Two

5.8K 341 5
                                    

Sebenarnya... ini bukanlah bagian yang Kris sukai. Tapi jadwal pertemuannya hari ini dengan Duta Budaya Jepang bernama lengkap Michiko Nakahara itu disusun oleh Carlos.

Dalam rencana yang sudah di atur oleh David, mereka bersebelas sengaja mengatur 12 kali kencan yang sudah di susun oleh para lelaki kurang kerjaan yang sebenarnya sibuk, dan ibu-ibu muda yang menganggur dan mencari kesibukan untuk mendapat hiburan.

Kencan pertama Kris dan Chiko di susun oleh Carlos sedemikian rupa. Mereka sengaja di buat untuk bertemu di sebuah restoran di hotel berbintang.

"Hei, sepertinya dia tidak akan datang," bisik Alex pesimis, "Kau lihat saja, sekarang jam berapa? Dan batang hidung sahabatmu itu belum datang juga, Los. Harusnya kau membuat kencan di tempat terbuka, bukan di hotel ini!"

"Sst!" Carlos memperingati, sambil menaruh telunjuk kanannya di depan bibirnya. "Kau bisa diam? Mereka akan melabrak kita jika tahu kita membuntuti mereka kemari."

"Ini kan idemu," balas Alex kesal, lalu dia menyesap vodkanya. "Untung saja kau menyediakan ini sebagai imbalannya."

"Ck! Padahal aku sudah tawarkan makan buffet untukmu. Tapi, kau malah lebih memilih vodka sepuasnya," timpalnya. "Sekarang diamlah. Lihat disana! Kris datang!"

-----

Sebuah meja segi empat dengan sisi yang sama dan di desain untuk empat orang seharusnya itu di duduki hanya oleh Chiko, yang sudah lebih dulu mengambil kopi, dan mencampurnya dengan susu rendah lemak, juga gula cair beraroma hazelnut.

Kris.

Nama itu membayang di pikirannya. Dia sendiri tidak punya pikiran dengan apa yang akan di hadapinya. Seperti apakah Kris, dan bagaimana sikapnya. Itulah yang di pikirkan Chiko.

"Nakahara-chan?" Sapa seorang lelaki dengan pakaian ala kadarnya; kaos oblong, kemeja kotak-kotak yang lengannya di gulung sampai bagian siku sebagai luaran, celana jins belel, rambut ikal yang agak panjang, memakai fedora, dan sepatu keds lusuh. "Maaf membuatmu menunggu, aku harus menyelesaikan urusanku dulu di kantor."

Chiko tersenyum. Kesan pertamanya, saat melihat lelaki ini, adalah... mungkinkah dia seniman? "Chiko saja, Aikawa-kun. Tidak perlu bersikap formal."

Kris terkekeh pelan, sembari duduk di hadapan Chiko. "Jangan formal, tapi kau saja memanggil nama keluargaku, bukan nama depanku."

"Itu.. Ya, karena aku baru pertama kali bertemu denganmu."

Kris menghamparkan pandangannya di sekitar area buffet. Mencari makanan lezat yang ingin di masukkannya ke dalam mulut, sebelum akhirnya sampai pada perutnya agar terisi kembali.

Sekedar informasi ringan untuk kalian saja. Kris sama sekali belum mengisi apapun ke dalam perutnya selain kopi, dan air mineral selama dua hari. Jadi, kesimpulannya dia hanya minum, dan tidak makan. Hal ini terjadi karena dia terlalu larut dalam pekerjaannya untuk menyelesaikan sebuah software baru yang di rintisnya setelah Shoucall.

"Kau lapar? Apa kau pernah kemari sebelumnya?" Tanya Kris.

Chiko hanya menjawab pertanyaan Kris yang terakhir, "Belum. Ini pertama kalinya aku kesini."

Kris mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Bagaimana kalau kita makan sambil mengobrol saja? Aku lapar."

"Tapi itu bukan table manner yang baik untuk berbicara sambil makan--"

"Ah, aku lupa," jawab Kris, "Sebagai Duta Budaya Jepang untuk Indonesia, pastinya kau sudah terbiasa untuk makan sesuai dengan tata cara yang benar di meja makan ya? Maaf, aku sudah lama tinggal disini, jadi lupa tentang tata cara makan yang benar."

Mr. Business and The Ambassador GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang