Bag 11: "Karena jika ia tidak tampak mudah dimatamu, mungkin ia sedang menyukaimu."
Sahla mencari Hania yang tiba-tiba hilang entah kemana, satu jam lagi gerbang sekolah akan di tutup. Sahla sudah menjerit kesana kemari, "Nia! Dimana sih?" ia berjalan ke lorong menuju kamar mandi, "katanya tadi pergi sebentar, eh kok malah nggak ada dimana-mana?" keluh Sahla sembari terus melangkah menuju toilet cewek berpikir mungkin Hania disana.
Ia masuk kedalam dan melihat pintu-pintu yang terbuka, Nia tidak ada disana. Tapi sesuatu yang lain terjadi dan semuanya berjalan begitu cepat, bunyi langkah kaki dibelakangnya membuatnya penasaran, ia mencoba berbalik tetapi tangan yang besar dan kuat mendorongnya hingga terlempar masuk kedalam salah satu toilet, ia mencoba menjaga agar tidak terjatuh. Tangannya meraih mulut wc menyelamatkan dirinya dari kecelakaan yang akan terjadi.
Ia ingin mejerit pada orang di belakang punggungnya, tetapi sebelum Sahla sempat membalikan tubuhnya pintu toilet itu tertutup. Ia sempat melihat kaki-kaki orang itu, seorang didepan pintu dan seorang lagi di dekat pintu masuk.
Sahla bisa merasakan bahwa keduanya adalah cowok satu angkatannya walau ia tak bisa mengenali wajahnya. Apa lagi ini? Apa ini termasuk aksi bully mereka padanya lagi? Dengan cepat sahla berlari dan meraih pintu yang masih sedikit terbuka, ia menariknya dengan jari-jarinya sembari berteriak "buka! Hey! Apa yang kau lakukan?!"
Keduanya saling tarik-menarik hingga sahla berpikir sedikit lagi jarinya akan terjepit dan putus, maka refleks ia melepasnya. Pintu itu tertutup dengan suara keras yang memekakan telinganya dan menyulut kekesalan. Ia mencoba mendobrak pintu yang sudah terkunci "buka! Buka!" tetapi tidak ada sahutan.
Pintu itu sudah tertutup dan terkunci, hening, harapannya telah pupus. Ia merasakan pintu itu ditendang sekali dari luar, getaran yang sampai ketubuhnya itu membuatnya terkejut, bahkan cowok-cowok itu tak berbicara apapun hingga
Sahla tak dapat mengenalinya. Tak lama siraman air dari atas pintu tepat mengenainya, dan badannya kaku bahkan pikirannya belum sempat berpikir.Sekali lagi ia mendobrak pintu itu, berkali-kali, beribu kali, dan yang malah ia dengar pintu kamar mandi di luar yang tertutup. Sia-sia. Tak ada yang memperdulikannya setelah ini. Ia terus mengumpat, "sialan! Apa yang kalian mau?! Arggg!!!" sembari terus memukul pintu itu.
***
Juan mengendarai mobilnya menuju rumah Sahla yang memang tidak jauh dari cafe, ia meraih handphonenya dan menekan nomer gadis itu dan tidak ada jawaban. Ia sampai didepan rumah kediaman keluarga Mufi, mencari tempat yang tepat untuk memarkirkan bayinya itu.
Juan masih dengan seragamnya menekan bel rumah hingga tak lama Karin keluar.
"Cari siapa ya?" tanya gadis itu pertama kali, Juan melemparkan senyumannya yang paling manis, yang paling tampan, dan mungkin Karin telah dibuatnya jatuh hati dengan senyuman itu.
"Cari Sahla, dia dirumah?" tanyanya Juan.
"Oh, temannya Sahla, kah? Biasanya jam segini Kak Sahla masih di cafe," jawab Karin. Kini Juan mengangguk membenarkan, seperti dugaannya, ada apa-apa dengan gadis itu."Mau masuk dulu?" tanya Karin kemudian melihat Juan terdiam beberapa waktu.
"tidak perlu, terima kasih, aku akan kembali lain waktu," jawab Juan.
Karin mengangguk, masih memperhatikan laki-laki itu hingga hilang dimakan mobil mewah di sana.
Cuman satu kemungkinan yang tersisa, pikir Juan, Sahla masih disekolah. Juan melirik arloginya, setengah jam lagi sekolah sudah ditutup, tidak ada yang menetap disana. Hari sudah sore dan sore hampir berlalu. Ia lajukan mobilnya membelah jalanan yang ramai. Dalam perjalan ia sibuk menelpon Sahla, dan berpikir untuk menelpon Arnold untuk membantunya tetapi ia urungkan niatannya, pada akhirnya ia melempar ponselnya ke kursi di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Maid
Teen Fiction(COMPLETE) "Untuk pelayanan sesungguhnya, kau tidak perlu membayar" Sahla harus tetap mempertahankannya, sebagai pelayan kafe untuk membiayai kehidupan keluarganya. Di samping ia adalah murid teladan sebuah sekolah elit, keempat sahabatnya tidak bo...