Tiga

98.4K 9.3K 168
                                    

Neelofa si Dedek Emesh Rania Kusuma Negara, adek semata wayangnya Bang Jendra.

Duh, masih bingung nih. Siapa yang cocoknya jd cast babang Jendra. Kasih bisikan dong. Kali aja kalian ada ide.

Ulala colek nih, penggemarnya babang Jendra.

Monggo dibaca. 😄😄

◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎

Sudah dua bulan Eliya bekerja di kantor yang direkomendasikan oleh Rania. Ia tak menyangka bahwa semua orang begitu baik padanya, tak ada yang mengolok-olok dirinya mengenai status yang mengikutserta di belakangnya.

Selama itu pula, Eliya selalu menyiapkan kopi 'ribet' versi Manda, untuk diseruput oleh si Bos Besar. Tak hanya pagi hari, siang dan sore pun, si bos minta dibuatkan kopi hitam.

Tentu saja Eliya dengan senang hati membuatkannya, karena ia sendiri juga penikmat kopi 'ribet'.

"Nih, mbak Manda, kopinya." Eliya mengangsurkan segelas kopi ke arah sekertarus bos besar.

"Tengkyu ya, Mbak El. Pak bos beneran suka sama kopi buatanmu, Mbak." Manda memberikan senyum lebarnya, seraya mengambil secangkir kopi.

Bagi Manda, kehadiran Eliya begitu membantu pekerjaannya. Jika biasanya ia sendiri yang membuatkan kopi 'ribet' itu, maka sekarang ada sang ahlinya. Bahkan pak Bos lebih menyukai kopi buatan Eliya.

Dirinya tak setelaten Eliya dalam meracik kopi hitam, perlu proses yang panjang hanya demi secangkir kopi hitam. Manda juga tak begitu suka minuman mengandung kafein tersebut. Sungguh itu semua mempermudah kerjaan Manda.

Sore itu Eliya yang hendak keluar untuk membelikan beberapa pesanan para karyawan yang menitip padanya, di kagetkan dengan kemunculan Rania di luar lobi kantornya.

"Mbak El," sapa Rania yang kemudian menyalami tangan Eliya dengan santun.

"Kok di sini? Gak kerja kamu?"

Rania menyunggingkan senyum semringahnya. "Aku libur, Mbak. Oh ... iya, mbak mau ke mana?"

Merasa ditanya, Eliya menepuk keningnya. Lupa. "Ah, iya. Mbak lupa, Ran. Mbak mau ke gedung sebelah, mau beliin pesanan para karyawan."

"Aku tunggu di sini aja ya, Mbak. Habis gitu, aku mau ngajak mbak El ke Panti."

"Panti!" seru Eliya dengan nada terkejut tanpa bisa ditutupi.

Eliya tahu akan ke mana dia. Hanya saja ia masih belum siap bertemu dengan anak semata wayangnya.

Ia masih belum sanggup jika nanti mendapat penolakkan dari Rayya.

"Tapi ..."

"Gak ada tapi-tapian, Mbak. Ini waktunya Rayya ketemu sama Bundanya."

Bundanya.

Ada perasaan hangat dan bahagia secara bersamaan. Ia akan dipanggil Bunda. Oleh putrinya, Rayya.

"Mbak ...."

Seruan Rania berhasil menyadarkan lamunan Eliya, seraya melemparkan senyuman lebar, wanita berhijab warna biru elektrik itu keluar dari lobi menuju gedung sebelah.

Hampir tiga puluh lima menit Rania menunggu di lobi. Diedarkannya pandangan ke seluruh lobi kantor ini.

Lobinya saja seluas ini, apalagi kantornya Bang Jendra.

Ia tak menyangka bahwa abang satu-satunya itu bisa mengembangkan bisnis papinya hingga seluas ini.

Dulu, yang ia tahu perusahaan papanya hanya mencakup skala nasional saja. Apalagi produk yang dihasilkan dari usaha tekstilnya, belum semumpuni sekarang.

Mantan Suami - Tamat  (HAPUS SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang