Rindu Padanya

952 42 2
                                    

Kurasakan ibu jarinya menyentuh bibirku. Aku tak bisa memejamkan mataku karna aku ingin menatap matanya.

"Aku rinduuuu..."

Ungkapan rasa rindunya terdengar halus ditelingaku. Aku tak dapat bersuara karna merasakan tekanan didadaku yang sesak karna lebih dari rindu.

"Jangan pergi lagi ... " hanya itu yang bisa kukatakan sebelum bibir kami bertaut. Saling menghisap, saling melumat dan menekan tengkuk masing-masing agar ciuman kami semakin dalam.

Kurasakan ciumannya disekitar cuping telingaku, hembusan nafasnya menyapu leherku. Kurasa gigitan kecil menandai leher dan lidah basahnya merayap ke payudaraku yang terasa mengeras dalam genggamannya. Jilatannya pada putingku membuat tubuhku menggeliat.

"Akhhhhh ... " kuremas rambutnya dan kugigit bibirku merasakan getar dalam tubuhku yang meraja. Kecupannya yang menjalar keperut merembet sampai ke daerah sensitif dan ia menggigit kecil klit-ku.

"Ahhhhh, emhhhhh, shhhhh .... " tubuhku gemetar menahan rasa nikmat yang menguliti tubuh akibat disentuh lidahnya yang menyodok liang kewanitaanku. Aku meremas sprei dan pinggulku bergerak tak tentu karnanya.

"Arkaaaaaa...."

Ringgggggggggg............
Bunyi Alarm dihandphone mengejutkanku yang langsung terlonjak bangun.
O my god, aku mimpi. Apakah karna terlalu rindu? Atau akibat dari sering mendengarkan desahan pengantin baru disebelahku ini hingga aku bermimpi mesum begini? Kurasakan kewanitaanku basah. Mimpinya seperti nyata. Dan aku memimpikan Arka.

Aku cepat-cepat bangun dari tidurku dan memasuki kamar mandi lalu membasahi tubuhku sebelum menyiram kepalaku agar dingin dan menghentikan gairahku.

Seperti biasa pagi-pagi sekali aku sudah siap berangkat kekantor dengan naik angkutan umum yang melewati kantor. Tiba didepan kantor aku merapikan blazer yang kupakai dan segera memasuki gedung berlantai 7 itu.

Sepertinya aku kepagian pagi ini karna kantor masih sangat sepi. Tapi bukankah tiap hari memang begini?

"Cilaa..."

"Eh, selamat pagi Tito, tumben pagi-pagi banget udah nyampe?"

"Pingin ketemu kamu saat kantor sepi," sahut Tito membuat aku tertawa. Tito memang dari awal sudah terlihat punya perhatian khusus. Tapi aku selalu berusaha menjaga jarak. Dia tak tahu aku ini wanita seperti apa? Aku janda siri. Istri tidak resmi yang tidak dipedulikan suaminya lagi. Disini memang statusku single karna memang statusku dan Arka tak resmi dipengadilan agama.

"Siang ini mau makan siang denganku, Cila?"

"Emh maaf Tito, siang ini aku ada janji dengan klien, tugas dari bu Dini ke perusahaan Sinatra," ucapku dengan nada menyesal. Untunglah ada alasan, jadi aku tak perlu susah-susah menghindar.

"Yahh, gagal lagi ngajak kamu makan, apa kita bisa dinner?"

"Emh, bukan nolak. Tapi kalau sampai dirumah aku suka langsung ketiduran karna capek, Tito!" Ucapku lagi menolaknya secara halus.

"Ok, baiklah besok makan siang mungkin?"

"Bisa kalau nggak ada tugas!"

"Sipp deh!"

Aku menghela nafasku ketika memasuki ruangan dan berpisah dengan Tito. Lega. Akhirnya besok tinggal cari-cari alasan lagi. Aku tak ingin didekati siapa-siapa saat ini. Aku hanya ingin sendiri dulu. Dan aku harus mengakui cintaku pada Arka masih sangat begitu besar. Aku sangat mencintainya hingga aku sangat merindukannya.

Belum ada yang bisa mengganti Arka dalam hatiku. Aku tak ingin menggantinya. Belum ada niat. Karna aku masih merindukan Arka-ku yanf kini entah bagaimana keadaannya?

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

10/07/16



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KeliruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang