Ten

3.8K 267 3
                                    

Tidak perlu waktu lama bagi Kris untuk menunggu kapan dia harus menakamkan Erika. Setelah dinyatakan jam kematiannya, Kris langsung mengurus segalanya.

Bahkan tempat pemakaman elit. Tentu saja, di bantu oleh Alex, yang saat itu masih menjadi mahasiswa tingkat akhir. Pada masa inilah Kris kehilangan dirinya.

Dia enggan untuk kembali ke Jepang. Dia juga tidak mau tinggal bersama keluarganya. Alhasil, dia pindah dari rumah yang baru di tinggalinya selama beberapa bulan dengan Erika ke rumah barunya.

Tapi saat itu, dia masih kacau. Pernah satu kali, Kris di dapati pingsan tergeletak di dekat kompor gas yang sedang menyala. Atau, pernah juga di lihat bahwa Kris sedang berkali-kali memukul kepalanya kepada tembok.

Depresi.

Autisme.

Itulah vonis dokter. Kris sendiri jadi antipati untuk datang ke rumah sakit. Dia enggan untuk ke rumah sakit. Memasuki rumah sakit, dan menghirup bau sterilnya.

"Kris? Kau baik-baik saja?" Tanya Leo, yang kala itu ada di rumahnya, "Hei, kawan, kau pasti tidak akan mau melihat dirimu saat ini kan?"

Tidak ada respon.

-----

Kris di bawa ke sebuah tempat rehabilitasi. Orangtuanya menitipkan Kris pada Alex untuk di jaganya.

"Kris, kau baik-baik saja?"

Satu hari, saat Alex baru pulang dari kampusnya untuk bimbingan skripsi. Saat dia sampai di tempat Kris, dia melihat Kris sedang memegang foto pernikahannya dengan Erika.

Gadis itu tampak cantik dengan gaun putih pilihannya. Sementara Kris, dihiasi wajah bahagianya. Dia yang amat mencintai perempuan itu. 

Wajah Kris pada foto tersebut berbanding terbalik dengan keadaannya saat ini. Matanya kuyu, badannya mengurus, jenggotnya bertumbuh, dan rambutnya mulai panjang.

"Erika cantik ya?"

Alex tersenyum ringan. Kali ini, Kris tidak histeris. Ah, jangan ingatkan Alex tentang hal-hal mengerikan itu lagi. Tentu saja hal itu membuatnya gila.

Dalam sehari, minimal akan ada lima belas barang pecah beling yang akan di lempar Kris sesuka hatinya kesana-kemari.

Alex sendiri pernah mendapatnya jackpotnya saat Kris mengamuk. Pecahan piring beling mengenai dahi mulusnya.

"Tentu saja. Siapapun pasti akan mengatakan bahwa Erika adalah malaikat," jawab Alex.

"Alex," panggil Kris.

"Ya, Kris?" Jawabnya.

"Apa kau pernah mencintai seseorang?"

Alex berdeham, dan berpikir sejenak. Selama dia hidup, hanya ada segelintir perempuan yang di izinkannya masuk ke pikirannya. Yakni, Ibunya, Neneknya, Kree, dan Rhea. Tapi, kalau hatinya... "Kalau cinta aku rasa belum. Tapi kalau suka, kau tahu sendiri betapa aku menyukai Rhea dulu."

Kris mengangguk paham. "Katakan dan dengan lantang kalau kau mencintainya.

"Apa?" Ulang Alex.

"Kalau kau sudah menemukannya, cepat bilang pada perempuan itu. Jangan sepertiku."

Alex mengerti.

Selama ini, Kris tidak pernah mengatakannya secara langsung kepada Erika. Tapi, melalui tindakannya, Erika tahu betul bahwa lelaki bernama Kris Aikawa ini mencintainya. Melebihi apapun.

Mr. Business and The Ambassador GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang