NADANI

110 3 0
                                    

"Jangan ikuti gue!" Bentak Nada pada sosok adik kelasnya yang selalu mengikutinya di sekolah.

Dani hanya melempar senyum polos. Dani sangat suka melihat wajah kesal kakak kelasnya yang super jutek menurut anak-anak SMA Penerus Bangsa. Tapi, tidak bagi Dani. Menurutnya, Nada menarik dan akan semakin menarik saat mengeluarkan taringnya.

"Jangan sok manis!" Berang Nada saat melihat senyum sok polos Dani. Nada berbalik pergi meninggalkan Dani yang masih setia tersenyum dengan memandang Nada penuh rasa kagum.

"Aku akan mendapatkanmu." Tekad Dani sambil memandang Nada yang pergi dengan perasaan kesal.

Dani sendiri tidak mengerti, bagaimana bisa ia menyukai sosok kakak kelasnya yang terkenal jutek dan terkesan tidak peduli. Namun, itu menarik untuk Dani. Ia bertekad akan menaklukkan hati yang keras itu. Dani berbalik ke kelas setelah mendengar bel berbunyi.

Di tempat lain ...

"Apa sih maunya itu anak. Ganggu aja." Gerutu Nada setelah duduk di bangkunya.

"Dia itu naksir lo, Nad." Vira menimpali gerutuan sahabatnya yang terlihat uring-uringan.

Nada menatap kesal sahabatnya, Vira. "Naksir? Itu nggak mungkin, dan kalo pun mungkin, gue rasa otaknya udah geser dari tempatnya."

"Lah, kenapa begitu?" Vira heran dengan Nada. "Emang salah kalo dia naksir lo?" Lanjut Vira sambil memandang Nada.

Nada menghela napas pelan, dan balik menatap Vira. "Vir, dia itu junior kita. Kenapa dia nggak naksir sama temen satu angkatannya aja coba? Kan banyak tuh yang naksir dia, dia tinggal tunjuk aja."

"Tau darimana lo, kalo banyak yang naksir dia?"

"Kuping gue sampe panas kalo lagi jalan sepanjang koridor kelas satu. Cewek-cewek pada bahas dia."

"Tapi pantes sih, dia kan manis, putih, tinggi, kaya, apalagi matanya sehitam rambutnya. Jago main basket pula. Jadi, ya wajar kalo banyak fans. Dan satu lagi, dia pinter banget." Vira berbicara dengan mata berbinar-binar bahagia.

Nada hanya menggeleng kecil, tanpa mau menanggapi ucapan Vira. Dan itu membuat Vira cemberut karena merasa tidak dianggap. Vira pun heran, bagaimana bisa dia bersahabat dengan Nada. Menghadapi sikap Nada yang lebih banyak menyebalkan. Namun, dia tetap menyayangi Nada, sebagaimana Nada menyayanginya.

***

"Nada. Tunggu!" Dani berseru saat melihat Nada berjalan sendiri menuju gerbang. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 4 sore, tapi kenapa Nada baru pulang?

Dani berlari menghampiri Nada yang terhenti ketika mendengar namanya dipanggil. Dani berdiri di belakang Nada dengan napas tersenggal-senggal. Nada berbalik dan melihat Dani dengan kening berkerut.

"Lo yang manggil gue?!"

Dani mengangguk sambil menatap Nada. "Tunggu bentar, gue atur napas dulu."

"Ini udah sore, dan gue harus pulang. Jadi cepet, lo mau ngomong apa? Jangan basa-basi!" Ketusku Nada sambil melirik jam tangannya.

"Oke. Bisa kita ngobrol sambil makan di cafe itu? Gue laper banget."

Belum sempat Nada menolak ataupun protes, tangannya sudah lebih dulu ditarik Dani. Nada hanya menggeleng melihat tingkah Dani yang menurutnya tidak memberi lawan bicaranya kesempatan untuk berbicara atau menolak.

Di Cafe ...

Nada masih asyik dengan ponselnya. Sedangkan Dani masih setia menatap Nada yang tengah diam. Mereka larut dengan aktifitas masing-masing. Dani tak ingin mengusik ketenangan Nada. Tetapi, Nada mulai jengah dengan keadaan ini, 30 menit mereka hanya berdiam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepenggal Kisah (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang