'Bukan berapa lama kita menjalani hubungan, tapi seberapa dalam kita memberikan perasaan.'
Di sebuah kamar, seorang wanita sedang merenungi nasib asmara nya. Asmara yang pernah wanita itu jalin bersama pria sebaya yang mengalihkan dunianya. Bahkan mereka mengikat janji indah, saat menyesap madu cinta. Kisah yang mereka mulai dengan indah. Bahkan, sebelumnya sang wanita tak menganggap keberadaan pria itu. Namun, takdir ingin bermain dengan mereka. Ya, sejauh mana mereka mampu bertahan. Bertahan dalam ketidakpastian, berusaha saling setia, percaya, dan jujur. Karena itu adalah kuncinya. Perkenalkan, wanita itu adalah Yuka Mardiana. Dan pria yang di sayangi nya adalah Satria Hendrawan.
= = =
"Sayang, skripsi kamu udah sampe mana?" Tanya Yuka pada kekasihnya, Satria.
Satria memandang sekilas Yuka, lalu mendesah pelan. "Jalan bab 2, masih pusing mau nyari buku referensi dimana lagi." Setelah menjawab, Satria duduk di samping Yuka dan bersandar di bahunya.
"Kamu tenang aja, ntar aku bantu cariin bukunya deh. Atau nanti kita ke perpus kampus, kalo nggak ada kita ke kampus lain, gimana?" Tawar Yuka sambil mengelus lengan Satria, seakan menenangkan nya.
"Terserah kamu, gimana baiknya. Nanti aku juga minta tolong temen-temenku deh, atau ngerjain bareng mereka." Sambil berusaha memejamkan mata, terlihat lelah.
Mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing yang mereka ketahui. Ya, saat ini mereka ada di lorong kampus yang sudah sepi di lantai 5. Mengistirahatkan sejenak tubuh dan pikiran mereka. Karena saat-saat seperti ini tak sering terjadi, mereka hanya bertemu saat ada jam kuliah saja. Apalagi di tambah kesibukan menyusun tugas akhir, membuat komunikasi mereka sedikit terhambat.
"Pulang, yuk. Udah sore, sepi pula." Ajak Yuka, melihat ke jendela.
"Tapi makan dulu di kantin, ya. Aku laper." Ujar Satria sambil mengusap wajahnya yang terlihat lelah. Lalu bangun dan berjalan di samping Yuka.
15 menit berjalan, mereka sampai di kantin. Langsung memesan makanan serta minuman.
"Kamu bawa motor?" Tanya Satria.
Yuka mengangguk. "Iya. Ohya, nanti kamu pulang kemana? Rumah kakak atau ortu?"
"Aku nginep di rumah Anjas kayaknya, capek kalo mondar-mandir. Lagian kan sekalian ngerjain skripsi." Jawab Satria sambil tersenyum menatap Yuka.
Tak lama pesanan mereka datang. Mereka makan dalam diam. Walau sesekali sambil berbincang, agar tidak terlalu sunyi. Setelah selesai dan membayar, akhirnya mereka pulang. Mereka berpisah di parkiran karena membawa kendaraan masing-masing.
= = =
Dalam menjalin sebuah hubungan tidaklah berjalan lancar. Begitu pula dengan hubungan mereka. Mereka pernah mengalami fase putus, walau akhirnya bersatu kembali. Hal kecil lah yang menjadi pemicu. Namun, itu sudah biasa. Dan mereka mampu mengatasinya dengan baik.
Dua bulan berlalu, begitu pula dengan kesibukan mereka untuk menghadapi sidang semakin dekat. Bahkan jadwal sidang mereka sudah di tangan. Kesibukan-kesibukan inilah yang menjadi awal merenggangnya suatu hubungan tanpa komunikasi yang baik.
"Kamu kemana aja, susah banget di hubunginya?" Todong Yuka saat mereka bertemu di kampus untuk membayar sidang.
Satria hanya menghembuskan napas dengan kasar, lalu menjawab. "Kamu kan tau, belakang ini kita sibuk skripsi dan bimbingan. Itu semua menyita waktu. Jadi, coba buat ngertiin."
Yuka mengangguk pelan tanda mengerti, walau sebenarnya di lubuk hati terdalam dia merasa sangat kesal melihat tingkah kekasihnya. "Apa susahnya coba buat sekedar sms. Giliran temen aja, cepet." Gerutunya dalam hati.
