Aku melangkah masuk ke dalam mengikuti langkah Satrya dan tak melepaskan pandanganku dari seseorang yang berada di tempat tidur.
"Bubarkan mereka!" Pria itu memberi perintah yang langsung terima dengan dengan patuh.
"Aku akan membiarkan Lian dan Denny berada di sini, hanya untuk berjaga-jaga."
"Terserah kau saja, yang penting tidak terlalu banyak orang disini!" Raga mengibaskan tangannya ke arah Satrya sebagai tanda dia sudah tidak dibutuhkan lagi disini. Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Raga bisa sampai seperti sekarang. Kepala, lengan, tubunya penuh luka terbuka.
"Dari mana saja kau?" Aku terkesiap saat Raga bergumam dengan suara beratnya.
Aku menelan ludahku membasahi kerongkongan yang tiba-tiba terasa kering. Apa ia akan memarahi ku sekarang? Karena aku lagi-lagi pulang setelah dia pulang terlebih dulu. Ditambah kali ini kondisinya tidak bisa di katakan baik. "Eum... aku dari tempat temanku," jawabku pelan nyaris tak terdengar.
"Sudah selesai mengadu?"
DEG.
Buru-buru aku menggeleng dan menundukkan kepalaku saat ia menatap penuh selidik mencari kebenaran di dalam mataku.
"Kau tidak pandai berbohong." Pria itu terkekeh kecil. Sial! Apa begitu kentara jika aku sedang membohonginya? Aku memang pembohong yang payah dari sejak dulu. Lagipula darimana ia tahu? Apa dia memata mataiku selama ini? "Lupakan! Aku sedang tidak mood mencari masalah denganmu. Terserah kau mau mengadu apapun pada dunia tentang apa yang aku lakukan terhadapmu atau apa yang kau dapat dariku. Aku tidak peduli. Kemari lah!"
Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya yang sedang menggeser tubuhnya ke tengah tempat tidur dan menepuk tangannya pada kasur di sebelahnya. Aku menatap dengan pandangan bertanya dan bingung? Apa yang ia inginkan sekarang?
Ia terkekeh geli setelah melihat mimik muka ku. "Apa kau tuli? Aku bilang kemari dan temani aku disini!" perintahnya, membuat kerutan di keningku semakin dalam.
Kurasa ada yang salah dengan dirinya. Pandanganku beralih pada keningnya yang terluka. Itu pasti penyebabnya. Karena kepalanya terbentur jadi dia berubah menjadi baik.
"Jangan memancing kesabaran ku!" Ia kembali berucap, dan tidak karena aku sedang tidak ingin mencari masalah. Aku berjalan mendekat, perlahan.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku menatap cemas ke arahnya.
"Kau tidak perlu tahu, sekarang kau ambil air hangat dan handuk itu lalu bersihkan lukaku!"
Aku melihat ke arah nakas dan mengambil apa yang diperintahkan. "Apa tidak sebaiknya kita panggil dokter saja? Bagaimana jika lukamu infeksi, itu berbahaya!"
"Maka dari itu cepat bersihkan lukaku sebelum itu infeksi! Jangan mengajakku berdebat atau kau mau membuatku terkena komplikasi dengan darah tinggi karena harus melayani kau dulu? Itu lebih berbahaya."
Aku semakin bingung dengan tingkahnya. Apa otaknya benar-benar bermasalah.
Aku naik merangkak ke atas tempat tidur dan duduk di sebelahnya. Menyiapkan handuk yang telah ku basahi dengan air hangat, lalu segera membersihkan darah pada luka-luka itu dengan hati-hati.
Ia bahkan tidak meringis sedikitpun. Apa dia benar-benar jelmaan iblis?
"Apa tidak sakit?"
"Aku sudah terbiasa," jawabnya santai.
Jujur saja aku sebenarnya merasa sangat risih dan tidak nyaman, karena sejak tadi ia memperhatikan ku. Dia bahkan tidak mengalihkan tatapannya dari wajahku. Apa yang salah?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband
RomanceMelody harus merelakan sisa hidupnya terampas karena dijadikan jaminan untuk menutupi hutang sang ayah. Tapi, siapa menyangka insiden tersebut membuat dirinya terjebak dalam situasi rumit di antara dendam dan cinta? *** Awalnya Melody mengira semua...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi