apa benar aku akan tetap berdiam diri saja?
apa aku yakin ayah akan mammpu mendapatkan pekerjaan tetap?
pekerjaan yang seperti apa?
ayah tak memiliki sertifikasi dari bidang manapun. ia juga bukan bergelar sarjana apalagi profesor. perusahaan mana yang mau memberikannya pekerjaan?
jika ia tak juga kunjung mendapatkan pekerjaan itu, apakah aku masih akan tetap memegang amanah dari ibu sesaat sebelum ia meninggal?---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
hari itu dini hari tepat pada pukul 2.
seorang wanita tergeletak di kasurnya. berbagai macam selang tertempel di beberapa bagian tubuhnya. alat pendeteksi detak jantungnya bergerak cukup lambat.
napas perempuan itu tersengal-sengal.
dia ibuku.
wanita yang telah melahirkanku.
aku ingat betul saat itu masih berusia lima tahun. waktu itu keadaan kami tak semiskin yang sekarang."sayang... Yuri sayang...", katanya terbata-bata.
"iy..iya, ibu?", tanyaku mendekatkan wajahku ke arahnya.
tangannya meraih wajahku dengan lemah.
aku tahu ia tak kuat mengangkat tangannya namun ia tetap berusaha. kudekatkan lagi wajahku hingga tangannya benar-benar bisa menggapai wajahku."mana ayahmu?", tanyanya.
"sedang membeli kare. sebentar lagi ayah akan segera datang", jawabku.
"hehe... kare ya? makanan.. favoritmu", katanya tersenyum.
aku juga ikut tersenyum. wajah ibu semakin hari semakin pucat. kutahan air mata ini.
tak lama kemudian ayah datang.
"kare-nya datang..!"
"yeiiiy.. kare!!!", aku melompat ke arah ayah dan mengambil isi bungkusan yang dibawa ayah.
sementara aku sibuk dengan kare favoritku, ayah menghampiri ibu.ditatapnya ibu dengan tersenyum lembut seakan tanpa beban pikiran yang melandanya karena penyakit ibu yang berhasil merenggut tubuhnya.
"bagaimana keadaanmu?", tanya ayah.
"baik. selama ada kau dan Yuri di sampingku, tak ada yang lebih baik dari ini"
"syukurlah"
sebelum ayah pergi mendekatiku, ibu meraih tangan ayah.
"ada yang ingin kubicarakan"
"bicaralah"
"berjanjilah kau akan membesarkan Yuri dengan penuh cinta"
ayah terkejut, "apa-apaan ini? kita akan membesarkan Yuri bersama-sama"
"aku... sebentar lagi waktuku..."
"berhentilah mengatakan itu!", teriakan ayah berhasil merebut perhatianku.
aku berlari menghampiri ayah saat itu.
"ayah jangan marah-marah. nanti ibu sakit lagi...", kataku.
ayah menatapku. dibelainya rambutku dengan lembut.
"kau akan sembuh, sayang. tak ada yang bisa membesarkan Yuri sebaikmu", kata ayah sembari menggenggam tangan ibu.
"tak bisa... ini benar-benar sudah waktunya", kata ibuku tersenyum.
air mata ayah tak terbendung lagi. ia melepaskan genggaman tangannya dan menepuk dahinya yang lebar.
aku terus melihat wajah sedih ayah.
kutarik-tarik kemeja putih ayah."ayah kenapa menangis? nanti aku dan ibu juga akan ikut menangis looh..."
ayah langsung mendekapku erat.
tangisannya semakin membahana di ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Binbo Angel
FanficChinen Yuri adalah seorang anak laki-laki yang miskin dan Okamoto Keito mengetahui rahasianya! *** fanfic ini pernah kutulis di akun LiveJournal milikku (erlysora.livejournal). masih on-going sih :"D mungkin suatu hari aku akan melanjutkannya? hihi...