Sebelas

80.8K 7.7K 168
                                    

Rajendra mengambil pigura berukuran 4R yang berada di atas meja kerjanya.

Di dalam sana ada foto dirinya dan Rayya tengah mencium pipinya, dengan kertas bertuliskan "A Daddy first love".

Kali ini ia tak bisa menutupi raut kebahagiaannya. Sedari kemarin ia selalu menampilkan senyum yang tak biasa. Membuat sebagian orang yang berpapasan denganya menjadi terheran.

Pasalnya selama ini Rajendra adalah tipe pria pendiam dan irit bicara. Sekalinya berbicara hanya mengeluarkan perintah. Bahkan rapat pun, Rajendra cenderung memilih duduk di pojokan dan mendengarkannya tanpa menyela. Jangan lupakan ia juga pria dengan irit senyuman.

Bahkan hampir tak pernah sama sekali. Sekalinya senyum, berupa seringaian dan senyum mengejek.

That is Rajendra.

Tapi hari ini, akan dicatat oleh para karyawannya sebagai kejadian luar biasa.

Entah apa yang terjadi dengan bos besarnya itu. Yang pasti, suasana kantor sedikit rileks.

Di dalam pantry, Eliya sedang menjerang air di dalam panci. Menunggunya dengan sabar.

Tepukkan ringan mendarat di bahu kirinya, dan mendapati Manda tengah menampilkan senyum tak biasa.

"Mbak El," panggil Manda dengan nada halus cenderung manja.

"Iya, Mbak Manda."

"Boleh minta tolong beliin makanan di gedung sebelah gak? Lagi pengen banget nih, ayam rica-rica level enam. Trus mampir ke Starbucks beliin kopi biasanya, ya, Mbak El." Pinta Manda seraya menyodorkan selembar uang seratus ribu.

"Ok! Sebentar ya, Mbak Man. Aku Mau buatin kopi buat pak bos dulu. Inikan udah jadwalnya ngirim kopi ribet."

Setelah menyerahkan secangkir kopi ribet versi Manda. Eliya meluncur ke gedung sebelah, yang kebetulan adalah sebuah Mall.

Eliya sudah mendapatkan ayam rica-rica sesuau pesanan Manda, kini ia mampir ke gerai kopi Starbucks untuk memesan segelas kopi Machiato.

Kedai kopi di siang hari sedikit padat. Ada beberapa karyawan kantor yang makan siang ataupun sekedar nongkrong seraya melepas penat dari rutinitas bekerja.

Eliya mengintip ke dalan kantong plastik yang dibawanya. Menghitung titipan yang sudah dipesan oleh karyawan kantornya.

Eliya yang berjalan tanpa melihat kedepan, tubuh munggilnya menabrak seseorang. Membuatnya oleng dan jatuh terduduk. Sehingga menumpahkan kopi panas langsung mengenai tangannya juga baju orang yang Eliya tabrak.

Pekikan Eliya membuat seluruh pengunjung di dalam gerai terdiam. Berpasang-pasang mata sedang menyorot langsung ke arah tragedi tabrakan Eliya, dengan seseorang bersepatu pantofel mengkilat.

Eliya yang masih membersihkan sisa kopi panas tersebut, tak menyadari satu hal. Jika pemilik sepatu mengkilat itu sedang menatapnya lekat.

"Maaf, saya gak sengaja, Pak ...." Tenggorokkan Eliya mendadak kering, bahkan untuk menelan ludahnya sendiri seperti menelan ribuan duri. Menyakitkan.

"Rajendra," lirih Eliya yang masih setia menatap wajah mengeras lelaki berjas biru dongker di depannya ini.

Rajendra sendiri juga merasa syok dengan apa yang barusan terjadi pada dirinya. Ia tak menyangka bahwa ia bisa bertemu Eliya di gerai ini.

Ia sebenarnya malas untuk keluar kantor, Kalau saja Sarma tak memaksanya untuk ikut makan siang.

"Mas. Mas Jendra gak apa-apa, 'kan?" Suara lembut di sebalah Rajendra berhasil memutus pandangannya pada sosok mungil di depannya.

Mantan Suami - Tamat  (HAPUS SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang