Maafkan, Aku makin keliru

1.7K 65 4
                                    

~Cilla~

Aku menopang daguku dimeja kerjaku. Sudah sebulan sejak terakhir dia datang, Arka tak muncul bahkan tak memberi kabar. Nomor handphonenya tak aktif . Apa dia ganti nomor telponnya. Kenapa? Perasaanku tak enak. Aku merindukannya. Sangat. Merindukan senyumnya. Merindukan tubuhnya. Sangat.

Kring.
Telpon diatas mejaku berdering. Tanda cahaya merah yang menyala menunjukkan panggilan itu datang dari ruang kerja bosku.

"Cilla, kesini sebentar."

Tuhkan. Bosku memanggil. Aku beringsut dari tempat dudukku dan melangkah keruangannya.

"Iya, Pak."

Aku mendorong pintu ketika aku mendengar suara yang menyuruhku masuk ketika pintu ruangannya aku ketuk.

"Cilla."
Pak Rayhan memandangku dengan kening berkerut. Aku heran.

"Iya, Pak." Aku balik menatapnya. Pria yang tampan dengan rahang yang kokoh. Terlihat keras tapi memiliki tatapan yang lembut.

"Kenapa sepertinya kau pucat?"
Aku meraba wajahku mendengar kalimatnya.

"Tidak apa - apa Pak, sehabis makan siang tadi saya tak memakai lipstik makanya saya kelihatan pucat." Aku mencoba menghindari tatapannya.

Aku sudah cukup tahu bagaimana perhatian bos ku ini padaku. Aku selalu saja menghindarinya. Aku tak nyaman. Meskipun aku isteri simpanan seseorang bukan berarti aku murahan.

"Ada apa bapak memanggil saya?"

Bukannya menjawab pertanyaanku, Pak Rayhan malah berdiri menghampiriku.

"Kau jangan mencoba menutupinya dari aku, Cilla."

Aku tak mengerti maksudnya.

"Sedari tadi aku lihat di cctv kau gelisah dan melamun, ada apa? Kau bisa ceritakan padaku jika ada masalah."

Dia selalu perhatian padaku. Aku tak mengerti. Padahal aku tak pernah menggodanya. Kenapa dia sepertinya tergoda padaku?

Dia, memang tampan. Pria seusiaku yang mapan. Dia juga sudah beristeri. Kenapa dia harus memperhatikanku?

Aku mundur beberapa langkah ketika dia mendekati dan mendesakku ketembok hingga aku terkurung dalam posisi tangannya yang memegang tembok.

"Kau kesepian?"

Darimana dia tahu kalau aku sedang kesepian?

"Jangan ditanya kenapa aku tau kau sedang kesepian?"

Rupanya dia seperti paranormal bisa membaca hatiku.

"Mungkin kau pikir aku paranormal?"

Betulkan, dia paranormal?

"Aku bukan paranormal, tapi aku bisa melihat dari matamu dan gerak tubuhmu yang gelisah."

"Pak Rayhan." Aku mendorong tubuhnya tapi dia tetap kuat menghimpitku.

"Iya Cilla." Rayhan menyentuh wajahku dan aku menahan nafas. Suaranya terdengar seksi dan menggoda.

Ya Tuhan. Kenapa sentuhan Arka terasa saat dia menyentuh wajahku?

"Kau tau aku sangat menginginkanmu?"

Aku tau dan itu selalu dia tunjukkan. Tapi baru kali ini dia begitu berani.

"Jangan, Pak."

"Tolong panggil aku Rayhan saat kita sedang berdua."
Suara seksinya terdengar lirih dan membuat tubuhku gemetar karna dia mendekatkan bibirnya tepat didaun telingaku.

"Maaf."

"Aku tau kaupun sedang membutuhkan sentuhan."

"Jangan begitu, Pak."

Rayhan meraih kunci pintu yang tergantung ditempatnya dan memutarnya pelan tanda pintu dikunci. Lututku sudah mulai bergetar.

"Sudahlah. Aku tak tahan melihat gerak tubuhmu yang butuh pelukan."

Rayhan menarik dan mendorong tubuhku masuk kedalam kamar pribadinya yang ada diruangan itu. Aku sempat memberontak tapi dia terlalu kuat. Ingin berteriak aku takut. Aku akan malu dan aku yang akan disalahkan. Pasti aku yang akan dikatakan merayu karna aku yang masuk kedalam ruangannya.

"Pak..."

"Rayhan. Aku bilang panggil namaku."
Rayhan bicara dengan rahang mengeras. Aku takut.

Dia mulai mencium bibirku. Menciumi leherku. Akh. Aku mulai terpengaruh gairahnya. Bibirnya lembut melumat bibirku. Dia menekan tengkukku untuk memperdalam ciumannya. Tangannya menarik melepaskan blazerku. Aku sebenarnya berontak. Tapi itu yang menyebabkan dia mendorong tubuhku ketempat tidur yang ada dikamar khususnya itu. Aku berusaha menahan tubuhnya dengan tanganku tapi akhirnya tanganku dicekal dan disatukan diatas kepalaku dengan kedua tangannya sementara tangan sebelahnya lagi mengerayangi tubuhku. Kancing bajuku dibuka satu persatu dan tangannya yang hanya bebas sebelah itu menyusup kedalam bra-ku aku memejamkan mata.

"Nikmati Cilla."

Aku menahan nafas merasakan sentuhannya. Payudaraku dikeluarkan dari tempatnya hingga menyangkut di bra hitamku yang masih bertengger disana karna dia kesulitan membukanya dengan sebelah tangannya. Aku menggeliat hingga punggungku terangkat ketika dia mengisap puting payudaraku, membasahi sekitarnya dengan saliva penuh gairah. Aku terbakar hasrat yang terpendam selama sebulan. Akhirnya aku menyerah ketika cekalan tangannya terlepas aku justru melingkarkan tanganku dilehernya. Dengan bebas dia membuka bra-ku dan melemparkannya kesisi ranjang. Menarik rok diatas selututku hingga tersisa hanya segitiga pengaman. Dia sendiri cepat-cepat membuka seluruh pakaian hingga yang tersisa hanya boxer lalu menindihku. Bibirku terasa bengkak karna ciuman panasnya. Aku mengerang ketika tangannya menyentuh daerah kewanitaanku yang telah lembab.

"Kau sudah basah sayang." Dia menarik kain segitiga terakhirku dan berjongkok dibawah kakiku yang menekuk dan dibukanya lebar-lebar.

"Wow, indah sekali, kau merawatnya hingga bulu tipisnya terasa halus, Cilla." Rayhan menunduk mendekati selangkanganku.

"Akhhhhh, Rayyy...hannn..." kakiku mengejang merasakan jilatannya dibibir vaginaku. Kecupan kecil-kecilnya yang terasa geli bercampur nikmat menghilangkan akal sehatku. Tanganku meremas rambut dan menekan kepalanya. Ketika dia menyodokkan lidahnya diliang kewanitaanku.

"Akhhhh...Rayyy..." Aku menggila dibuatnya. Aku hampir mencapai orgasmeku tapi dia menghentikannya.

"Sabar sayang. Sebut namaku terus Cilla."

Rayhan membuka penutup terakhirnya yang tadi menutupi penisnya yang terlihat mengacung sekarang.

"Rayyy...hannn...." Aku meremas kepalanya yang sekarang berada didadaku. Isapannya diputing payudaraku lagi - lagi membuat punggungku melengkung.

"Kau sudah tak sabar untuk dimasuki sayang...?"

Aku hanya memandangnya dengan mata sayu. Dia melebarkan pahaku dan mulai mengarahkan ujung tombaknya yang panjang itu ke liang vaginaku.

Blesssssss.

"Akhhhh......."
Aku memiringkan kepalaku ketika ujung penisnya perlahan memasuki milikku. Oh Tuhan. Aku bagaikan tersiram hujan sehari setelah panas setahun.

"Cillaaaa...akhhhhhhh..."

Tubuh Rayhan bergerak diatas tubuhku dengan ganas. Suara erangannya bersahutan dengan desahanku. Sepertinya ruangannya ini kedap suara hingga dia tak peduli erangannya begitu liar terdengar ditelingaku.

"Ahhhhh, terus Rayhan...."
Aku menggoyang pinggulku seirama gerakannya yang mendorong maju dan mundur dengan hentakan yang kuat sampai akhirnya aku merasakan titik puncakku segera tiba.

"Aa..ku...akuu hampir sampaiii....akhhhhh...."

"Tunggu aku sebentar lagi jugaa Cillaa...."

"Akhhhhhhh......."

Akhirnya kami orgasme bersamaan dan berteriak tak tahan. Rayhan menutup mulutku dengan kecupannya yang hangat.

Arka, maafkan aku, aku makin keliru.

%%%%%%%%%%%%%%%%
Publish 24-1-16

KeliruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang