Bag 19: "Karena yang terpenting dalam sebuah hubungan adalah kebersamaan" (Juan & Sahla)
Sayangnya ini adalah hal terburuk kesekian yang terjadi hari ini pada Juan. Siapapun yang melihat wajahnya akan menjaga jarak hingga beberapa meter, termasuk Arnold. Arnold tak banyak berbicara dan tidak berani berkomentar. Karena apa? sungguh jika kau bertemu langsung dengan Juan, kau tidak akan mood lagi untuk berbicara.Juan baru bertengkar dengan Bian, pertengkaran yang membuat batang hidung Bian hampir patah, tebak saja masalah apa yang kiranya menyebabkan pertengakaran antara Bian dan Juan itu. Orang yang baru lewat, pastinya akan menganggap sebuah pengkhianatan pertemanan atau pengingkaran janji, tapi sayangnya ini hanya karena Bian menaruh strawberry di gelas minum Juan dan pertengkaran itu berujung pada patahnya batang hidung Bian, ya! hampir patah. Bian sudah pulang sekitar satu jam yang lalu bersama anak-anak yang lain yang sama ngerinya melihat Juan. Meninggalkan Arnold sendirian di sana.
Kafe ala eropa, disanalah mereka. Kafe itulah yang biasanya akan di penuhi dengan anak band, secara tidak langsung kebanyakan anak band mendedikasi tempat itu sebagai markas ngobrol mereka, termasuk Sorrel like Food. Lampu berwarna temaram membuat kafe itu tampak elegan, setiap meja di berikan privasi tersendiri dengan adanya pilar tinggi dan jarak antar meja yang lumayan jauh.
Arnold merasa kerongkongannya kering. Selain dia tidak ingin mengganggu temannya yang sedang melamun, minumannya sudah habis. Sebenarnya percuma saja memesan minuman lagi karena pada akhirnya minumannya habis di kerongkongan Juan. Nah! sekarang apa yang bisa dilakukan Arnold saat Juan hanya diam dan setiap ada suara yang dianggapnya mengganggu akan surut dengan satu pukulan. Jadi, apa sebenarnya yang membuat Juan sampai seperti ini? Arnold masih diam. melirik Juan yang hanya memutar gelas tinggi di tangannya, memandang gelas itu, menerawang kosong. Ekspresi wajahnya masih sama seperti kemarin, atau kemarinnya lagi, dan kemarinnya lagi, kiranya sekitar seminggu yang lalu.
Arnold ingat, Juan berubah sejak malam di mana laki-laki itu datang untuk bermain billiard, mewakilinya bermain lebih tepatnya. Mencoba mengingat-ingat, Juan memang tampak pendiam sejak saat itu, hingga keesokannya dan keesokannya lagi sikapnya berubah menjengkelkan dan mudah marah. Bahkan saat seorang tidak sengaja menyenggolnya dia akan mengeluarkan kata-kata paling sarkastik yang pernah ada di telinga Arnold. Ah kapan terakhir Juan bersikap semenjengkelkan ini? sejak SMA sikap Juan berubah lebih bijak, tapi sekarang? seperti deja vu, ini adalah Juan yang dulu.
Arnold melihat gelas Juan yang sudah kosong, itulah saat yang tepat untuknya untuk mengisih kerongkongannya yang kering. "Aku ambil minum lagi, ya," katanya tanpa meminta persetujuan Juan, tapi belum juga ia sepenuhnya berdiri, tangan Juan menarik lengannya.
"Aku nggak haus," katanya dingin sebelum kemudian kembali melamun. Ingin sekali Arnold pergi saja membeli minumannya sendiri tanpa menunggu Juan, tapi melihat kondisi Juan sebagaimana pertengkaran mengerikannya dengan Bian, maka kesimpulannya adalah, akan sangat berbahaya meninggalkan dia sendirian. Akhirnya Arnold pun kembali mendaratkan pantatnya.
"Okey," katanya lesu.
Dua puluh menit berlalu mengerikan, Arnold sudah bosan diam di sana, bahkan Juan masih diam seakan sedang bertapa di goa, tidakkah Juan menyadari dimana mereka? Diantara lagu metal yang volumenya menyamai frekuensi deru roket lepas landas.
"An," panggil Arnold ragu. Gawatkan kalau dia harus pulang dengan wajah babak belur terlebih dia sama sekali tidak pandai memakai jurus bela diri apapun.
"Hm?" gumam Juan tanpa mengalihkan pandangannya.
"Aku mau cabut dulu, kau mau pulang atau tetap disini?" tanya Arnold kemudian melirik Juan sepenuhnya. Tidak ada jawaban. "An," panggil Arnold lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Maid
Fiksi Remaja(COMPLETE) "Untuk pelayanan sesungguhnya, kau tidak perlu membayar" Sahla harus tetap mempertahankannya, sebagai pelayan kafe untuk membiayai kehidupan keluarganya. Di samping ia adalah murid teladan sebuah sekolah elit, keempat sahabatnya tidak bo...