AUTUMN [ 5 ]

34 5 0
                                    

Mafin melangkah mendekati Aura yang kini tengah duduk di kursi kelasnya. Hari ini Luna tak masuk sekolah karena sakit. Aura berencana menjenguknya siang nanti.

"Ra, Luna sakit apa?" Tanya mafin.
Aura terheran mendengar pertanyaan Mafin. Sejak kapan Mafin peduli dengan Luna? Maksudnya, peduli sampai sejauh ini?

"Emangnya kenapa? Kamu udah belajar peduli buat dia? Gampang kan ngejauh dari aku?"

"Ra, kamu kenapa sih? Kamu yang minta aku untuk ngejauh. Kenapa sekarang kamu jadi jutek gitu? Aku kan udah mulai belajar ngelupain kamu," ucap Mafin.

"Dan segampang itu pula kamu mengiyakan permintaan aku? Kamu gak buktiin ucapan kamu kalau kamu mau berjuang?" Aura memandang kecewa Mafin.

"Ra, kamu kenapa jadi berubah pikiran kayak gini? Kamu bikin aku bingung. Sekarang ketika aku mulai ngelupain perasaan aku ke kamu, kamu dateng lagi bawa harapan," balas Mafin yang membuat Aura memalingkan pandangannya.

"Cukup, Ra. Aku gak suka dipermainkan kayak gini! Padahal aku udah ngelakuin semua demi kamu. Bikin Luna bahagia kan? Makanya, Ra, lain kali jangan bikin diri kamu sendiri terluka," lanjut Mafin.

Mafin meninggalkan Aura yang terdiam dengan seribu hal dibenaknya. Apa yang ia lakukan? Sudah bagus Mafin mau belajar mencintai Luna, tapi justru setan dalam dirinya menghancurkan segalanya dengan emosi sesaatnya.

✩✩✩

"Cewek emang bikin bingung, Fin," ucap Vena yang kini berada di hadapan Mafin.

"Kan kamu juga cewek, Ven," balas Mafin.

"Lagipula kalau kamu milih salah satu diantara mereka, pasti yang satunya lagi akan terluka. Udahlah relain aja dua duanya," ucap Vena.

Vena dan Mafin adalah chairmate sewaktu SMP. Sudah sering Mafin membagi masalahnya pada sahabat baik Luna itu. Vena juga adalah gadis penuh teka teki. Berbagai aura menghinggapi gadis berbehel itu, antara aura kebenaran ataupun, kebohongan...

Vena meletakkan tangannya diatas tangan Mafin. Vena tersenyum dan mengelus pelan tangan dingin lelaki itu. Mafin memandang wajah Vena kebingungan.

"Kalo ada apa apa, cerita aja sama aku. Aku pasti bakalan selalu ada buat kamu," ucap Vena

✩✩✩

Aura memencet bel pagar rumah mewah itu dengan hati hati, takut karena tangannya bel itu justru akan rusak. Lebay sekali Aura, ckck.

Satpam pun membuka gerbang itu sedikit dan heran melihat siapa yang datang.

"Loh, non Aura. Tumben main kesini. Mau ketemu Non Luna, ya?"

Pak satpam pun mempsrsilahkan Aura masuk. Aura tersenyum kepada pak satpam dan mengangguk.

"Iya, Pak."
"Masuk aja, Non. Kayaknya sih Non Luna masih di kamarnya deh," ucap Pak satpam.

Aura melangkah menuju pintu utama yang lumayan jaraknya dari tempatnya sekarang berdiri. Setelah sampai, Aura memencet bel lalu keluarlah wanita yang berusia sekitar 40 tahunan namun masih terlihat muda di usianya, Mamanya Luna.

"Ehm, permisi tante," Aura membungkukkan badannya sopan.
Mamanya Luna memberikan pandangan bingung. Siapa gadis ini?

"Cari siapa?" Tanya Mamanya Luna dengan nada angkuh.

AUTUMNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang