dua belas

11 2 0
                                    

Ternyata perempuan itu adalah ibunya, pantas dia menyebutnya orang special. Kenapa dari awal dia tidak memberitahuku, kenapa dia membuatku salah paham dengan katanya-katanya, kenapa dia membuatku berfikir dia player, kenapa dan kenapa??

Atau akukah yang terlalu cepat mengambil kesimpulan sehingga membuat pikiran-pikaran negative. Betapa bodohnya aku nangis-nangis kalau akhirnya ini hanya sebuah kesalah pahaman, kesalah pahaman yang aku ciptakan sendiri.

Tapi betapa hati ini kini menjadi lega. Betapa bibir ini ingin tersenyum selalu, betapa mata ini memncarkan pancaran bahagia. Berarti aku yang salah bukan takdir atau dia yang ingin mempermainkanku tapi akulah yang sedang mempermainkan diriku sendiri.

Halo tante kataku. Namaku ranesta tante. Tante boleh panggil aku ranesta satia putri,biasa dipangil Ranesta atau apapun terserah tante. Sambil mengulurkan tanganku.

Iya tante tau ranesta, nama tante erlin adia pratama. Anggar banyak cerita tentang kamu. Padahal tante sudah sering menyuruhnya untuk mengajakmu kesini tapi dia selalu banyak alasan. Sambil menyambut uluran tanganku.

Masa sih tan, ngomongin yang baik apa yang jelek nih tan. Kataku.

Ngomongin yang baik kok, katanya kamu selalu ramah sama semua orang, tapi selalu mengabaiknnya. Kata tante.

Masa sih tan, nggak kebalik. Aku yang selalu diabaikannya padahal dia selalu ramah dengan semua orang, kataku.

Ah mamah bikin malu aja, bongkar kartu. Udah deh mah omongin yang lain aja, kata anggar sambil merengek seperti anak kecil.

Kalau gitu apakah mamah boleh bertanya ranesta? Kata tante.

Tentu boleh, ada apa tante arlin, ucapku.

Apakah kalian sedang dalam tahap pacaran atau masih berteman. Karena tante ingin melihat kalian bersama-sama dipelaminan nanti. Tante melirik kami berdua.

Aduh mamah nanya frontal banget, baru diajak main kerunah sekali udah mau dilamar aja anak orang. Aku kan masih sekolah mah masih banyak yang harus dikejar. Kata anggar.

Aku hanya mengangguk-angukan perkataan anggar saja padahal dalam hati, senang mendengar niat baik calon mamah mertua. Hehehe

Tapi raka, akan lebih baik kalau kalian saling mengikat. Mungkit sehabis lulus sma kalian bisa langsung bertunangan. Kata tante erlin sambil mengerlingkan matanya kepadaku.

Mah raka aja belom nembak ranesta, masa udah mau tunangan aja. Kata anggar.

Baiklah kenapa tak kau tembak ranesta sekarang, mumpung ada mamah. Biar kalau ranesta menolak, mamah akan membantu kamu dengan memberitahu kelebihan-kelebihan kamu dan betapa kamu mencintainya. Bahkan kamu sampai melukisnya dan memandangnya setiap pulang sekolah.

Mukaku merah mendengar pengakuan tante erlin yang begitu ceplas ceplos. Apakah anggar daridulu memang menyukaiku sama seperti diriku yang menyukainya dari dulu. Apakah cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Betapa bahagiannya aku jika itu benar.

Lonely Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang