Aku melirik ke arah jam tanganku, jam menunjukkan pukul 8. Astaga. Masih lamaaaaa sekali!
Aku menunggu disini seperti sudah menunggu 24 jam. Aku pun bertekad untuk mengelilingi kampus besar ini. Aku bersyukur, karena bisa masuk di universitas ini dengan hasil kerja keras ku yaitu dengan beasiswa. Bukannya aku sombong—aku memang anak yang pandai.
Aku berhenti di depan sebuah lapangan, memfokuskan mata ku pada seseorang yang tengah bermain bola sendirian. Saat ku hendak mendekatinya, tiba-tiba..
Bola itu mengarah padaku..
BUKKK!!
Kepalaku terasa sangat sakit, lalu tiba-tiba semua menjadi gelap.
——
"AAAAA.." Aku berteriak sekencang mungkin. Laki-laki di lapangan tadi sekarang ada tepat di depan ku, ya, wajah nya hanya berjarak beberapa centi dari wajah ku.
"Mengapa kau berteriak?" Ucap laki-laki ini dengan bingung. Namun kulihat-lihat dia cukup tampan, apalagi keringat bercucuran dari pelipisnya. Ku rasakan hatiku berdegup tak karuan. Aroma-aroma mint menyeruak di hidungku, aku sangat menyukai wangi mint. Saat kusadari aroma itu berasal dari tubuh nya, pipiku merona.
"Hey, lihat pipimu memerah." Ucap laki-laki ini terkekeh. Aku segera mendorong badannya sedikit terpental kebelakang.
"Siapa kau?!" Ucapku dengan napas yang memburu. Aku tersentak saat dia mencoba mendekatkan telunjuknya ke arah pipiku.
"Hey, tenanglah, aku hanya mencoba menamparmu." Aku membelalak mataku, meninju pelan lengan kekarnya.
"Ouch, aku hanya bercanda." Ucapnya pura-pura meringis sambil memegang lengan kanannya itu.
"Siapa kau? Mengapa tak menjawab terus?" Ucapku dengan gemas.
"Oh kau melupakanku, aku adalah orang yang kau tabrak dan kau lihat di lapangan tadi." Ucapnya dengan penuh bangga.
AH YA!
"Aku minta maaf sungguh. Aku tak sengaja menabrakmu sungguh, aku sangat terburu-buru tadi." Ucapku berbelit-belit.
"Tenang saja, kau hanya perlu menggantikan handphoneku dengan yang baru."
"APA!??" Teriakanku sangat kencang sehingga orang-orang di sebelahku langsung menatapku sinis.
"Maaf." Ucapku pelan.
"Tak apa jika kau tak mau." Ucapnya dengan melipat kedua tangan di depan dadanya.
"Serius?!" Kataku histeris. Wah baik sekali dia.
"Tapi ada syaratnya." Ugh, kutarik kata 'baik'nya tadi.
"Apa syaratnya?" Tanya ku menatap dia jengkel.
"Kita lihat saja nanti. Oh ya, aku Louis, Louis Tomlinson."
"Eleanor, Eleanor Calder." Ucapku memperkenalkan diri.
"Ok, Elenor, aku harus pergi." Pamitnya dengan menyebut namaku tanpa ada huruf 'a'nya. Sialan. Apa dia tidak bisa menyebut huruf 'a'?
——
Heya
Enjoy the part one!!Vomments yaa thank u, lup u :)
kan, key, zen,sam xx