"Terus udah selesai kan? Ada revisi lagi nggak?" Tanya Yuka dengan mencoba tersenyum.
"Ada kok, cuma dikit doang. Paling abis ini ngerjain lagi bareng mereka."
"Abis ini mau langsung pulang atau mau jalan dulu?" Yuka berharap, mereka dapat menghabiskan waktu bersama di sela-sela kesibukan mereka.
"Pulang aja, lagian aku masih ada urusan." Putusnya sepihak tanpa meminta pendapat Yuka.
"Ya udah lah." Pasrah Yuka.
Mereka keluar kampus menuju parkiran. Mereka berpisah di parkiran karena masing-masing membawa kendaraan. Yuka pergi dengan hati kecewa terhadap sikap kekasihnya yang mulai berubah. Perubahan yang membuat sekat kasat mata yang ada diantara mereka.
"Ada apa dengan Satria, ya? Sikapnya berubah, ada yang dia sembunyikan." Gumam Yuka sambil mengendarai motornya.
= = =
Sidang berlalu seiring waktu. Jarak pun semakin jelas terlihat antara sepasang kekasih itu. Seakan-akan waktu bermain dengan mereka. Waktu tak mengijinkan mereka bertegur sapa. Kesibukan makin jelas terlihat, bahkan dengan sombongnya sang pria mengacuhkan keberadaan wanitanya. Seakan lupa apa yang telah mereka lalui, sesuatu yang mereka perjuangkan atas nama 'Cinta'. Ya? Mereka adalah Yuka dan Satria.
'Kita putus.' Itu adalah isi dari pesan singkat Satria teruntuk Yuka. Yuka tidak tahu apa yang sebernanya terjadi, apa yang merubah sikap kekasihnya. Ah, sekarang lebih tepatnya adalah mantan kekasih. Mantan terindah untuknya.
'Kenapa? Apa kamu udah punya yang lain, Sat?' Pesan balasan Yuka.
Ya, memang beberapa waktu lalu, Yuka yang memutuskan Satria. Karena Yuka merasa jika Satria sudah tak menganggapnya. Bahkan untuk bertemu, untuk mengirimi kabar saja sangat sulit. Yuka merasa dia dicurangi, dicurangi oleh orang yang dia percaya.
'Sudah tak ada Kita, yang ada Aku dan Kamu. Aku harap kamu mengerti, sudah tak ada kecocokan. Kamu punya jalan sendiri, dan itu bukan denganku. Aku harap kamu jangan lagi mengusik ketenanganku.'
Yuka luruh ke lantai, bulir air mata terjatuh dan mengalir dengan deras. Kalbunya seakan tertusuk ribuan jarum, sakit dan sesak yang Yuka rasakan saat ini. Yuka terus memukul-mukul dadanya agar rasa sesak itu berkurang, namun tak merubah apapun. Rasa ini jauh lebih sakit dari yang sebelumnya.
Yuka menangis, meluapkan segala emosi hatinya dengan air mata. Berharap esok ia bisa terbangun dengan harapan baru. Harapan tanpa lelaki itu. Lelaki yang meninggalkan goresan luka, entah kapan akan sembuh. Yuka merenguni nasib takdir yang di gariskan untuknya. Dia percaya ini yang terbaik, walau menyakitkan. Bahkan lebih menyakitkan saat ia mendengar kabar, lelaki itu telah berpaling pada hati yang lain. Tertawa bahagia, disaat hati Yuka teriris. Ingin ia marah, tapi marah pada siapa? Ini takdir yang harus ia terima. Ia tak sendiri, masih ada keluarga dan sahabat-sabahatnya yang akan berdiri disampingnya. Ia percaya jika suatu saat takdir akan mempertemukannya dengan lelaki terbaik dari yang baik, lelaki pilihan-Nya.
Yuka tersenyum, ia menunjukkan bahwa ia mampu berdiri ketika lelaki itu menyakitinya. Ia mendoakan sang mantan agar bahagia dengan pilihannya. Karena ini takdirnya.
END
![](https://img.wattpad.com/cover/57684134-288-k913640.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Kisah (Kumpulan Cerpen)
Short StoryHitam dan Putih dalam kehidupan, goresan pena dalam kisah ku. Nyata dan maya, iringi perjalanan panjang. Perjalanan dengan satu tujuan yang sama, berbeda jalan. Berliku dan berkelok, batu kerikil bagai sandungan. Suara-suara binatang, sebagai tem...