkannya menginjakkan kaki di kediaman Hyuga. Ah ya, Namikaze pun tak Jauh beda. Kakeknya seorang pengusaha yang namanya tidak boleh tercoreng karena keberadaannya. Boruto, Cucu Haram yang tidak di inginkan siapa pun.
Tapi Boruto sadar, daripada memikirkan penderitaannya. Dia harus melindungi ibunya rapuh. Termakan cinta buta sang ayah hingga rela mengorbankan semuanya hanya demi 'cinta'. Apakah itu bisa disebut cinta, menyakiti ibunya dan juga dirinya. Itukah cinta?
Dengan mudah memberikan sesuatu yang berharga itukah cinta? Benarkah cinta seperti itu yang diharapkan orang-orang? Kenapa orang-orang bersikap seolah hal itu benar, menyakiti diri sendiri demi pembenaran cinta. Menghancurkan masa depan demi sebuah simbol 'cinta suci' sebab tak mengharap balasan. Ah dusta pikir Boruto, sebab meski sang ayah tak mengakuinya. Meski sang ayah meninggalkannya, meski ia pun sangat membenci perlakuan ayahnya. Dia tetaplah manusia, ada satu titik dimana ia ingin dipanggil sang ayah, dibanggakan sang ayah atas pekerjaan kecilnya. Ah sekejam dan sebenci apapun ia kepada sang ayah, dia tetaplah sosok yang ingin sekali Boruto dipeluk olehnya.
Jadi pastilah itulah yang dirasa sang ibu, sebesar apapun keikhlasannya menyerahkan kehormatan pada sang ayah atas hubungan terlarang mereka Boruto sadar bahwa sang ibu mengharapkan keberadaan sang ayah. Sekeras apapun ibunya mengatakan bahwa semua baik-baik saja, Boruto sadar bahwa sang ibu menginginkan sang ayah sebagai sandaran. Menginginkan balasan atas apa yang sudah ibunya berikan. Tidak banyak, cukup berada disisi sang ibu itu sudah cukup menggambarkan bahwa sang ayah memiliki kepedulian pada ibunya.
-
Cinta itu haruslah sesuai porsi, menyukai boleh saja berkorbanpun boleh saja. Tapi lihatlah apa yang kau korbankan, sebab dirimu tak hidup sendiri. Jika kau terluka, orang yang dulu pernah menyukaimu akan ikut bersedih, seperti ibumu, ayahmu dan sanak saudaramu yang lain juga sahabatmu. Selain itu dirimu pun memiliki hak untuk bahagia, fikirkan dirimu dan masa depan. Jangan hanya karena cinta kau lantas rela mengorbankan apa saja.
Masa depanmu kelak berhak menerima dirimu dengan keadaan utuh tanpa 'tidak cacat'. Trims sudah menawarkan hal sangat menggiurkan. Mulai sekarang bijaklah dalam mencinta.
-
Boruto menghela nafas mengetikkan isi pesan tadi. Wajahnya yang tampan benar-benar membuat kaum hawa rela dengan mudah memberikan tubuhnya. Ah dasar wanita, terlalu naif. Terlalu bodoh hingga tidak sadar betapa berharganya diri mereka. Boruto bertekad dalam hati meski dia mendapat perlakuan tidak adil dari sang ayah, tapi dia berjanji akan bersikap baik dengan wanitanya. Di tidak akan bersikap seperti ayahnya yang dengan mudah menghancurkan ibunya.
"Boruto?" Suara dengan tekanan rendah, serak-serak khas orang dewasa membuat langkah Boruto terhenti. Dia mengerutkan kening ketika melihat sosok pria dewasa dihadapannya.
Orang dewasa dengan jas abu-abu. Mengangkat sedikit pandangannya keatas Boruto dikejutkan dengan 'kumis' yang tidak wajar pada wajah pria itu. Lebih keatas dan Pria itu memakai kacamata hitam, Boruto sukses bungkam ketika melihat surai yang dipangkas pendek, rambut berwarna sama dengan dirinya.
'Otou-san..'
Bisiknya pelan. Ah andai Boruto dapan bergerak, dia ingin segera pergi dari hadapan pria yang diyakininya sebagai sang ayah.-
Tbc
Sorry Gengs selain alurnya cepat ini juga alur maju mundur 'cantik'.
Wkwkwkw makasi yah udah baper bersama saya.
SEBENERNYA tujuan saya nulis Fic ini ingin menyempaikan bahwa plis, Jangan 'FreeSex', lo boleh 'Nge-SEX' kalo udah nikah. Kalo belum ya JANGAN! sebagai manusia yang beragama islam, itu jelas Haram. Sebagai penduduk Asia, jelas wanita asia itu kalem ga sebebas anak2 Barat. Itu sih, moga aja nyampe pesannya hehe..
Sankyu guys.
Salam hangat,
Rin
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspektasi
FanfictionEkspektasi terkadang dekat dengan dunia hayal, dunia dogeng, dunia fantasi yang semuanya tak lebih dari sekedar imaji belaka. Ah Hinata, berharap Naruhina tersemat dalam kisahnya. Namun apa daya, Ekspektasi tak semulus yang ia kira. Lalu akhirnya, b...