AUTUMN [ 6 ]

23 2 0
                                    

Mafin naik keatas motornya dan meletakkan helmnya di siku tangan kanannya. Ia menyalakan motornya dan menjalankannya menuju rumah Luna. Hari ini adalah hari kedua Luna tak masuk sekolah. Aura pun tak masuk juga, mengapa?

Tubuhnya tiba tiba demam tinggi tadi pagi. Sepertinya Aura terlalu memforsir tubuhnya terlalu keras dalam bekerja.

Mafin tiba di depan sebuah rumah, ia melangkahkan kakinya ke kamar Luna setelah dipersilahkan masuk oleh ibunya, ya ibunya sepertinya menyukai sosok menawan Mafin. Sangat cocok bukan dengan anaknya?

Mafin melihat Luna tengah membaca sebuah novel karya seorang penulis besar. Luna terlihat serius hingga tak menyadari kehadiran Mafin. Mafin pun duduk di samping Luna, membuat Luna terperanjat kaget.

"Ya Tuhan! Mafin, aku kira siapa," ujar Luna.

"Hehe, kamu serius banget abisnya," balas Mafin.

"Kamu kok bisa disini?" tanya Luna. Luna tersipu malu ketika menebak nebak alasan Mafin ke rumahnya. Apakah Mafin mau belajar mencintainya?

"Aku mau jenguk kamu. Oh iya, Aura sakit juga ya?"

"Aura sakit?!" ujar Luna kaget.

"Iya, tadi dia gak masuk," jawab Mafin.
Luna memasang wajah khawatirnya. Mafin yang mengerti pun mengusap bahu Luna lembut.

"Dia pasti baik baik aja, dia kan orang yang kuat," ucap Mafin menenangkan.

"Aku cuma takut dia kan lagi sakit, gimana kalo ayahnya pulang?"

Ucapan Luna sontak membuat Mafin terdiam sekaligus khawatir.

"Kamu udah makan?" tanya Mafin. Luna pun mengangguk.

"Yaudah aku pulang dulu ya, jaga kesehatan kamu," ucap Mafin.

"Kok cepet banget, kamu mau kemana?"
Mafin pun tersenyum dan berjalan menuju pintu kamar Luna, lalu membalikkan badannya.

"Ada tugas yang harus aku urus. Duluan ya," salam Mafin.

Luna terduduk lesu ketika tahu apa yang akan Mafin lakukan. Apalagi kalau bukan menemui Aura dan memastikan jika gadis itu baik baik saja.

©©©

Mafin melihat seorang lelaki paruh baya tengah duduk di kursi kayu teras rumah Aura. Ia berjalan mendekat dan membuat lelaki itu melihat kearahnya.

"Permisi, Pak," ucap Mafin.

Lelaki itu memandang Mafin dari atas hingga bawah. Ia melihat jika Mafin bukanlah orang sembarangan.

"Cari siapa? Kalau cari Aura, dia tidak ada dirumah," ucap lelaki itu seakan membaca pikiran Mafin.

"Dia kemana?"

"Dia kerja, harus cari uang buat makan."

Lelaki itu adalah ayahnya Aura. Walaupun Aura sakit, Aura dipaksa bekerja oleh ayahnya. Ayahnya memaksa Aura pergi disaat demam gadis itu masih tinggi.

"Dia kerja dimana, Pak?"

©©©

Matanya memandang seseorang dari balik kaca kafe. Ia memasuki kafe itu dan duduk di pojok kafe, kembali memfokuskan pandangannya kearah gadis yang berdiri dibalik meja kasir.

AUTUMNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang