CHAPTER 1

11.1K 235 7
                                    

"Ruby! Apa yang kau lakukan?" tanya Shane sahabat Ruby melempar tangannya ke atas. Raut wajahnya sangat lucu saat ini, memerah seperti kepiting rebus. Kulitnya yang putih itu semakin memperjelas nya. Membuat Ruby ingin tergelak seandainya mereka tidak dalam keadaan genting.

"istarahat?" tanya nya alih-alih menjawab pertanyaan Shane yang sedang berdiri berkacak pinggang.

"angkat bokongmu dari tempat itu Ruby! Jika tidak aku akan menyeretmu!" perintah Shane.

"arggh! Yang benar saja? Kau ingin membunuhku? Kita sudah mengejar pencuri itu selama dua jam." Balas Ruby melongos. Kakinya sakit. Tubuhnya gemetaran karena kelelahan, di tambah lagi cuaca panas membuat dia sangat ingin menenggalamkan dirinya di dalam kolam air mancur yang ada di hadapannya. Tidak peduli meskipun itu air mancur umum yang penuh dengan wisatawan luar dan lokal.

"kau terus saja mengeluh! Bukankah kau sendiri yang paling semangat?"

"awalnya kupikir pengejaran ini pasti sangat menarik! Seperti di film-film action! Tapi tidak setelah satu jam. Pencuri sinting itu mempermainkan kita" teriaknya kesal mengingat kembali apa yang dialaminya selama dua jam ini.

Pada awalnya mereka hanya sedang menghabiskan waktu libur kuliah mereka yang tersisa dua hari lagi dengan berjalan-jalan di sepanjang kota. Melihat-lihat tembok-tembok putih yang melingkari jalan-jalan. dan jajanan di sepanjang jalan yang sangat menggiurkan. Tetapi, gara-gara tingkah ceroboh Shane Masson, seseorang yang tengah melewati mereka berlari dan merenggut tas Shane yang terpampang di sampingnya.

Dan disinilah mereka. Berkeringat. Kelelahan. Kepanasan. Siapa yang cukup bodoh menghabiskan waktu sepanjang hari hanya untuk berlari di sepanjang kota? Meskipun hal itu sangat membuat Ruby ingin menjambak rambut Shane yang ikal, lembut dan berwarna tembaga itu, tetap saja Shane Masson adalah sahabat Ruby Velascuez sejak di hari pertama mereka mulai kuliah.

"ini tidak akan terjadi, jika kau tidak cukup bodoh meletakkan tasmu di sembarang tempat!" cecar Ruby.

"tidak sembarang tempat! Aku meletakkannya di sampingku. Pencuri itu yang cukup sinting mencurinya"

"sinting? Ha,,ha,,! Kau bodoh? Pencuri mana yang tidak mengambil kesempatan yang terbuka begitu?" balasnya berang pada Shane.

Mereka saling melotot tidak mau kalah. Shane dan Ruby sama-sama memiliki watak keras kepala dan pantang mundur. Karena itu mereka bagaikan magnet yang selalu saling tarik menarik. Meskipun begitu mereka telah bersahabat sejak tahun pertama mereka mulai kuliah.

Mereka ingin beradu mulut lagi sampai seseorang menyela. "pencurinya akan menghilang jika kalian terus bertengkar" ucap Julia kalem. Mereka hampir saja melupakan keberadaan sahabat mereka yang satu itu karena pertengkaran. Sebenarnya sangat mudah bagi mereka melupakan Julia Shamar, mengingat keberadaannya sangat tipis.

Rinjani Shamar adalah Gadis india dengan kulit coklat dan sangat-sangat manis. Gadis india yang paling manis yang pernah di temui Ruby. Sifatnya sangatlah pendiam. Jarang sekali mengeluarkan suara. Namun keberadaan Julia lah yang membuat Ruby dan Shane tidak saling bunuh-membunuh. Karena dia yang berhasil menengahi mereka sebelum itu terjadi.

Terkadang Ruby heran dengan gadis yang satu itu. Bagaimana dia mau menghabiskan waktu luangnya dengan aksi-aksi konyol yang sering dilakukan Shane dan Ruby? Padahal dia bisa saja menghabiskan waktunya di perpustakaan.

"kau dengar itu? sebaiknya angkat bokongmu sekarang juga Ruby!"

"kenapa aku yang harus mengejarnya? Tasmu yang dicurinya" balasnya cuek.

"baiklah!" kata Shane menyeringai membuat firasat Ruby tidak enak. "bagaimana jika aku umumkan pada seluruh mahasiswa di kampus bahwa kau-suka-pada-dosen-sejarah?" kata Shane menekan setiap kata.

