Kembali

1.4K 70 4
                                    

"Mas, makan ya..." Selepas magrib isteriku Lona menawariku makan. Aku menggeleng. Dia mengeryitkan alisnya.

"Aku ada janji ketemu sama klien malam ini, sekalian makan malam." Aku berkata dingin dan bersiap pergi. Pekerjaanku sebagai konsultan keuangan memungkinkanku untuk pergi keluar malam hari dengan alasan bertemu klien.

Sebenarnya aku hanya sedang rindu pada Cilla. Kekasih yang terpaksa ditinggalkan dan meninggalkan. Apa aku salah aku tak bisa melupakannya? Bahkan ketika bercinta dengan Lona saja aku terbayang wajahnya. Ah. Terlalu banyak kenangan indah bersama Cilla yang tak mungkin bisa aku lupakan begitu saja.

Kenapa harus ada perjodohan - perjodohan seperti perjodohanku dengan Lona dijaman yang serba modern ini? Hanya untuk mempertahankan kekayaan atau hanya untuk merekatkan kekerabatan?

Aku pergi ke restoran yang terletak ditepi pantai. Restoran favorite aku dan Cilla. Karna disini tempat kami bertemu, dan disini juga tempat aku mengatakan cintaku padanya.

Cilla gadis yang lembut dan selalu mengerti aku. Aku yang temperamen dan mudah sekali marah, takluk dihadapannya. Dialah yang membuat hariku lebih berwarna, merasa dihargai lebih dari yang seharusnya. Merasa dicintai lebih dari yang semestinya. Dia terlalu mencintai kekuranganku, hingga saat aku bentak diapun dia tak pernah membalas hanya menangis. Aku yang kemudian tersadar aku tak pantas membentaknya hanya karna kebawelannya menyuruh aku banyak minum air putih dan mengurangi rokok ketika aku sedang banyak masalah dikantor.

"Cillaa...?" Aku menajamkan mataku melihat sosok Cilla yang duduk membelakangi sambil memandang lepas kepantai. Begitu rindunya, dari belakang saja aku mengenalinya.

Aku menghampirinya dan ada binar kaget dimatanya melihatku.
"Arka?" Cilla berdiri. Kulihat tubuhnya bergetar. Dan entah kekuatan apa yang mendorong kami, hingga kami saling memeluk erat.
"Aku kangen." Aku membisikkan kata rinduku yang dibalas tangisan Cilla.
"Apa kamu juga seperti aku, gak bisa ngelupain apa yang sudah kita lewati bersama?" Aku mendominasi pembicaraan karna dia hanya terus-terusan menangis. Aku menghapus airmatanya. Aku usap tubuhnya yang kelihatan semakin ramping dan mengajaknya duduk kembali.

"Gimana kabar kamu?"

"Enggak baik."

"Udah ada yang dekat sama kamu sekarang?"

"Enggak semudah itu, Arka."

Hari itu awal mula kisah kami yang keliru. Aku mengantarkannya pulang ke Kosnya dan disana aku tak dapat membendung hasrat kami lagi. Tapi aku berniat mempertanggung jawabkan apa yang kami lakukan dengan segera menjadikannya isteri dan memberinya tempat tinggal rahasia dimana aku mudah mendatanginya.

Cilla yatim piatu dan hidup seorang diri meninggalkan neneknya dikampung bersama keluarga yang lain hingga pernikahan kami tak terlalu merepotkan siapapun. Aku hanya perlu datang melamarnya dan mengurus pernikahanku yang dilaksanakan dikampung Cilla tanpa ada seorangpun yang tau aku punya isteri dan menjanjikan mengurus surat nikah segera.

Setelah menikah kami menginap satu hari dikampung yang terasa sangat sepi. Tak ada apa-apa dikampungnya Cilla. Dimalam hari hanya suara jangkrik bersahutan yang terdengar. Diluarpun gelap tak ada lampu dijalanan.

Sebenarnya suasananya tenang menyusup kehati. Udaranya juga segar tanpa banyaknya asap kendaraan. Hanya saja kami harus menahan suara ketika bersentuhan.

"Ahhhhhhh..Mmmmphhh." Aku menutup mulutnya dengan bibirku ketika tanganku mulai meremas payudaranya dan dia mendesah meski tertahan.

"Jangan keras keras sayang disini sepi banget..." Aku berbisik ditelinganya.

Kulihat dia menggigit bibirnya ketika aku mengisap dan menggigitnya pelan puting payudaranya.

"Arkaaa, jangan siksa akuuuu...." Suara desahan Cilla membuat aku tak terlalu lama melakukan rangsangan dan membenamkan milikku ke Vaginanya yan tentu saja masih menyesak. Kulihat dia memejamkan mata sambil menggigit bibirnya. Suasana sepi dimalam itu membuat kami bercinta minus suara desahan yang nyaring karna akupun menekan wajahku dibantal untuk meredam suaraku yang sebenarnya tak bisa ditahan.

"Cillaaaa...."
Aku membisikkan namanya dengan tubuh bergetar. Aku menekan pantatku dibalas Cilla dengan menggoyang dan mengangkat pantatnya hingga milikku terasa tenggelam dan tersedot dalam kenikmatan.

"Akhhhhhh...." Aku mempercepat sodokanku dan kurasakan punggungku ditekan jari-jari mungilnya dengan kuku yang tajam menusuk kulitku.

"Nanti kamu tinggal diapartemen aja ya, aku usahakan akan sering jengukin kamu."

Aku mengecup keningnya. Dan mendekapnya erat-erat dengan nafas yang masih tersengal dan jantung yang masih berdebar-debar.

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
12/01/2016

KeliruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang