Prolog

240 17 10
                                    

Meskipun bagiku kamu adalah hujan yang setiap tetesnya menggoreskan luka dihatiku tetap saja aku tak akan pernah membawa payung kemanapun aku pergi.

Hujan sudah berhenti 15 menit yang lalu, kota ini terlalu dingin dan sepi bagiku tapi aku masih tetap disini di sebuah kafe yang penuh dengan kenangan. Menatap sisa-sisa hujan yang masih menempel didedaunan tanaman yang menghiasi halaman depan kafe mangingatkanku akan dirinya.Sudah dua jam duduk seorang diri disini sejak kedatangan ku kembali ke kota ini, hanya ditemani secangkir teh panas dan sepotong kue labu yang aromanya selalu membuat ku tenang,kue kesukaannya yang akan selalu dipesan jika ia berada di tempat ini. Tempat dimana pertama kali kami bertemu. Meski baunya sungguh menggiurkan tapi kue ini tak ku sentuh sama sekali, sejujurnya aku tak pernah suka kue labu sekuat apapun aku mencoba. Tapi disini lah aku dikafe kenangan memesan kue labu yang disukainya untuk mengenang bahwa ia memang nyata pernah ada dihidupku.

Berbisik didalam hati sambil memejamkan mata dan tersenyum aku mengingatnya lagi, "Apa kabar Rangga? Apakah kamu bahagia?" tentu saja aku tahu kabarnya. Dia baik dan juga bahagia seperti yang pernah dilotarkannya kepadaku dihari terakhir aku bertemu dengannya 4 tahun yang lalu.

"Aku akan bahagia dimanapun aku berada asalkan aku tak melihatmu, sekarang enyahlah dari hadapanku brengsek dan jangan mengangguku lagi. Bagiku kamu bukan siapa-siapa, kamu hanya seorang gadis tak tahu diri yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Jadi jika kau memang mengharapkan kebahagiaan ku menjauhlah selamanya dariku".

Kata-kata itu selalu terngiang ditelingaku setiap kali aku memikirkannya, meski itu adalah kata-kata yang kudengar sejak aku mengabulkan permintaannya untuk pergi jauh dari kehidupannya tapi tak pernah satu katapun yang bisa ku lupakan.

Siapalah aku, aku hanyalah gadis biasa yang terlalu mengingikan lelaki sehebat dirinya.Wajah sempurna, rahang kokoh dan hidung mancung adalah sebagian kecil dari kelebihan yang dia punya. Idola kampus disegani dihormati dan memiliki banyak teman tak hanya lelaki yang akan senang dekat dengannya. Para gadis dikampus ataupun dimana saja pasti tertarik untuk selalu dekat dengannya. Dia yang selalu baik dan ramah kepada semua orang.

Hanya saja baginya aku adalah hama dan dia tanaman. Tentu saja hama harus disingkirkan agar tanaman bisa tumbuh subur. Baginya aku adalah duri didalam ikan bakar yang dimakannya. Baginya aku adalah debu yang mengotori jam tangannya. Seperti itulah aku baginya.

Tapi bagiku dulu.. Dia adalah segalanya, seperti matahari yang menjadi poros bagi tata surya, dia adalah matahariku. Seperti hujan di musim kemarau, dia adalah hujanku. Seperti terumbu karang di lautan luas, bagiku selalu dia adalah segalanya.

Kafe ini adalah tempat dimana pertama kali aku bertemu dengan Rangga. Hari itu setelah ujian tengah semester tepat di hari Sabtu di awal bulan Agustus aku bertemu dengannya dan terpesona akan semua yang dimilikinya.

Tersentak dari lamunanku Lagu Beast Of Burden - The Rolling Stone mengalun indah diponselku tapi aku sama sekali tak berniat untuk melihat siapa yang sedang menelfonku.

Ku raih kembali cangkir tehku dan menyesapnya. Meletakkan perlahan dan menimbang-nimbang apakah aku akan kembali mencoba menggigit kue labu ini atau tidak. Menggelengkan kepala, dan bergidik ngeri "tentu saja tidak", iuuhhh jangan! Jangan lagi. Aku tak pernah tahan dengan rasanya yang berbanding terbalik dengan aroma harum yang menentramkan jiwa. Meraih tas menyandangnya dibahu kiri dan bangkit dari kursi rotan dengan bantalan empuk dan nyaman ini aku berjalan kekasir dan membayar tagihan dari pesananku.

Sekali lagi aku melihat kesekeliling kafe dan memutar memori tentang segala hal dalam hidupku yang berawal dari sini. Masih sama.. Tak banyak yang berubah mungkin ada beberapa saja dari interior kafe ini yang diganti, masih klasikdan tak terlalu ramai cukup membuat pengunjung merasa nyaman berlama-lama disini. Tanaman hijau di taman depan menambah ke lebihan dari tempat ini, sungguh perpaduan yang sempurna, dinding dari kaca membuat tanaman indah ini tampak nyata dan nuansa alam terasa kental.

Melangkahkan kaki aku mulai berjalan keluar, berharap suatu saat tempat ini akan menjadi tempat dimulai cerita indah bagi pengungjung lain.

" auuughhh, maaf... maaf, saya gak sengaja "

Dengan wajah penuh penyesalan aku melihat kedepan tepat pada wajah seseorang yang tak sengaja ku tabrak. Tertegun, dan tak percaya dengan apa yang ku lihat. Jantungku berdetak sangat keras, oh Tuhan.

"Nggak masalah, saya juga nggak ngeliat kamu keluar" ucapnya mantap. Pria itu melenggang masuk kedalam kafe dan meninggalkan aku sendiri termenung dan tak bergerak sama sekali.

Bersambung...

Jangan lupa comment and vote ya. Terima kasih

Hujan Dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang