"What The Hell"
Cukup 15 menit ke toko bunga Selena dengan jalan kaki dan melewati satu zebracross. Aku membeli milkahake ukuran zumbo, Cody mentraktirku.
Cody adalah cowok baik, bekerja di kantor ayahnya yang seorang direktur utama, aku senang berada di dekatnya, dia humoris, dan konyol, aku tidak tahu apakah aku benar-benar menyukainya. Hanya saja dia baik dan keren di ranjang tapi tidak lebih, aku tidak merasakan sesuatu yang dalam, hanya gairah. Dan aku selalu berusaha menyukainya sebagaimana dia menyukaiku.
Saat ini kami terlihat seperti 2 anak remaja, bukan seseorang yang bekerja di kantor dengan kebebasan memilih dan minum di negara bagian Amerika.
Memakai jeans, sepatu converse, atasan kaos. Rasanya seperti pasangan muda dan masih bermain cinta.
Jack sudah menunggu saat kami tiba di depan toko bunga kecil dengan plang diatasnya bertulisan menarik berbunyi, "Rumah Cantik Selena" terdengar menggelikan, aku pernah menyumbang nama untuk toko bunganya tapi Selena bersikeras menamainya dengan kesan berlebihan itu.
Toko itu seperti supermarket yang penuh kaca, hanya saja lebih kecil dan menyegarkan. Ada Jack yang berdiri diambang pintu dengan bosan. Memakai kaos coklat tua dengan tulisan "Bite Me".
"Akhirnya kau datang juga," ucap Jack hampir kesal saat aku tiba di depan toko, "Kylie sudah berangkat 12 menit yang lalu, dia pasti terlambat masuk kelas." Gerutunya.
Aku melihat bunga pajangan sudah hampir habis, dan sedikit kesal karna Jack tidak menyetok ulang.
"Iya, sori. Kau boleh pergi sekarang." Ucapku sinis.
Jack menenteng tasnya satu tangan, "Kau harus menyetok ulang bunga Tulip, Mawar merah, dan merangkai buket-buket bunga lagi."
Aku memutar bola mata sementara masuk ke toko, "Aku lihat, kau pikir aku bego?"
****
Cody membantuku menyetok bunga, tapi dia punya gen 'merangkai bunga' yang jelek dan merangkai bunga di pajangan utama menjadi awut-awutan. Jadi, kuputuskan dia hanya harus menyemprot bunga-bunga sebanyak satu kali, dengan penuh perhatian dan Cody terpaksa melakukannya karna dia tidak bisa melakukan apapun selain itu.
Kami bercanda beberapa kali, barangkali sering, kadang-kadang dia memelukku dari belakang sambil membisikkan kata-kata sensual sialan, aku mengingatkannya sesering mungkin supaya fokus, karna kalau kami sudah memulai kegiatan ranjang akan sangat sulit menyelesaikannya, jadi dia kembali bekerja dan kembali mengulanginya setelah beberapa menit.
Sudah banyak pelanggan masuk, kebanyakan cewek, dan mereka suka saat melihat Cody, jadi Cody yang melayani para tamu cewek supaya cewek-cewek itu memberitahu teman-temannya yang lain dan akan tertarik ke toko bunga ini, aku menjelaskan pada Cody sampai dia setuju.
Aku memasukan bunga Tulip ke vas bening, sambil mengaguminya bahwa bunga itu harum. Cody sekarang sedang mengelap kaca toko karna tidak ada pelanggan. Kalau saja ayahnya melihat anaknya melakukan tindakan konyol ini pasti dia sangat terhina. Tapi aku menghiraukan itu. Toh, sebelum bertemu denganku dia memang sudah konyol, 'kan?
Tapi seksi. Otakku yang waras menyetujuinya.
"Aku mau milkshake lagi, dong." Ucapku sambil meyusun bunga Mawar merah di atas meja di cat pink cerah dengan cat kayu.
Dia melirikku sebentar, "Itu kan 10 menit dari sini, Em." Rintihnya.
"Kumohon," pintaku, biasanya rayuanku ini langsung membuatnya melakukan apapun untukku. Aku melihatnya dengan tampang andalanku, dia juga melihatku lalu mendekat dengan seringai.
"Baiklah, tapi satu kecupan seksi dulu." Dia menyamai tinggi wajahku.
Errrr... aku sama sekali tidak sedang bergairah, tapi kemudian aku mencium pipinya secepat mungkin membuat dia menahan nafas. "Sudah, bawakan aku milkshake dulu." Aku buru-buru berbalik pada bunga Mawar di meja.
"Baiklah." Dia mencium rambutku sebentar lalu pergi keluar toko.
Menggelengkan kepala sambil menyeringai, ini jelas hubungan cinta yang bodoh. Pikirku diam-diam. Bel pintu berbunyi otomatis ketika pintu terbuka.
Aku melihat yang datang, dia pria, untung saja pria, kalau cewek-cewek mana tahan aku melayaninya.
"Hallo, selamat datang di Rumah Cantik Selena." Ucapku lalu melepaskan sapu tangan plastik di tanganku. "Kau mau beli atau memesan?" Ucapku dengan senyum.
Pria yang tampan, seperti seorang yang sekolah di kemiliteran dengan di balut jas mahal dari.. Milan, mungkin?
Pria itu tersenyum percaya diri, "Eh, hy, boleh aku bertemu dengan Selena?"
Senyumku memudar secepat kilat, mataku memicing. Pria jangkung, bermata hijau, berambut hitam. Dia sangat tampan, dan pikiran pertamaku tentangnya adalah; Ray, pria tampan yang tidak mau tanggung jawab. Pantas saja Selena tergila-gila pada pria ini. Pikirku.
"Mau apa kau ke sini?" Aku melipat tangan di dada dengan wajah yang mirip anggota Cheerleaders di SMU yang siap memaki, membully dan menghajar.
Dia mengernyit, "Err, maaf, aku ingin menemui Selena."
Bah! Apa-apaan ini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Style
RomanceSatu kesalahpahaman, dan Emma tidak tahu bahwa kesalahan 'mengajak-orang-asing-bergulat-hebat-untuk-kesan-pertama' bukan hal baik untuk kelangsungan masa depannya. Bahkan persentase ketidakwarasannya mungkin meninggi. 𝐊. 𝐀 𝐃𝐀𝐂𝐇𝐔𝐍𝐄 𝐒𝐭𝐲𝐥�...