Bonus - 9

30K 2.4K 232
                                    

Hai Im back.. Oke krn webmirror udah lenyap maka cerita ini dan JR-2 nggak aku private. Sementara 6 cerita yg lain tetep aku private. Tadinya mau aku delete tapi masih dlm pertimbangan.

Oke mengenai si berang2 dgn segala kejelekannya thdp pasangan jgn salahkan mereka. Semua krn populasi berang2 yg berkurang. Tapi mereka juga berguna ko. Mereka bisa membuat bendungan dr kayu disungai lohh ternyata. Oke kita tinggalkan si berang2 dan mari beralih ke dua manusia lebay.

Part ini masih menye2 yah.. wkkwwk

Sorry for typo.

Sorry for typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Rezky (˘⌣˘)ε˘')

Emosi manusia itu tidak selalu harus dibuktikan dengan kemurkaan. Kekecewaan dan penyesalan itu terkadang menjadi sebab rasa marah hilang dan tergantikan dengan pengalihan rasa yang lain. Semua hanya untuk menutupi keadaan yang sebenarnya. Apa bedanya marah dan tertawa jika rasa yang timbul membuat pilu di dada?

Sesuatu yang harus aku teliti dalam menyikapi sifat Muna selama aku mengenalnya. Sejak aku tahu trauma ala berang-berang yang menimpanya hatiku semakin yakin bahwa aku mau Muna bahagia sesungguhnya.

Aku mau ia tertawa benar-benar karena ia bahagia, bukan tawa semu yang selama ini menjadi bentuk pertahanan dirinya di tengah rasa kecewa yang mendarah daging.

"Dulu papa itu suka sekali bertindak kasar sama mama. Aku selalu tahu mama menangis di malam hari. Papa bertingkah baik di depan seluruh kelurarga. Hingga suatu malam papa pulang dalam keadaan mabuk. Papa menyiksa mama dan aku berusaha membela mama, tapi yang ada aku diseret ke kamar mandi sama papa. Kepalaku dimasukan ke dalam air kolam. Aku hampir pingsan terus papa sempat membuka celanaku. Sampai akhirnya mama datang terus mukul kepala papa. Mungkin papa tidak sadar saat itu aku adalah anak kandungnya. Semua karena alkohol. Pokoknya seperti itu deh Rez, nanti lebih jelas kronologinya aku kirim via email aja yah. Aku lagi malas melanjutkan."

Bayangkan perasaanku saat mendengar Muna menceritakan kejadian itu? Sungguh hatiku meringis mendengarnya. Meskipun ia bercerita tanpa linangan air mata. Aku rasa tangis sudah tidak dibutuhkan lagi baginya.

Papa bagiku adalah sosok panutan yang akan selalu kuhormati. Terlebih saat aku melihat betapa papa sangat sayang dan menjaga dengan sangat hati-hati bagi kedua kakak perempuanku. Sungguh pahlawan seorang anak perempuan yang tak akan tergantikan itu adalah sosok ayah kandungnya. Tapi Muna?

Aku rasanya malas mengingat atau menduga-duga seperti apa kejadian yang menimpa Muna. Semua terasa asing bagiku.

"Boss..." aku menoleh ke arah anak buahku di RezkyBar. Waktu sudah menunjukan pukul empat dan aku memang memesan kepadanya untuk menggantikanku di area bar. Sore ini aku memang berniat menjemput Muna dari kampusnya. Aku pernah mengantarnya dan kali ini aku sengaja ingin memberikannya kejutan.

Bonus Palsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang