#5

844 74 1
                                    

*Now
-

"Ibu... tidak. Ibuuuuu" Boruto tidak dapat bergerak meskipun sekuat tenaga ia sudah memberontak. Lelaki dengan kuncir aneh dirambutnya sekuat tenaga menahan Boruto agar tidak mengikuti ruang operasi Hinata.

Sai memasang wajah sendu mendapati Naruto yang kini terduduk lemas bersandar pada tembok. Selepas ia menghantar Hinata kerumah sakit dan langsung ditangani oleh Dokter, Naruto langsung lemas. Untuk mencegah tidakan serta raungan Boruto pun Naruto tak sanggup. Dia belum bisa mengembalikan seluruh kesadarannya saat melihat nyawa Hinata sedang dipertaruhkan didalam sana.

"Naruto" Sasuke dengan nafas terengah menghampiri sahabatnya.

"Aku benar-benar ceroboh" Sasuke menggeleng pelan. Meyakinkan Naruto bahwa semua ini bukanlah kesalahannya.

Lelaki dengan surai kuning itu bangkit kemudian berjalan mendekati Boruto. Bocah yang sangat mirip dengannya. Hampir 85% genetiknya dia turunkan pada remaja itu. Naruto memeluk sang remaja, mencoba menenangkannya. Mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Namun bukan ketenangan yang datang justru amukan Boruto.

"Salahmu! Semua ini salahmu!" Boruto meninju perut ayah biologisnya, melampiaskan seluruh murkanya yang selama ini sudah dia pendam.

Mencerca habis-habisan sang ayah, mengungkapkan betapa iabenci sang ayah atas perbuannya yang tidak bertanggung jawab dan atas penderitaan yang sudab dia berikan pada sang ibu. Boruto marah atas ketidakpedulian sang ay selama ini. Boruto selalu menganggap dirinya adalah beban sang ibu. Dia selalu bertanya kenapa ia dilahirkan tanpa ayah yang bertanggung jawab. Ia murka, kenapa sang ayah harus datang dan menjelaskan penjelasan beberapa hari lalu yang tidak masuk akal bagi Boruto.

"Aku mencintainya, tapi aku tidak bisa hidup bersamanya"

Naruto sangat membenci pengakuan banci sang ayah. Apa bagi sang ayah dia tidak penting? Ibunya tidak penting?

Boruto benci dan malam ini ditengah kekecewaannya pada sang ayah, dia harus menelan pahitnya kehidupan mendapati sang ibu sedang kritis di ruang operasi. Oh tuhan, apa yang menjadi penyebab kesialan ini? Apakah Boruto bukan anak yang baik sehingga dia harus menelan pahitnya kehidupan?

"Maafkan aku... Sungguh aku minta maaf" Naruto terduduk dilantai. Dia menangis karena tau pasti bahwa penderitaan yang dirasakan oleh buah hatinya adalah kisah yang tanpa sengaja bermula dari dirinya. Dari kecerobohannya.

Naruto menangis karena telah melukai dua orang sekaligus. Melukai Orang yang seharusnya sejak dulu ia jaga. Dua orang yang seharusnya tidak perlu menahan luka sedalam ini karena ulahnya. Naruto tertunduk sembari menangis pilu memikirkan dosa-dosanya.

"A-ayah..." Naruto mengangkat wajahnya. Hatinya menghangat mendengar sang buah hati menyebut panggilan yang sejak duli sangat ia rindukan. Dengan pelan dia mengulurkan tangannya kemudian menarik Boruto kepelukannya.

"Maafkan ayah..."

Pemandangan penuh haru biru itu menghipnotis tiga sahabatnya. Masing-masing mereka sangat mengetahui bagaimana kecintaan Naruto terhadap Boruto dan Hinata. Mereka tau bahwa sejak dulu, dahulu sekali Naruto sangat menginginkan Hinata menjadi pendamping hidupnya, menemaninya disisa hidupnya.

Ah siapa yang tau takdir? Disaat mereka sangat yakin Naruto sukses menipu public atas hadirnya Hinata sebagai sosok yang dirindu. Sebab selama ini Naruto selalu memasang topeng hanya agar dia tampak baik-baik saja dan tak pernah memendam derita sedikitpun. Ya, hanya merekalah yang tau dan hanya pada merekalah Naruto menggantungkan keselamatan keluarga kecilnya -yang tertunda-.

"Naruto, Boruto. Kami fikir, inilah saatnya bagi kalian untuk saling terbuka satu sama lain. Karena ada banyak cerita yang belum sempat kau dengar" Ujar Sasuke melirik Naruto dan Boruto.

Naruto menghela nafas, mengangguk mengerti atas permintaan sahabatnya.

"Boruto, ikut ayah ke suatu tempat" Boruto yang semula bingung hanya dapat mengangguk seolah faham akan apa yang akan disampaikan sang ayah. Tapi begitu, Boruto sangat yakin semua yang akan disampaikan sang ayah ada kaitannya dengan alasan kenapa Cinta sang ayah membuatnya tidak dapat bersatu dengan sang ibu.

-
To Be Continue

Maaf typo, dan post cuma sedikit. Entahlah~ rasa-rasanya aku memang selalu posting dengan word yang sedikit. Harap maklum, terimakasih :)

EkspektasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang