Tak banyak yang bisa ku ceritakan mengenai kelanjutan dari kisah kedua orang tuaku. Hanya saja mungkin kalian perlu tau sedikit lagi untuk dapat memahami suasana hatiku.
Aku memiliki seorang sahabat bernama Cecil, tempat duduk kami diatur bersebelahan saat kami baru saja masuk dibangku SMP. Awalnya kami saling tidak menyukai, walaupun sudah berminggu-minggu duduk bersebelahan tidak membuat kami berteman, bahkan kami sama sekali tidak saling bertegur sapa. Mungkin teman-teman sekelas dan murid-murid lainnya mengganggap kami cukup akrab untuk menghabiskan waktu makan siang didalam kelas dan memakan bekal bersama-sama. Tapi mereka sama sekali tidak mengetahui bahwa kami tidak pernah bertegur sapa walaupun mengahabiskan waktu makan siang bersama-sama didalam kelas.
Singkat cerita saat ujian semester pertama berlangsung, aku melihat Cecil melirik ke arahku dan aku mulai gerah akan kehadirannya yang selalu ditempatkan disekitarku. Setelah ujian selesai dan murid diperbolehkan pulang aku mendatanginya dan untuk pertama kalinya aku berbicara padanya."Apa kau mencontek jawaban ujianku tadi?" tanyaku secara blak-blakan padanya. Aku sudah cukup bersabar tidak mengadukan kejadian tadi pada guru pengawas dan aku tidak bisa membiarkan dia mengulangi perbuatan memalukannya lagi terhadapku. Dia hanya menatapku terperangah dan sedetik kemudian terlihat dia menahan senyum geli diwajahnya, dia membuatku sangat marah.
Kemudian aku berkata lagi padanya, "jangan pernah ulangi lagi perbuatanmu, untuk kali ini ku maafkan tapi tidak untuk selanjutnya!." Setelah menasehatinya untuk tidak mencontek lagi akupun meninggalkannya yang sama sekali tidak menunjukkan rasa malu karena ketahuan mencontek.
***
Saat pembagian lapor, para orang tua diundang untuk menjemput lapor dan para murid tidak diperbolehkan kesekolah.
Pagi-pagi sekali Ibu sudah pergi diantar sekalian oleh ayah yang akan pergi bekerja. Aku mulai merasa cemas akan nilai Rapor ku, apakah aku masih mendapatkan peringkat kelas seperti saat masih duduk dibangku SD atau tidak. Aku ingin membuat Ayah dan Ibu bangga, walaupun mereka tidak pernah mempermasalhkan jika aku mendapat nilai buruk tapi tetap saja aku tidak ingin gagal memanggakan mereka.
Jika aku juara kelas, Ibu sudah pasti akan berdiri di atas pentas dan para orang tua murid akan melihat ibu dengan sorot mata kekaguman, sedangkan Ibu akan berdiri dengan dada membusung karena bangga. Aku sangat berharap hal itu masih berlaku saat aku masuk sekolah menengah pertama ini.
Aku mulai gelisah saat Ibu tidak juga datang setelah pulul 13.00 Wib. Acara pembagian lapor akan berlangsung hanya berkisar 3 jam, dan ini sudah sangat lama berlalu dari jadwal yang sudah ditetapkan pihak sekolah, harusnya ibu sudah berada dirumah sejak 2 jam yang lalu.
Ketika bunyi pintu dibuka, ibu masuk kedalam rumah dengan wajah berseri-seri. Aku menghampiri Ibu dan memberi tatapan permohonan, aku berharap tidak mengecewakannya kali ini. "Selamat sayang, kau berhasil mendapatkan peringkat kedua". Ibu berkata dengan semangat dan memelukku. Kelegaan membanjiri seluruh tubuhku, otot-ototku yang sejak tadi tegang berangsur rileks kembali. " Kalian berdua membuat kami bangga." Ibu berkata lagi dan kuhadiahi tatapan penuh tanya. "Maksud Ibu?" tanyaku akhirnya.
" kau dan sahabatmu, kalian sungguh menakjubkan" lanjut ibu lagi "wali kelasmu bilang, kalian berdua membuatnya bangga, sahabatmu Cecilia mendapatkan nilai tertinggi di kelas 7 dan kau menempati posisi kedua setelahnya."
"Benarkah?" tanyaku pada ibu yang dibalas dengan anggukan penuh keyakinan. Ibu tersenyum dan melihat ke arahku " Kau memilih berteman dengan orang yang tepat Lea, dia mendapatkan nilai nyaris sempurna disetiap mata pelajaran."
***
Setelah liburan berakhir dan kami mulai bersekolah lagi, aku memutuskan untuk melakukan gencatan senjata dengan Cecilia. Hal pertama yang akan ku lakukam adalah menyapanya, kemudian alu akan meminta maaf atas tuduhanku tempo hari, dan yang ketiga adalah mengajukan perdamaian padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Dan Rindu
RomansaKu pikir sudah tiba saatnya untuk meluangkan banyak waktuku menceritakan kenangan tentangnya. Sejujurnya kau pasti sudah tahu bahwa bagiku dia adalah segalanya, tak ada yang lain. Aku menginginkannya, memimpikan bahwa suatu saat dia akan menginginka...