Wajah Ruby berubah pucat. Membayangkan setiap mahasiswa di kampusnya mengetahui perasaannya pada Dosennya? Ah,,ah,,tentu saja itu tidak akan terjadi! Bukan cinta tentu saja. Tapi hanya kertertarikan biasa. Ruby sering kali dan sangat mudah menyukai orang terutama jika dia tampan. Bisa dibilang dia pecinta cowok tampan. Tapi dosennya? Yang usianya 30 tahun itu? yang sudah beristri itu? yang sudah memiliki anak satu itu? oh! Tidak! Itu tidak akan terjadi sampai miliar tahun sekalipun. Ruby tidak akan berani menunjukkan wajahnya lagi ke kampus jika mereka tahu.

"oke! Oke! Kau tidak perlu mengancamku" kata Ruby panik.

"lagi pula apa yang membuatmu tertarik pada Mr.Abra?" tanya Julia tidak melihat pada Ruby. Matanya sedang mengawasi ke seluruh tempat, seperti sedang mencari sesuatu. Entah apa yang dicarinya.

Ruby sering kali mendapati sahabatnya yang satu itu, melamun di berbagai kesempatan. Atau dia selalu was-was ketika dia berada di tempat umum. Bahkan dia sering kali terkejut jika di panggil atau disentuh secara diam-diam. Ruby pernah bertanya padanya. tetap saja dia tidak mendapati jawabannya. Julia Shamar merupakan sosok yang sangat misterius bagi Ruby. Bukan seperti dia, yang membagi senyum pada setiap orang yang ditemuinya.

"tentu saja karena dia tampan! Memangnya apalagi?" jawabnya menyeringai, yang dibalas dengan pandangan aneh dari Julia.

"kau tahu, dia sudah beristri bukan?" tanya Shane.

Ruby menyeringai semakin lebar. Dia sadar betul pembicaraan mereka saat ini telah mengalihkan Shane dari mengejar Pencuri. Jujur saja, dia sangat malas berkejar-kejaran dengan pencuri di siang buta begini, di tambah cuaca matahari yang sangat panas.

"siapa yang peduli dia beristri atau punya anak? Lagi pula, aku tidak berniat merebutnya atau apapun! aku hanya t.e.r.t.a.r.i.k" katanya menekan kata. "itu berbeda dengan cinta atau perasaan ingin memiliki!"

"tetap saja. Diam-diam kau menggodanya!" tuduh Shane. Yang benar-benar sudah melupakan tujuan awal mereka. Ruby semakin menambah seringaian tolol yang terpampang di wajahnya.

"buktinya?"

"saat dia mengajar kau menatapnya tanpa berkedip. Ketika dia melewatimu kau sengaja menabraknya. Demi Tuhan Ruby! Aku melihatmu melakukan hal-hal gila untuk menggodanya. Bahkan ketika dia sedang berbicara dengan para dosen lainnya kau sengaja melenggokkan pinggulmu di hadapannya. Butuh bukti apalagi?" sembur Shane.

"hmm. Aku hanya memancingnya untuk melihat apakah dia lelaki yang setia atau mungkin dia akan mengambil umpan. Hanya itu saja" balas Ruby enteng.

"kau sadar bukan? Kau cukup cantik untuk merayu seorang pangeran. Meskipun dia setia tetap saja dia akan memakan umpannya. Lelaki mana yang tidak akan goyah melihat pantatmu yang seksi itu berlenggok di hadapan wajahnya?" timpal Julia menggeleng-gelengkan kepala. "jadi. Bisakah kau berhenti merayunya?"

"tidak!!" semburnya menyeringai. "dimana menariknya jika tidak ada aku yang membuat kekacauan?" tambah Ruby.

"oh! Hanya karena kau ingin hidupmu menjadi tidak membosankan, kau ingin bermain-main dengan suami orang?" dengus Shane.

"ayolah! Kalian pikir aku akan berkencan dengannya?" teriak Ruby mulai frustasi dengan pembicaraan mereka. "aku tidak senakal itu"

"siapa yang tahu apa yang kau pikirkan, Ruby?" Sela Julia menaikan sebelah alis nya.

Sebelum Ruby sempat membalasnya, Shane berteriak sambil berlari kembali mengingat pencuri tasnya. Ruby mengerang kesal, tetapi tetap berlari mengikuti Shane. Sedangkan Julia? Seperti dia tidak mengenal watak sahabatnya yang satu itu. Tentu saja, Julia hanya duduk menyilangkan kakinya di depan air mancur seraya mengipas-ngipas dirinya.

"kau tidak ikut?" teriak Ruby yang hanya membalasnya "selamat berlari" dengan senyum mega witenya. Yang biasanya menjadi senjata untuk melelehkan para pria di sekitarnya. Ruby? Yeah, meski dia bukan lelaki tetap saja dia sangat lemah dengan senyum Julia yang satu itu. Tanpa menunggu ataupun bertanya kenapa untuk pertama kalinya Julia tidak ikut bersama mereka, Ruby kembali berlari menyusul Shane yang tidak terlihat lagi batang hidungnya.

"sial! Kenapa siang-siang begini aku harus mengejar pencuri sialan itu???!!!" teriak Ruby. 

Love & RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang