Tarian Senja

49 1 0
                                    

"Seperti senja yang tak dapat kupeluk, seperti jingga yang tak bisa kugenggam. Namun, doa selalu mengiringi tarian indah dirimu."

Hal yang paling membuatku tersenyum adalah saat menikmati senja ditemani bayang-bayang dirimu. Jingga yang menyapa dibalik kegamangannya. Sepoi angin menelisik dedaunan.

Hingar-bingar kesibukan yanh kutinggalkan untuk menyempatkan diri menikmati segelas rindu bersamamu, kini sepertinya hanya akan menjadi harapan saja. Bagaimana tidak, kau bersama senja pergi begitu saja. Meninggalkan candu yang menyiksaku.

Mungkinkah kau dapat kembali lagi, menemaniku menghabiskan sisa rindu semalam. Kubiarkan aromanya menikam hatimu dengan perlahan. Hingga dapat kau rasakan setiap jejak rindu yang kau tinggalkan.

Semenjak kau datang kala itu, mampu merubah segala ruang hatiku. Tapi sayang, kau hanya melintas tanpa berhenti untuk menikmati kopi buatanku. Sesingkat itu, hingga akhirnya kau tinggalkan kerak rindu yang merongrong hatiku. Tepat dijantungku.

Semudah itu kau pergi tanpa alasan, seribu pertanyaan mulai menghuni pikiranku. Dalam dan semakin dalam. Mengenangmu mungkin menjadi kebiasaan baruku disetiap senja datang. Jingga pun menertawakan diriku, yang hadir tanpa dirimu.

Serumit itu urusan tentang perasaan yang tak pernah memberi alasan. Mungkin, Tuhan sedang berbaik hati kepadaku, Ia begitu rindu denganku. Hingga akhirnya senja tak dapat kunikmati lagi keindahannya. Ia menghilang bersama jingga yang mengolok-olok diriku. Kini, aku berteman sepi dan tarian indah sang senja.

Setiap nafas yang kau hirup, setiap cahaya yang kau rasakan, takkan pernah bisa kau nikmati tanpa ketulusan-Nya.

Kulantunkan rapalan doa indah yanh mengalun merdu di nirwana. Menemani setiap jejak dirimu, mengamini setiap mantra doamu, dan melindungi setiap mili langkah kakiku. Bersama doa kutitipkan rindu seribu bahasa.

MENANTI RINDU PURNAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang