14

8.1K 484 4
                                    

Willis sama sekali tidak bisa tenang pagi ini setelah Cecillia memohon padanya. "Kau yakin kita akan melakukannya?"

"Aku mohon, Willis," mohon Cecillia dengan mata abu-abu yang menyentuh seperti mata anak kucing.

Willis menggeleng sejenak sebelum kembali melihat pada Cecillia yang memohon dengan menyedihkan. "Tapi Dante akan mengamuk jika tahu soal ini."

Cecillia menarik kemeja Willis seperti anak kecil. "Tidak akan, dia tidak akan tahu soal ini. Lagipula dia tidak akan peduli." Cecillia berpaling ke arah Ritta dan Kenee meminta dukungan, membuat keduanya saling melihat sebelum berdehem.

"Aku rasa tidak apa jika satu atau dua kali," setuju Ritta.

Kenee menggeleng. "Tapi aku rasa membicarakannya dengan Pangeran Dante tetap harus kalian lakukan. Jika Pangeran Dante tahu kalian mengkhianatinya, maka Pangeran Dante akan sangat marah pada kalian," kata Kenee memperingatkan.

Cecillia cemberut. "Akan kulakukan, aku akan mengatakan yang sebenarnya setelah kita melakukannya. Aku janji," yakin Cecillia pada Willis.

Willis harus memejamkan matanya dan mendesah pasrah. "Oke baiklah, kita akan melakukannya walaupun sejujurnya aku tidak enak, dan merasa bersalah dengan Dante. Seberengsek apa pun dia, tetap seharusnya kita tidak bisa membalas tingkah laku buruknya dengan pengkhianatan seperti ini," keluh Willis sebelum merangkul Cecillia untuk keluar dari dapur, dan membiarkan Ritta serta Kenee saling berpandangan dengan tidak ramah karena pendapat mereka yang bertentangan.

Willis kembali menarik lengan Cecillia untuk menghentikan langkah wanita itu di lorong. "Kita sungguh akan melakukannya?" tanyanya meyakinkan untuk terakhir kali.

Cecillia tersenyum sangat manis sebelum mengangguk yakin. "Ya, kita akan melakukannya. Kali ini aku bersungguh-sungguh, dan kau tidak boleh menolaknya, Willis."

"Aku mana bisa menolak maumu, Nona," ledek Willis, membuat mereka berdua tergelak dan melanjutkan langkah.

Kali ini saja, tolong maafkan aku Dante. Aku tahu kau akan mengamuk, tapi mungkin saja kau tidak perduli. Tetap saja rasa bersalah pasti akan membuatku mengatakan yang sejujurnya padamu. Tapi itu nanti, setelah semuanya sudah terjadi. Setelah kami melakukannya, batin Cecillia.

"Tunggu dulu, tapi bagaiman jika ternyata hamil?" tanya Willis.

Cecillia ragu sejenak sebelum menggeleng. "Apa kita perlu bertanya pada dokter dulu?"

Willis mendesah berat dan mengusap lengan Cecillia. "Kita batalkan saja, aku punya firasat buruk."

"Kau hanya tegang, Willis. Aku memang tidak pernah melakukanya bersamamu, tapi aku tahu kau andal."

Willis tergelak. "Andal? Aku hebat, Nona, jangan meremeh-kan aku."

"Aku tidak sedang meremehkanmu. Aku memujimu."

****

"Oh Tuhan, Dante benar-benar akan membunuhku," erang Willis.

Cecillia tergelak senang melihat ekspresi putus asa Willis. "Tidak akan, percaya padaku," yakin Cecillia dengan menyusuri gang kumuh setelah bertanya ke sana kemari pada orang-orang, dan mendapatkan alamat yang kini ada di kertas dalam genggamannya.

"Tentu saja dia akan membunuhku. Kau mencoba untuk mengembalikan semua pelayan dan pekerja peternakan dengan uang dari penjualan salah satu kuda terbaik miliknya."

Cecillia kembali tergelak. "Jangan lupa, kuda terbaik dan termahal. Untung saja dia tidak sedang hamil, jika tidak mungkin kita harus menukar dengan kuda lain."

Revisi Bastard PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang