Bag 5: "Menemani berarti selalu memberikan ketenangan saat hendak beranjak"
Ia khawatir, kapan kesialannya akan berakhir, bagi Sahla ini sudah kelewatan. Semenjak behubungan dengan Juan ia jadi selalu apes, seakan Juan sudah menyerap segala keberuntungan yang seharusnya ia dapat. Tapi, apa yang malah ia lakukan sekarang, berdiri di antrean untuk membeli segelas capuccino. Tentu saja ia sudah begitu baik kepada si lelaki itu.
Perutnya tak berhenti melilit semenjak kemarin, hari mengerikan untuknya. Hari ini, lagi-lagi ia berpikir untuk balas dendam, membeli capuccino dan memasukan air wc kedalamnya, siapa yang peduli jika kemudian yang meminumnya adalah seorang Juan? apakah gadis dengan kaca mata besar berframe hitam yang sedang makan burger di meja itu sendirian akan peduli? Tetapi ini bodoh, apa urusannya dengan gadis itu? Sahla kemudian menyalahkan Juan yang membuatnya semakin bodoh akhir-akhir ini.
Kali ini ia akan mengabulkan satu permintaan Juan dari sekian banyak permintaannya kemarin, setidaknya karena Juan akhirnya menyelamatkan kerjanya (Sahla benci menyebutnya, karena dia tahu seberapa konyol itu). Ingat! Ia mengabulkan bukan menuruti, ia bukan anak anjing yang mau berlari jauh-jauh hanya untuk mengambil tulang sebelum kemudian dilempar kembali oleh pemiliknya.
Ia mendapatkan capuccinonya, jam 7 begini Juan pasti sudah datang. Sahla bahkan baru tahu, Juan selalu datang pagi bahkan mungkin satu menit setelah pagar di buka, dan dia juga selalu pulang telat bahkan mungkin satu menit sebelum gerbang ditutup. Dia memang rajin bersekolah, entah rahasia apa yang laki-laki itu miliki, jadi terlihat ia sangat bersemangat. Sahla berjalan menuju lorong sekolah, tempat dimana kelas band berada. Dengan tas yang masih tergantung dibahunya ia berjalan santai, sembari memandang sekolah yang sudah berumur tua itu.
Ia mengetuk pintu itu sekali sebelum membukanya. Benar, ada Juan disana, dan lagi-lagi laki-laki itu sedang tertidur dengan posisi yang sama yang terakhir kali dilihat Sahla. Ia masuk lebih jauh, dan mendapati dirinya berdiri di didepan Juan yang masih dibatasi meja.
"Taruh saja disitu," Sahla tersentak mendapati bibir merah kelam itu bergerak, tetapi matanya masih tertutup, bibirnya kembali terkatub dengan cepat. Sahla baru tahu bahwa Juan memiliki banyak tahi lalat, memang tidak sopan melihati orang tidur, tetapi tidak ada salahnya menilai orang tidur. Ia punya tahi lalat di lengan atasnya yang tidak sengaja terlihat karena kain lengannya tertarik untuk menutupi matanya. Ia juga punya tahi lalat di lehernya, dan di tulang pipi kanannya.
"Kau menikmati ketampananku?" lagi-lagi Sahla tersentak, bagaimana ia bisa menebak saat dia bahkan tidak melihat "mendekatlah agar kau bisa melihatnya dengan jelas," tambah Juan kemudian tersenyum.
Sahla terpaku sesaat, barulah Juan menurunkan lengannya, membuka matanya dan kemudian mendudukan dirinya. Mata laki-laki itu masih sayup-sayup, ia terlihat mengantuk, tak biasanya Juan seperti itu. Tiba-tiba Juan menengadahkan telapak tangannya kepada Sahla yang masih memegang segelas capucinno. Sahla bersiap memberikannya, belum sempat Juan meraihnya Sahla menariknya kembali dengan telapak tangan kiri menengadah.
"11.000 rupiah dan ongkos jalan 5000," kata Sahla memiripkan wajahnya seperti penjual yang menghadapi pelanggan yang sering hutang. Juan menatap dengan senyum tidak senonoh kemudian mengiyakan, ia menurunkan tangannya dan meraih dompetnya di kantong belakang celananya. Ia mengeluarkan uang sepuluh ribu dan meletakannya di telapak tangan Sahla. Ia menutup dompetnya dan beralih pada kantongnya yang lain, dan ia mendapatkan dua ribu rupiah dan lima ribu rupiah yang kucel, ia merapikan uang kertas itu dari lekukanya sebelum menaruhnya diatas tangan Sahla. Sahla tersenyum singkat dan menyerahkan segelas capucinno itu.
"Jangan bodoh, mana kembaliannya?" tanya Juan sambil menyesap capucinnonya, Sahla bahkan yakin Juan tidak membutuhkan seribu itu kembali, dasar. Sahla merogoh kantongnya untuk meraih dua logam 500 rupiah hasil kembalian naik angkutan umum tadi. Juan menerima uang itu dan tersenyum singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Maid
Teen Fiction(COMPLETE) "Untuk pelayanan sesungguhnya, kau tidak perlu membayar" Sahla harus tetap mempertahankannya, sebagai pelayan kafe untuk membiayai kehidupan keluarganya. Di samping ia adalah murid teladan sebuah sekolah elit, keempat sahabatnya tidak bo...