Sembilan

76.4K 8K 84
                                    

Typo bertebaran yes! Harap maklum, ini noedit. Mohon koreksi juga saran dan kritik diterima. Maaf yang belom sempet kubales komennya. Lagi sibuk cyn. Sebisa mungkin saya apdet. 😊😊 monggo dibaca.

★★★★★✩✩✩★★★★★

Monik memandang rumah bergaya kolonial di depannya. Beberapa tanaman dalam pot, tumbuh subur menghiasi taman depan, ditambah dengan adanya pohon rindang menambah kesejukan susaba rumah tersebut.

Beberapa hari yang lalu, lebih tepatnya setelah Rajendra mengunjungi panti asuhan ini bersama Sarma. Anak lanang-nya itu bercerita dengan keantusiasan yang tak biasa, tentang bocah perempuan yang bernama Rayya.

Gadis cilik itu sukses mencuri perhatian Rajendra. Kini Monik yang dibuat penasaran. Seperti apa rupa Rayya hingga menjerumuskan Rajendra dengan gampangnya.

Ia tahu betul sifat putranya yang tak mudah dekat dengan orang asing. Butuh beberapa waktu agar Rajendra dekat. Sarma saja butuh waktu sekitar dua tahun lebih hanya untuk bisa mengajak Rajendra pergi bersama. Itu juga tidak langsung di iyakan.

Jangankan menerima ajakan, Rajendra akan lebih memilih bersikap dingin, dan tak tersentuh. Ada tembok tak kasat mata membentengi dirinya. Dan Monik tahu sebabnya.

Dan kemarin keantusiasan Rajendra dalam menceritakan sosok Rayya, bagaimana ia menghabiskan sisa harinya dengan bermain dan bersenda gurau dengan Rayya. Monik begitu terenyuh melihat reaksi Rajendra.

Sudah lama ia tak melihat senyum mengembang tersungging di wajah tampan putranya. Menampilakn lesung pipi di wajah Jendra. Dan kini, ia merasa begitu dibuat penasaran dengan sosok cilik yang mengubah Rajendra

Kedatangan Monik disambut oleh Ibu Tyas dan beberapa anak-anak panti yang begitu antusias.

Bahkan mereka berebut mencium punggung tangan Monik. Membuat wanita paruh baya tersebut, sedikit merasakan perasaan terharu.

Melihat usia anak-anak tersebut, pasti sekitar tujuh atau delapan tahun. Bahkan mungkin bisa saja lebih dari itu.

Jika melihat anak-anak seriang itu, Monik juga berharap adanya cucu yang hadir di tengah-tengah keluarga mereka.

Sayangnya itu tak mungkin terjadi.

Keluarganya hancur, karena perempuan itu.

"Bu Monik. Terima kasih atas donasinya. Anak-anak begitu bahagia mendapatkan hadiah dari beliau," ucap Bu Tyas memancarkan kebahagian tersendiri.

Monik sendiri celingukkan mencari sosok Rayya.

"Ehm ... maaf, bu Tyas. Boleh 'kan kalo saya liat anak yang bernama Rayya." Monik to the point.

Bu Tyas mengerutkan dahinya. Ia sendiri baru melihat kedatangan wanita paruh baya tersebut.

"Oh, kemarin anak saya Rajenda, kemari sama Sarma. Ia cerita kalo ia begitu menyukai sosok gadis bernama Rayya. Dan saya begitu penasaran. Saya ibu Rajendra, Monik." Sela Monik begitu tahu raut kebingungan bu Tyas.

"Oh. Iya, kemarin Rajendra dan Sarma kemari. Dia keliatan begitu bahagia bermain dengan anak-anak panti, apalagi dengan Rayya."

"Boleh, saya melihatnya?" Pintah Monik yang kemudian di angguki oleh Bu Tyas. Menuntunnya lebih ke dalam rumah, lebih tepatnya ke taman belakang rumah yang lebih menyerupai lapangan sepak bola ukuran mini.

Bu Tyas berdiri tepat di samping Monik dan menunjuk pada satu titik dibawah pohon rindang, ada dua orang anak perempuan tengah bermain congklak.

"Yang memakai bandana hijau. Dia yang bernama Rayya."

Mantan Suami - Tamat  (HAPUS SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang