AUTUMN [ 9 ]

23 0 0
                                    

Yang diatas itu Mafin ya wkwk
Memutuskan suho untuk jadi mafin, tapi kalo gak sesuai yaaa hak kalian mau bayangin siapa ;)

©©©

Keduanya hening dalam beberapa saat. Hanya terdengar detik jarum jam yang terus berputar mengikuti porosnya. Aura bangkit dari duduknya dan meninggalkan Ayahnya dengan wajah yang sulit diartikan.

©©©

Aura duduk di pinggiran kasurnya dengan wajah lesu dan sedih. Semua emosinya membaur menjadi satu dalam ucapan tadi yang ia lontarkan pada ayahnya.

"Hah... Semua hal datang dengan begitu cepat. Permasalahan kini seakan mengelilingiku," ucap Aura lirih.

Aura membuka tasnya dan mengambil bola kristal pemberian Alpha tempo hari. Bola kristal ini selalu Aura bawa ke sekolah. Terkadang, walaupun ada Luna, Aura tetap merasa kesepian. Bola kristal inilah yang menemani perjalanan kehidupan sunyinya.

Terdengar suara mesin motor yang berasal dari teras rumahnya. Siapa itu?
Aura berdiri dan berjalan keluar kamar. Tepat di depan pintu kamar, ia melihat ayahnya terlihat berbicara dengan seseorang di balik pintu. Siapa orang itu? Rasa penasarannya menuntun langkah kakinya menuju jendela depan rumah. Ia mengintip dari balik gorden untuk mengetahui siapa yang datang.

Matanya terbelalak kaget mengetahui siapa yang datang. Seketika pikirannya menuntunnya untuk berlari ke kamar meninggalkan sosok yang belakangan ini kembali mendekatinya. Namun, sebelum niat itu terlaksanakan, Ayahnya keburu memanggilnya dan mau tak mau ia pun menghampiri Ayahnya.

©©©

"Aku ganggu kamu, ya?" tanya lelaki itu.

"Ngga kok, Al. Santai aja. Emangnya ada apa kamu ngajak aku ke taman ini?" tanya Aura.

Lelaki yang bersamanya ialah Alpha. Lelaki yang akhir akhir ini selalu mencoba ada didekatnya.

"Aku mau kamu ngelupain masalah kamu dulu, Ra. Kita seneng seneng disini, makan es krim lah, jajan jajan deh pokoknya, mau kan?" tanya Alpha dengan tatapan berharap.

"Jangan lama lama ya, Al. Aku masih ada tugas," jawab Aura.

"Sippp deh," balas Alpha.

Hari itu mereka menghabiskan waktu dengan bercanda bersama dan saling mengungkapkan nasihat nasihat yang baik tentunya. Namun satu yang tanpa mereka sadari, perasaan diantara mereka kembali tumbuh.

©©©

Mafin menatap pemandangan di luar kaca mobilnya dengan perasaan campur aduk. Tatapannya masih menatap intens dua orang yang asyik bercengkrama dan canda tawa mereka pun terus membuat telinganya gatal.

"Kamu berhak bahagia, Ra. Tentunya dengan pilihanmu sendiri. Jika kamu memutuskan untuk bersamanya, aku hanya mampu menjagamu dalam do'a," lirih Mafin.

Mobilnya pun melaju meninggalkan taman indah itu bersamaan dengan lepasnya perasaannya pada Aura.

©©©

Luna memandangi ponselnya dengan wajah gembira. Mafin mengajaknya berangkat bersama ke sekolah mulai esok hari. Tentu saja Luna amat sangat senang dan bahagia.

Pikirannya tiba tiba melayang menuju Aura. Apakah hati sahabatnya baik baik saja? Apakah ia sudah jahat karena mengorbankan perasaan Aura? Pikiran itu pun tiba tiba ditepis oleh nalarnya. Keputusan itu pun disetujui oleh Aura pula. Aura juga yang memutuskan untuk menjauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AUTUMNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang