LOUIS POV
Aku keluar dari kamar gadis cantik tapi garang itu. Itu pun diusir sebenarnya. Aku bersumpah aku tidak sengaja masuk ke kamarnya dan aku tidak bermaksud macam-macam.
Aku masuk ke pintu putih lainnya yang ada di sebelah kamar Ele. Ya, kali ini aku benar. Ini toiletnya.
****
Aku turun dari lantai dua rumah Ele dan Luke. Dan ternyata sudah ada gadis itu lagi disana sedang menonton TV dan memakan ice cream. Disisi lain ada Luke yang sedang bermain dengan handphone nya. Aku mengistirahatkan bokongku disebelah Luke.
"Tugasnya sudah selesai." kata Luke dengan tatapan tetap pada handphonenya.
"Thanks." ucapku padanya. Lalu hening, hanya suara acara di televisi yang terdengar. Tidak ada satupun dari kami yang mengangkat suara. Luke bangun dari duduknya lalu berjalan ke atas, sepertinya ke kamarnya.
ELEANOR POV
Aku sangat bosan. Bahkan aku tidak mengerti acara macam apa yang sedang aku tonton. Luke meninggalkan aku berdua dengan Louis ke kamarnya.
Luke turun dengan pakaian yang rapih, ia menggunakan red flannel shirt, black skinny jeans, black high top converse nya, disertai beanie abu-abunya. Tipikal Luke.
"Kau mau kemana?" tanyaku saat Luke mengambil kunci mobilnya di atas lemari kaca.
"Lou, tolong jaga Ele. Aku ingin latihan band sebentar." Ucap Luke dengan mengabaikan pertanyaanku.
"Tid-" belum selesai Louis menjawab, aku memotongnya.
"Aku bisa dirumah sendiri." aku berdiri dan berjalan mendekat pada Luke.
"Aku juga tidak ingin menjagamu di rumah." Louis berkata dengan acuh.
"Ele, kau ingat apa yang terjadi terakhir kali kau sendiri di rumah?" Aku berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi waktu itu.
"Tidak usah pura-pura lupa. Lou, aku mempercayakan adikku padamu. Aku pergi." Lalu Luke mendekatkan wajahnya padaku dan mencium pipiku singkat.
"Yang ini tidak dicium?" Louis menunjuk pipi kanannya.
Ada apa dengannya? Sungguh menjijikan.
Luke hanya terkekeh, lalu berjalan ke pintu keluar dengan Louis dibelakangnya.
"Berhati-hatilah. Jangan sakiti Ele." Luke berlari kecil ke arah mobilnya. Setelah itu, aku mendengar suara mesin mobil menjauh dan perlahan hilang dari pendengaranku.
Louis berjalan kembali ke arah ruang tamu dan mengambil duduk disebelahku.
"Luke sudah berangkat."
"Aku tau," Ucapku, "Dan sebenarnya, aku bisa dirumah sendiri. Kau boleh pergi." Lanjutku.
"Tidak. Aku akan tetap bersama mu, sampai Luke kembali," Ucap Louis, "termasuk saat kau mandi." Lanjutnya yang membuat ku merinding.
"Dasar mesum! Pergi kau dariku!" Aku memukul dan mencubit lengannya, dan segera menjaga jarak darinya.
"Ouch. Aku hanya bercanda. Tapi jika kau mau, tak apa, aku bersedia." Louis terkekeh dan tersenyum menyeringai padaku.
Astaga, bisakah laki-laki ini tidak berpikiran seperti itu. Aku pun beranjak dari tempat duduk ku, dan pergi menuju kamarku. Menghempaskan badanku pada ranjang empukku, perlahan menutup kedua mataku dan tertidur.
***
'Tok tok'
Aku terbangun kaget, mendengar suara seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku melihat ke arah jam, dan aku sudah tertidur selama 1 jam. Dan aku meninggalkan Louis sendirian di ruang tamu.
Apakah itu Louis?
Aku mengangkat tubuhku dari ranjangku, berjalan ke arah pintu, dan memutar knop nya."Hey, kau habis tidur? Aku sangat lapar." Dan benar itu Louis, dengan memperlihatkan wajah tak bersalahnya, karena sudah membangunkanku.
"Kau bisa pergi makan." Ucapku masih sedikit tidak sadar.
"Kau mau ikut? Aku tak ingin sendirian."
Aku mengangguk, karena kurasakan perutku mengamuk ingin makan."Tunggu aku sebentar." Kata ku meninggalkannya, sambil bergegas ke kamar mandi, mencuci muka ku. Saat aku keluar, aku mendapati Louis sudah duduk di ranjangku.
"Hey, mengapa kau disini?" Ucapku kesal padanya, karena dia tidak sopan tiba-tiba masuk ke kamarku dan duduk di ranjangku.
"Kau bilang untuk menunggu mu, jadi aku duduk disini." Katanya polos. Sepolos kertas putih.
Aku memutar bola mataku. "Maksudku kau menunggu nya di luar, tidak di kamarku juga, dasar bodoh."
"Kau tak bilang padaku, bodoh." Ucapnya dingin dengan berdiri dan berjalan melewatiku keluar dari kamarku.
"Jangan diam saja disitu. Mau ikut tidak?" Ucapnya sedikit teriak.
Aku mendengus kesal. Meraih tas selempangku yang tergeletak di atas meja belajar. Dan segera pergi keluar, menyusul Louis.
***
"Kita akan kemana?" Tanya ku pada Louis. Kini kami sedang berada di mobil Louis. Dan anehnya aku merasa sedikit canggung duduk di sampingnya.
"Makan." Ucapnya sangat singkat.
"Aku tahu. Maksudku kita akan makan dimana." Jawabku masih sabar dengannya.
"Diamlah, kau mengganggu konsentrasiku." Ucapnya dingin yang masih fokus menatap jalanan.
Aku memilih untuk kembali diam. Sangat kesal dengannya. Dan aku tidak ingin mencari ribut lagi dengan laki-laki ini.
----
Helloo
Finally part 4 semoga suka :v
Sorry ya lama, soalnya sibuk *azekVomments ya
All the love as always
-kan, key, zen, sam. Xx