II. "Penguntit?"

7.2K 691 3
                                    

Kelopak mata dengan bulu mata lentik itu berkedut, pertanda sang pemilik mulai mendapati kesadarannya. Perlahan, mata indah itu terbuka, menyapu ke sekeliling dan mendapati dirinya sudah berada di kamarnya sendiri.

Pintu berderit terdengar dan sesosok wanita berusia lebih dari setengah abad, berdaster, masuk melalui pintu yang terbuka menuju ranjang yang Prilly tempati untuk berbaring.

"Udah sadar Nduk?" -Mbok Min duduk di samping Prilly- "ini Mbok bawain teh manis."

Prilly tersenyum, kemudian bangkit duduk bersandar di kepala ranjang. "Ali udah pulang Mbok?" tanyanya sambil meraih gelas yang disodorkan asisten rumah tangganya itu. Bayangan akan sosok Ali yang datang di saat terakhir sebelum dia pingsan berkelebat di dalam ingatan.

Mbok Min mengangguk, kemudian berujar sambil tersenyum, "Iya Nduk, Mas Ali sudah pulang."

Prilly mengangguk kecil, meminum dua teguk teh manis buatan Mbok Min. "Habiskan Nduk. Ini pesan Mas Ali, tehnya harus habis, harus alias wajib, gitu katanya. Jadi habiskan Nduk, kalau nggak nanti Mbok yang bakal kena marah."

Prilly merengut tidak suka. "Ali kan nggak ada di sini Mbok, nggak akan tahu tehnya Prilly habisin atau nggak, lagian si Mbok nurut banget sama Ali."

Mbok Min hanya tersenyum tipis dan menyuruh Prilly tetap menghabiskan tehnya.

"Mbok pasti diancam ya sama Ali? diancam apa Mbok? ih si Ali emang keterlaluan, pemaksa, tukang ngancam, nggak cuma Prilly yang diancam tapi Mbok juga. HUH, dia tu pacar atau apa sih? Nyiksa pacar kerjaannya." Prilly menggerutu menumpahkan kekesalannya.

"Tapi Nduk, Mas Ali itu perhatian lo sama kamu."

Prilly memicing tidak terima. "Perhatian gimana sih Mbok, aku kasih tau nih, Ali bangunin Prilly subuh-subuh cuma disuruh naik sepeda nemenin dia joging, padahal 'kan dia tau Prilly itu gampang capek gampang pingsan, trus lagi, tadi, udah jauh-jauh nge-gowes sepeda nggak taunya cuma disuruh ngelihatin dia main basket sama teman-temannya. Mbok tau?? di sana Prilly ngapain? Prilly dianggurin di pinggir lapangan, berjemur kayak bayi baru lahir."

"Tapi Nduk -"

"Tunggu Mbok, Prilly belum selesai. Trus ya, udah tau Prilly capek habis ikut dia, gitu dia masih tega nyuruh Prilly masak buat bekal dia nanti."

"Nah, Mas Ali juga pesan, jangan lupa bekalnya."

"Tuh, 'kan, nyiksa pacar banget dia. Udah tau pacar baru pingsan masih tega nyuruh masak. Harus Prilly sendiri lagi yang masak, lagian lidah dia tu kok bisa sih tahu mana masakan Prilly mana masakan Mbok Min?" Prilly mendumel dengan sekali napas.

"Ini lagi, masak Prilly harus ngabisin teh segelas besar begini sih! bisa pipis-pipis terus Prilly," lanjutnya lagi memprotes sikap Ali yang memerintah tanpa mau dibantah.

"Nduk, udah jam 06.00!" Mbok min memperingatkan Prilly yang masih asik menguraikan hal-hal yang dia anggap menyebalkan dari ali.

Prilly menggeram, meski cemberut dia tetap menghabiskan segelas teh manis itu sesuai pesan Ali, demi keamanan dirinya dan juga Mbok Min.

"Ayo Mbok, temenin aku masak, sayuran hijaunya apa yang ada di kulkas Mbok?"

Prilly berjalan dengan diikuti Mbok Min di belakangnya ke arah dapur. "Banyak kok Nduk, mau masak apa hari ini?"

"Capjay aja ya Mbok."

★★★

Prilly memberengut dengan mulut penuh dengan sayuran dari Capjay buatannya. Di depannya Ali dengan santai menikmati secangkir kopi hitam yang dipesannya dari Bu Nari, penjual yang ada di kantin sekolah.

A Real Boyfriend (5/5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang