"You don't know, Eleanor"
Eleanor
Hari ini, semuanya sedikit di luar ekspektasi dimulai dari Harry yang datang ke flat-ku bersama Allison untuk mengajak London jalan-jalan. Yang kedua Louis megajakku pergi jalan-jalan entah karena apa, dia hanya berkata bahwa dia bosan dan Niall yang sering menjadi teman hangout-nya sibuk dengan kekasihnya.
Destinasi pertama kami adalah London Eye, aku sedikit terkejut ketika Louis mengajak ke sini karena kupikir akan lebih baik jika kami pergi ke London Eye saat malam. Tapi dia bersikeras, mengatakan bahwa dia menginginkan sesuatu yang berbeda. Ya, terserahlah.
Aku menatap pemandangan kota London dari tempat ini bersama beberapa turis asing. Ini bukan kali pertama aku mengunjungi tempat ini, namun aku tidak pernah merasa bosan melihat pemandangan kota London.
Gedung-gedung terlihat sangat kecil dari atas sini bagai sebuah lego yang sekali tendang akan langsung hancur. Aku hanya tersenyum membayangkan jika aku adalah sesosok raksasa yang dengan mudah mencabuti gedung-gedung kokoh itu bagai tengah mencabuti rumput. Oke, stop, aku tahu pemikiranku sangat sadis.
"Setelah ini kita akan ke mana?" tanyaku ketika kurasakan gedung yang tadinya sangat kecil kini membesar.
Louis menaikkan satu alisnya. "Entah, ada rekomendasi?"
"Kau yang mengajakku dan kau sendiri yang tidak tahu akan kemana?" ucapku sambil meliriknya. Louis terkekeh kemudian kami keluar bersama dengan turis yang lain.
"Aku mengajakmu pergi karena bosan."
Aku memutar bola mataku dan Louis kembali terkekeh. "Baiklah-baiklah, bagaimana jika kita pergi ke--"
"Tidak jadi, aku punya tempat bagus. Ayo!" ujar Louis dan sebelum aku mampu mencerna ucapannya, dia sudah menarikku. Aku melotot, merasakan tarikannya cukup keras dan kesal. Kenapa dia butuh rekomendasiku jika dia tahu tempat bagus?
"Louis!" Sebelum aku protes terhadap tarikannya, Louis sudah membuka mobilnya dan mendorongku masuk ke dalam, tidak kasar namun berhasil membuatku sangat kesal.
Louis menutup pintu, dia berlari kecil dan membuka pintu lainnya kemudian merangkak masuk. Aku hanya menatapnya dengan tatapan tajam, masih kesal karena tarikannya dan dorongannya untuk masuk ke dalam mobil ini. Dia pikir aku ini apa?
"Kenapa melihatku seperti itu? Ayo, pasang safety-belt-mu, mau kupasangi?" Louis terkekeh di akhir ucapannya namun hal itu tidak membuatku ikut terkekeh, alih-alih melotot dan membuat kekehan Louis perlahan memelan dan menghilang sepenuhnya.
"Baiklah-baiklah maaf," Louis berucap sambil mengulum senyum manisnya dan entah kenapa pertahananku untuk terlihat galak di depannya sedikit goyah. Pun, aku mengalihkan tatapanku ke jendala sambil memasang safety-belt. Louis tidak mengatakan apapun, dia hanya melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata di tengah jalanan London yang cukup padat.
Kami sama-sama diam menciptakan keheningan panjang, hanya ada suara mesin mobil, musik yang keluar dari radio dan terkadang suara klakson dari pengendara lain yang membuatku mendengus. Jujur saja, aku sangat benci ketika seseorang mengklakson, sangat menganggu dan menimbulkan polusi suara.
Huh, sudahlah.
"Hey, kau masih marah?" tanya Louis ketika ia menekan pedal rem dan perlahan mobilnya berhenti. Aku melirik sekilas ke arah traffic light yang menampakkan warna merah kemudian menatap pemuda di balik kemudi ini.
"Tidak, aku hanya kesal."
Louis mendesah, "maafkan aku oke?"
Mana ada orang yang meminta maaf dengan nada penuh pemaksaan di dalamnya? Ya, tidak ada kecuali Louis Idiot Tomlinson
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Elounor // Elounor ✔
Fanfiction[Completed] Apa yang akan terjadi ketika dua hati yang terluka menyatu? Temuilah Eleanor Calder dan Louis Tomlinson yang akan membawa kalian ke kisah baru. P.s : terinspirasi dari short movie Thailand berjudul 'What If You Could Turn Back Time' ...