chapter 2

88 6 0
                                    


Ada rindu yang melambungkan asaku ke langit, dan ada hujan yang melemparkan mimpiku ketepian samudra gelisah yang tak berujung.

***

Prang...  Prang... Bajingan kau... Prang... Buk.. buk... Pergi kau keneraka...

Aku terbangun oleh suara-suara lemparan barang-barang dan suara ibuku yang beteriak memaki. Aku segera mengesampingkan selimut yang masih membungkus tubuhku meski dingin yang ditinggalkan hujan deras semalam masih menggigit kulit-kulit pucatku.

Beranjak dari tempat tidur dan dengan segera membuka kunci pintu kamar dan berlari menuruni tangga tanpa memikirkan bahaya apa yang mungkin akan meyerangku, aku tak takut dan tak akan peduli, yang ku pedulikan hanyalah suara ibuku yang masih ku dengar di ikuti dengan tangisan menggema saat aku berlari disepanjang lorong ruangan. Jantungku berpacu, aliran darahku naik dan berkumpul diotakku, bibirku bergetar dan saat aku melihat tubuh tinggi menjulang berdiri menghadap ibuku yang terduduk dibawahnya. Langkah kakiku berhenti seketika, aku mengenal dengan jelas siapa laki-laki itu, aku masih dapat merasakan ikatan batinku dengannya meski ia sudah tidak pulang sejak sebulan yang lalu.

Aku masih duduk di bangku kelas datu SMA, dan ibuku selalu menutupi kemana ayahku pergi meski setiap hari aku selalu menanyainya. Ia menutup bibirnya rapat-rapat, setiap malam sayup-sayup aku mendengar ibuku menangis dalam keheningan malam. Aku tahu ibu merindukannya juga sama seperti ku, meski ibu tak pernah berbagi denganku.

Dan sekarang ia telah pulang lagi kerumah setelah sebulan pergi tanpa kabar berita padaku. Harusnya ibu menyambut kedatangan ayah dengan pelukan hangatnya dan senyuman malaikat yang selalu diberikannya hanya pada ayah, tapi semua itu diluar prediksi ku. Ibuku yang selalu lembut menanggapi segala sesuatu, tidak pernah berkata kasar ataupun membentak. Ibu yang kukenal selalu telaten, tidak akan pernah membiarkan ruangan berantakan. Aku dan ayah selalu menggoda ibu, keluarga kami adalah keluarga yang paling bahagia sedunia. Ayah sangat mencintai ibu begitupun sebaliknya, mereka tidak akan mau berpisah sehari saja. Jika ayah ditugaskan beberapa hari keluar kota maka itu akan menjadi kabar buruk bagi mereka. Aku pernah berdoa pada Tuhan untuk memberiku seorang suami seperti ayah, ayahku yang terbaik sepanjang masa, idolaku.

Tapi kali ini aku melihat ada pancaran mata yang berbeda yang ditujukan ibu padanya, ibu melemparinya barang-barang apapun yang bisa dijangkaunya. Ia masih terduduk dan melempari ayah dengan pecahan piring yang berserakam dilantai, ada cairan aneh yang mengenang di kelopak mataku memaksa keluar.

Aku semakin menggigil, "apakah ini mimpi?" aku berkata lirih, membawa jari kelingking kemulutku dan mengigitnya dengan sangat kuat, tapi aku tidak terbangun mimpi mengerikan ini.

Ibu terisak, ayah diam seribu bahasa. Dan aku merasa seperti diguyur dengan air es. Apa-apaan ini, pertunjukan macam apa yang disuguhkan mereka di hadapanku. Apakah aku ulang tahun sekarang? Aku mengingat-ingat, tidak... Ulang tahunku sudah lewat dua minggu yang lalu. Meskipun ayah tidak ada untuk membanjiriku dengan hadiah-hadiah dan perta perayaan kecil yang biasanya mereka siapkan untukku. Tanpa kehadirannya ibu tetap membuatkan kue ulangtahun dan membakar lilin dengan huruf satu dan enam yang menunjukan usiaku meski diisi Dengan keheningan, tanpa nyanyian selamat ulang tahun, tanpa tiupan lilin dan doa. Kami memandang lilin sampai lilin itu padam dengan sendirinya meleleh mengenai kue ulangtahun yang sangat indah. Kami sama-sama menunggu, menunggu laki-laki yang saat ini berada didepan ibu.
Ia tidak datang.

Besok harinya aku masih melihat kue itu berada ditempat yang sama, tak tersentuh hingga hari ketiga akhirnya aku membuang kedalam tempat sampah dan beruraian air mata.

"Tega sekali kamu melakukan ini padaku dan Lea?" ibu menanyakan hal yang sama dengan yang aku pikirkan selama satu bulan ini.

Ibu terisak, dan cairan bening yang berkumpul dimataku meluncur turun amat sangat deras, tanpa suara. Tak ingin mereka menyadari kehadiranku.

Hujan Dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang