Hening, tidak ada yang berbicara. Hanya aura yang mencekam yang bisa aku rasakan dari sosoknya.
Beberapa kali aku menoleh ke arahnya ketika ia mengumpat pelan dan mencengkram setir dengan kuat membuat buku-bukunya memutih. Apa yang membuatnya semarah ini? Ian sudah jelas bukan selingkuhan ku.
Sampai di rumah, Raga turun dari mobil. Belum sempat aku keluar dari mobil dia membuka pintunya dan menarik tanganku dengan kasar keluar dari mobil, lalu kembali menarik tubuhku. Membuat aku terseok-seok mengikuti langkah kakinya.
"Raga, lepaskan! Ini sakit!" Aku berteriak.
Ia bahkan tak mengindahkan ucapan ku. Dia membawaku masuk ke dalam kamar, tempat aku tidur saat diusir dari kamarnya kemarin malam. Lalu mendorong tubuhku ke atas tempat tidur dengan keras.
Aku terpojok ketika ia merangkak naik di atas tubuhku, menarik daguku dan mencengkram nya kuat. "Sudah kubilang jangan pernah mempermalukan ku!" bentaknya.
Aku hanya meringis merasakan nyeri pada rahang ku yang ia tekan.
Mempermalukan bagaimana? Yang benar saja! Dia yang mempermalukanku di pesta itu. Dia datang bersamaku sebagai istrinya. Tetapi, dia mencampakkanku di sana. Dia bahkan tidak memperdulikan diriku dan sibuk dengan wanita-wanitanya.
Lalu dimana letak 'aku yang mempermalukan dirinya?'
Aku menarik tangannya dari rahang ku hingga terlepas. Mengernyit sesaat, menahan sakit. "Kau yang mempermalukan ku, bukan aku!" Air mataku sudah tak bisa ku bendung. Semuanya terasa sakit. Hatiku, pikiranku, bahkan fisikku. Apa yang sebenarnya ia inginkan?
"Kau yang mempermalukan aku. Kau datang bersamaku. Tapi, kau sibuk dengan wanita-wanita sialan itu!" Aku menjerit, meluapkan semua yang aku rasakan. Lalu memukul dadanya dengan brutal, juga isakan ku yang semakin keras.
"Berani sekali kau berkata seperti itu terhadap rekan kerjaku?" Ia menarik kedua lenganku yang terus memukulnya. Lalu, satu tamparan mampu membungkam mulutku yang terisak kencang. "Jangan berani kau mengaturku. Bukan mereka wanita sialan itu. Tapi, kau!" bentaknya.
Aku menatapnya dengan tatapan terluka. Aku yang tidak melakukan apapun bahkan lebih sialan dari wanita-wanita jalang itu. "Jika aku tidak boleh mengatur hidupmu. Maka biarkan aku mengatur hidupku sendiri. Kau tidak perlu repot melarang ku berhubungan dengan siapa pun termasuk Ian!" jawabku dengan segala keberanian yang aku punya.
Pria itu tergelak mendengar ucapanku, dan aku menatapnya dengan benci.
Aku bersingkut menggeser tubuhku menjauh saat ia menghentikan gelak tawanya. Lalu dia menatap meremehkan ku.
"Dengar!" Ia kembali meraih rahangku dan menekannya kuat. "Kau tidak berhak mengatur hidupku karena aku jelas bukan milikmu!" Aku kembali terisak. Hatinya rasanya begitu sakit mendengar setiap penuturannya. "Berbeda denganku. Kau milikku sepenuhnya. Tidakkah kau ingat Papa mu—"
"Cukup! Kumohon berhenti," aku memohon menatap matanya. Ini bukan karena aku merasa Papa yang jahat karena tega menjual anaknya sendiri. Tapi, aku merasa bahwa aku sama sekali tidak ada artinya untuk dirinya.
Sampai kapan aku akan terus mencintainya? Aku rela menukar semua yang aku punya. Tidak, memangnya aku punya apa? Aku tidak punya apapun untuk ditukar. Bahkan harga diriku pun sudah tidak aku miliki, setelah aku memutuskan untuk berhubungan dengan manusia biadab ini.
Harapanku hanya semoga aku bisa berhenti mencintai iblis ini. Setidaknya jika aku tidak mencintainya. Mungkin aku akan lebih mudah menjalani hidupku.
"Kurasa kau sudah mengerti sekarang. Jadi, berpikirlah sebelum bertindak!" ucapnya, ia menghempaskan ku dengan kasar. "Dan jangan pernah mengulangi hal itu lagi. Jangan pernah mempermalukanku, dengan bermesraan bersama pria manapun! Pakai otak bodohmu itu untuk berpikir. Apa yang akan aku lakukan jika kau mengulainnya lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband
RomanceMelody harus merelakan sisa hidupnya terampas karena dijadikan jaminan untuk menutupi hutang sang ayah. Tapi, siapa menyangka insiden tersebut membuat dirinya terjebak dalam situasi rumit di antara dendam dan cinta? *** Awalnya Melody mengira semua...
Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi