Sesuai dengan ucapannya tadi siang. Malam ini aku sudah siap dengan gaun yang sudah berada di dalam kamar. Bahkan ada beberapa orang penata rias di sana. Sudah satu jam aku duduk di depan cermin, dan mereka masih sibuk dengan wajahku.
Aku berada di kamar Raga sekarang. Tidak tahu alasannya apa, tapi sejak siang dia memang menyeret ku kesini.
"Nah, selesai. Kau tampak luar biasa, Nona," ucap pria yang sejak tadi merias wajahku. Ia baru saja selesai dengan lipstiknya.
Aku melihat pantulan diriku di cermin dan tersenyum, lalu berterima kasih pada ketiga orang yang membantuku.
"Baiklah, ayo aku akan membantumu mengenakan gaun mu." Salah satu dari mereka yang satu-satunya wanita membawaku masuk ke dalam walk-in closet untuk membantuku mengenakan gaun yang senada dengan warna lipstik ku.
Setelah selesai dengan gaun aku kembali masuk ke dalam kamar untuk menata rambut ku. Raga sudah berada di sana dengan tuxedo miliknya yang terlihat begitu mengagumkan. Pria itu terlihat sangat sempurna dengan tatanan rambut klimis hair up miliknya.
Dia menatapku mengangkat satu alisnya melihat penampilanku.
"Siapa yang membiarkanmu memakai pakaian ini?" ujarnya dingin membuat keadaan di dalam ruangan tiba-tiba saja tidak menyenangkan.
"Tuan..."
Salah satu yang merias wajahku berujar pelan.
"Kau berusaha membuat istriku seperti pelacur?" Tatapan matanya tajam menatap pria itu yang kini tampak ketakutan.
Apa yang salah dengan gaunnya. Ini hanya gaun biasa.
"Kau bodoh, kau berniat membagikan aset ku secara gratis, huh? Apa-apaan dengan belahan dada serendah itu?"
Aku menatap kembali gaun yang ku pakai. Gaun ini memang mempunya belahan dada yang cukup rendah. Buah dadaku bahkan menyembul terlihat. Tapi, aku rasa ini bukan masalah.
"APA YANG KALIAN TUNGGU! GANTI GAUN SIALAN ITU!"
Wanita yang tadi membantuku memakai gaun ini buru-buru menarik tanganku kembali masuk ke dalam walk-in closet. Mencari gaun lain yang sudah mereka siapkan. Masih berwarna merah dan kali ini lebih tertutup dan lebih sederhana tetapi terlihat elegan.
Ketika aku keluar, semua orang sudah tidak ada hanya ada pria itu yang menatapku dengan intens sekarang. Wanita yang membantuku pun terburu-buru keluar dari ruangan. Entah apa yang dia katakan pada perias-perias tadi. Tapi, aku cukup yakin mereka mendapat amukan.
Dia masih menatapku dalam dia, sebelum ia berjalan ke arahku dan menarik ikat rambut yang masih ku gunakan. Ia merapikannya sedikit, membuat rambut bergelombang milikku menutupi dada.
"Tidak ada waktu untuk mengurusi rambutmu. Biarkan itu tetap seperti ini!" perintahnya, dan aku tidak bisa membantah ketika ia menarik tanganku keluar dari kamar.
Pesta itu di adakan di salah satu ballroom hotel miliknya di kawasan kota. Dan selama dia perjalanan kami lagi-lagi tidak terlibat dalam percakapan.
Hingga akhirnya kami sampai di tempat yang di tuju. Pria itu menarik tanganku ketika aku hendak membuka pintu mobil.
Aku menoleh dan di sambut oleh jarinya yang menghapus lipstik merah di bibirku. "Jangan pernah gunakan warna ini lagi. Itu benar-benar menganggu," ucapnya. Kami saling menatap satu sama lain. Aku bahkan tertegun dengan tindakan tak terduga yang ia lakukan. "Rapikan itu, dan keluar," ujarnya, memberikanku selembar tissue yang langsung aku terima.
Aku masih mencoba menetralkan dekat jantungku yang tiba-tiba saja menggila mendapat sentuhan dan tatapannya. Bagaimana bisa aku terlepas dari pria itu jika, sedikit tindakan nya yang tidak terduga seperti tadi mampu membuatku melupakan semua kejahatannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband
RomanceMelody harus merelakan sisa hidupnya terampas karena dijadikan jaminan untuk menutupi hutang sang ayah. Tapi, siapa menyangka insiden tersebut membuat dirinya terjebak dalam situasi rumit di antara dendam dan cinta? *** Awalnya Melody mengira semua...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi